Diguyur Hujan, D’JAFU 6th Tak Padam

Agenda rutin mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana, D’JAFU, telah berlangsung di Taman Wisata Kertalangu pada 18-19 November 2017. Walau hujan lebat mengguyur pada hari kedua, antusiasme pengunjung D’JAFU sama sekali tak padam.

Hari kedua pelaksanaan The Japan Festival of Udayana (D’JAFU) pada 19 November 2017 diwarnai dengan hujan lebat yang mengguyur areal terbuka Taman Wisata Kertalangu yang merupakan lokasi acara. Memasuki tahun keenam pelaksanaannya, Taman Wisata Kertalangu tetap dipilih sebagai lokasi seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Ni Kadek Devi Rahayu Padmayanti, Sekretaris I D’JAFU 6th mengatakan dari hasil survei panitia, sampai saat ini baru Taman Wisata Kertalangu yang memadai untuk menjadi tempat berlangsungnya acara.

“Seperti stand Yukata (pakaian adat Jepang) perlu tempat luas, dan stand Obake (rumah hantu) yang perlu tempat tertutup. Sampai saat ini masih Kertalangu yang mempunyai kedua tempat tersebut, tapi tidak menutup kemungkinan tahun depan bisa pindah ke tempat baru yang didapat oleh panitia,” tuturnya.

Devira menambahkan bahwa Kertalangu sudah identik menjadi bagian dari D’JAFU dan menurut pengamatannya, masyarakat Bali pecinta Jepang alih-alih merasa bosan justru me-request lokasi acara di Kertalangu.

Mengusung tema Koufuku Na Matsuri atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Festival Kebahagiaan, nuansa tersebut benar-benar terasa dihadirkan oleh acara yang dijalankan oleh 142 orang mahasiswa Sastra Jepang Universitas Udayana dari angkatan 2015 sampai 2017. Untuk tahun ini, rangkaian acara dan lomba dari festival Jepang terbesar di Bali ini antara lain lomba fan-art, storytelling, lomba band, lomba mading, lomba cosplay dan pagelaran. Acara dibuka pada tanggal 18 November 2017 dengan sesi lomba, dan ditutup pada 19 November 2017 ditandai dengan adanya hanabi (kembang api).

Adapun di tahun ini, inovasi baru muncul dalam rangkaian acara D’JAFU baik itu dari segi lomba maupun rangkaian acara. Gebrakan baru yang muncul dari bidang lomba adalah majalah dinding (mading). “Sekarang ada mading. Tujuannya supaya gak yang punya jurusan bahasa saja yang bisa ikut di D’JAFU, tapi juga sekolah yang penjurusannya IPA atau IPS juga bisa ikut. Kalau dia punya ekstra jurnalistik juga bisa ikut di D’JAFU,” papar Devira. Selain itu perbedaan lainnya di D’JAFU 6th terdapat lomba menggambar fan-art, dimana di tahun kemarin yang menjadi topik perlombaan menggambar adalah original character. Dari segi acara dan guest stars yang diundang, pada tahun ini lebih banyak menghadirkan girlband serta lebih menonjolkan konsep-konsep ceria sesuai tema usungan.

Hujan deras sempat mengguyur tanah Kertalangu pada hari kedua, namun hal tersebut tidak mengubah pandangan serta antusiasme pengunjung. Dewa Ayu Reza Khrisna, siswi SMP 1 Gianyar yang merupakan salah satu pengunjung mengakui bahwa ia tetap menikmati jalannya acara meski ditengah hujan. “Ini pertama kali saya datang ke D’JAFU dan saya enjoy banget. Mungkin tahun depan saya akan datang lagi,” katanya. Hal selaras juga diungkapkan oleh Ni Kadek Korita Dewi, yang menjadikan stand Yukata beserta aksesoris sebagai stand favoritnya dari D’JAFU. “Untuk tahun depan mungkin games-nya bisa diperbanyak dan dibuat lebih seru jadi semua penonton bisa ikut berpartisipasi,” tambahnya.

Kedepannya Devira berharap D’JAFU bisa lebih sukses. “Ambil segi positif, bisa dari karakter masing-masing panitia atau bagaimana cara menghadapi kesulitan-kesulitan yang terjadi di kepanitiaan ini. Terus berpikir untuk terus berkarya dan yakin bahwa setiap kepanitiaan pasti akan sukses,” pesan Devira ketika ditanya terkait pesan-pesan untuk D’JAFU tahun berikutnya. (krt/pnd)

 

You May Also Like