Dua Garis Biru, tentang Pilu dan Perspektif Baru

Judul                           : Dua Garis Biru

Genre                          : Keluarga, Film Drama, Remaja

Sutradara                     : Gina S. Noer

Produser                      : Chand Parwes Servia, Fiaz Servia, Reza Servia

Penulis Skenario          : Gina S. Noer

Rumah Produksi         : Starvision Plus

Tanggal Rilis               : 11 Juli 2019 (Indonesia)

Pemain :

  • Angga Aldi Yunanda
  • Adhisty Zara
  • Lulu Tobing
  • Cut Mini Theo
  • Dwi Sasono
  • Arswendy Bening Suara
  • Rachel Amanda
  • Maisha Kana
  • Shakira Jasmine
  • Ariella Calista Ichwan
  • Cindy Hapsari Maharani Pujiantoro Putri
  • Irgi Fahrezi
  • Rahma Alia
  • Ligwina Hananto
  • Asri Welas
  • Bintang Emon

 

“Untuk sebentar, mereka bahagia. Untuk sejenak, semua terasa sempurna. Mereka tertawa bersama, meski tahu ini tak untuk selamanya.

Tapi bukankah semua kehidupan begitu ?

Untuk beberapa saat, mereka tidak ingin mengingat. Bahwa setelah  ini ada yang akan berkemas menjauh” –

Dua Garis Biru (2019)

 

Film Dua Garis Biru meninggalkan bekas yang mendalam bagi para penontonnya. Betapa tidak? Film yang menceritakan tentang kehamilan dini seorang gadis perempuan bernama Dara ini, berhasil memunculkan rasa pilu dalam setiap adegannya. Perasaan penonton mulai diuji ketika munculnya adegan mengenai perjalanan Dara dan Bima dalam menyambut kebahagian menjadi orang tua yang harus dilalui dalam situasi yang penuh penolakan serta cacian dari keluarga inti. Lebih jelasnya, bukan penolakan dari sekelilingnya yang membuat rasa sakit hati itu muncul, melainkan dari keluarga yang harus bertanggung jawab dan harus menahan malu atas konsekuensi dari pergaulan bebas itu. Film Dua Garis  biru ini tampil lugas, kritis, dan menyentuh dalam usahanya memberikan pesan kepada penonton akan pentingnya komunikasi dalam keluarga dan pendidikan seks pada remaja usia sekolah. Film debut karya sutradara sekaligus penulis Gina S. Noer ini dikatakan sebagai sebuah film yang penting dan harus ada di kancah perfilman Indonesia.

Film ini dibintangi oleh Angga Yunanda yang memerankan sosok sebagai Bima itu sendiri dengan lawan mainnya Adhisty Zara yang berperan sebagai Dara. Lebih rincinya lagi, film ini mengisahkan sepasang remaja yang duduk di bangku SMA dan sedang menjalin kasih. Dara memiliki nilai akademis yang tinggi dan itu berkebalikan dengan Bima. Meskipun demikian, mereka saling mencintai. Awalnya film ini seperti film drama pada umumnya, namun siapa sangka, banyak hal yang penulis sampaikan dalam film ini.

Sebagai sepasang kekasih, Bima dan Dara kerap kali bermain bersama, hingga sampai suatu hari mereka dihantui rasa takut karena Dara dinyatakan mengandung setelah melakukan hubungan intim bersama Bima. Setelah orang tua Dara mengetahui kehamilannya, akhirnya Dara dan Bima dinikahkan walaupun terjadi banyak konflik di dalamnya. Tidak butuh waktu lama seperti kehamilan pada umumnya, perut Dara kian hari kian membesar. Selama proses menunggu moment persalinan, film karya Gina S. Noer ini memberikan banyak pelajaran yang penting untuk pemuda dan pemudi mengenai kehidupan khususnya pernikahan dini.

Masih dalam isi film, walaupun dalam keadaan hamil, Dara masih berniat untuk melanjutkan pendidikannya dan berencana untuk berkuliah di Korea. Mengulik pada bagian tersebut, film ini secara tidak langsung dapat mengingatkan setiap perempuan bahwa pendidikan itu penting sehingga pendidikan itu harus diutamakan. Lain halnya dengan Bima, walaupun ia tetap bersekolah setelah menikah, namun ia juga harus melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dengan bekerja sebagai waiter di rumah makan milik ayah sang istri untuk menambah biaya persalinan. Layaknya anak remaja lainnya, Bima kerap kali fokus bermain game hingga mengundang pertikaian kecil di antara keduanya yang membuat pasangan ini harus pisah rumah sementara waktu.

Tidak hanya tertarik dengan alur cerita, penonton pun ikut penasaran dengan maksud dari adanya ondel-ondel dalam film ini. Yang mana, ondel-ondel tersebut ternyata memiliki makna yaitu sebagai seorang wanita yang berbadan besar dan orang di dalamnya menggambarkan sosok Dara yang sedang mengandung. Selain itu, adegan ketika Dara mengetahui anaknya adalah laki-laki dan membuat Bima kembali mempertanyakan tentang garisnya yang berwarna pink memiliki arti tentang kurangnya pengetahuan mengenai kehamilan, sehingga penonton menyadari pentingnya belajar tentang seks.

Pada umumnya, seks bebas itu dilarang, dan film ini menjelaskan tentang mengapa seks bebas itu dilarang. Alur ceritanya juga mendeskripsikan tentang bagaimana imbas dari seks bebas itu, serta dampak dari perempuan usia remaja yang sudah mengandung. Adanya kritik sosial yang diarahkan kepada keluarga Bima yang berasal dari keluarga agamis, seolah menjelaskan bahwa nilai agama saja tidak cukup untuk membuat remaja menjauhi zina.

Meskipun film ini sempat mendapatkan penolakan dan cekalan dari beberapa pihak, hingga adanya petisi larangan penayangan lantaran film ini menceritakan tentang kehamilan seorang remaja di luar nikah dan karena adanya adegan ketika kakaknya Bima menyalahkan Bima karena tidak menggunakan pengaman sehingga Dara hamil yang juga membuat kelompok agamis menolak penayangan film ini, namun  Dua Garis biru berhasil membuktikan bahwa film produksi Starvision Plus ini memiliki banyak pesan moral tentang isu seksualitas, sosial, gender, serta ekonomi yang menjalar pada kehidupan masyarakat. Selain itu, film ini menduduki peringkat ke-3 Film Indonesia terlaris 2019 setelah Dilan 1991 dan Imperfect : Karier, Cinta & Timbangan.

Dua Garis Biru tercatat berhasil meraih 178 ribu penonton pada awal penayangannya, dengan total 2.538.473 ribu penonton hingga akhir penayangannya di bioskop dan meraih penghargaan pada Festival Film Bandung sebagai film bioskop terpuji, penulis skenario terpuji film bioskop dan penata artistik terpuji film bioskop.  Pada ajang Piala Citra, film ini mendapat dua penghargaan, dengan kategori penulis skenario asli terbaik dan pemeran pendukung wanita terbaik, serta mendapat Piala IqbalRais untuk penyutradaraan berbakat film panjang karya perdana. Bukan hanya itu, di ajang Piala Maya, Dua Garis Biru mendapat penghargaan untuk kategori aktris pendukung terpilih, penulisan skenario asli terpilih, dan untuk film cerita panjang/film bioskop terpilih.   Film ini juga ditayangkan di tiga negara lain seperti Malaysia, Brunei Darusalam pada tanggal 3 Oktober 2019, dan Singapura pada tanggal 10 Oktober 2019. (AyuDwi)

Penyunting : Nanik Dwianta

You May Also Like