Gempa Bumi : “Mana Suka Aku Datang, Bila Datang Tak Bilang-Bilang”

Akhir-akhir ini gempa sering terjadi di Indonesia.Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi secara umum disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi. “Bumi itu dapat diibaratkan seperti bola sepak di mana pada permukaannya merupakan susunan dari bangun segi lima, hanya saja pada bumi bagian-bagiannya itu, yang disebut dengan lempeng bumi bentuknya tidak beraturan. Lempeng-lempeng itu selalu bergerak mencari titik keseimbangan. Pelepasan energi akibat gesekan antar lempeng itulah yang menyebabkan terjadinya gempa,”tutur Endro Tjahjono, Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar.

Sejarah gempa bumi besar pada abad ke 20 dan 21 yang terjadi di Indonesia: 30 September 2009, gempa bumi Sumatera Barat, merupakan gempa tektonik yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, berkekuatan 7,6 skala Richter. Gempa ini mengguncang kawasan Padang-Pariaman dan menyebabkan sedikitnya 1.100 orang meninggal. Selain itu, gempa bumi tektonik berkekuatan 5,9 skala Richter juga mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Gempa bumi terdahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utara  pada tanggal 26 Desember 2004, yang hingga menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia. Bencana ini merenggut lebih dari 220.000 jiwa.

Gempa bumi dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan penyebab dan daerah terjadinya gempa. Gempa bumi vulkanik yaitu gempa yang terjadi akibat adanya aktivitas magma. Jika keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tektonik yaitu gempa disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik seperti pergeseran lempeng – lempeng tektonik. Gempa bumi tumbukan yaitu gempa yang diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi. Gempa bumi runtuhan yaitu gempa yang terjadi pada daerah kapur atau pun pada daerah pertambangan. Gempa bumi buatan yaitu gempa yang disebabkan oleh ulah prilaku dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

Mengapa sering terjadi gempa di Indonesia ? “Pada kenyataanya hampir setiap hari terjadi gempa, tetapi kekuatannya kurang dari 5 skala Ritcher sehingga tak pernah dirasakan, karena Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng-lempeng” ujar Endro Tjahjono sambil menunjukkan sinyal-sinyal gempa langsung pada monitor komputer.

Negara kepulaun lain, misalnya Jepang juga sering mengalami gempa bumi. Salah satu gempa bumi yang terbesar yaitu gempa bumi besar Hanshin. Gempa bumi besar Hanshin terjadi di Jepang pada tanggal 17 Januari 1995 pukul 5:46:42 pagi dengan episentrum di sebelah utara Pulau Awaji yang terletak di bagian selatan Prefektur Hyogo. Gempa bumi ini disebabkan oleh tiga buah lempeng yaitu lempeng Filipina, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia yang saling bertabrakan. Gempa bumi yang berlangsung selama 20 detik ini mengakibatkan kerusakan besar kota Kobe yang terletak sekitar 20 km dari pusat gempa. Gempa memakan korban jiwa sebanyak 6.433 orang dengan kekuatan mencapai 7,2 pada skala Richter.

Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi terjadi di perbatasan lempengan – lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Proses terjadinya gempa tektonik dapat dijelaskan melalui teori lempeng tektonik. Teori Tektonik Lempeng menyatakan bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi yang disebabkan oleh tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng secara divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.

Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak. Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan “sima”, gabungan dari silikon dan magnesium. Jenis yang kedua yaitu kerak benua yang sering disebut “sial”, gabungan dari silikon dan aluminium. Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng, yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik di Lempeng Pasifik yang paling aktif.

Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon. Kerak samudera lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi. Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti lempeng Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun.

Peta lempeng-lempeng tektonik lempeng-lempeng tektonik utama antara lain Lempeng Afrika, meliputi Afrika – Lempeng benua , Lempeng Antartika, meliputi Antartika – Lempeng benua, Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua, Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa – Lempeng benua, Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut – Lempeng benua, Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan – Lempeng benua, Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik – Lempeng samudera, Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya).

Secara singkat teori lempeng tektonik menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian, kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik.

Lalu bagaimana dengan tahun baru yang segera tiba, apakah akan terjadi lagi bencana-bencana gempa ? Gempa tidak dapat diprediksi, sampai saat ini belum ada ilmuwan yang bisa membuat suatu mekanisme untuk mendeteksi gempa yang akan terjadi, beberapa analisa-analisa yang ada hanya baru sebatas diskusi, dan belum bisa dipastikan seratus persen kepastiannya. Berhubungan dengan pernyataan ini, baru-baru ini BMKG mengedarkan pengumuman secara tegas untuk meluruskan isu yang meresahkan masyarakat tentang dikatakan akan terjadinya gempa. “Perlu dicetak tebal dan ditulis dengan tinta merah, bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat mendeteksi kapan akan terjadinya gempa, jika ditanya tempat-tempat di mana akan terjadi gempa maka jawabannya dapat dipastikan dengan melihat peta persebaran lempeng di Indonesia, tapi jika ditanya kapan, kami tidak bisa menjawabnya,” tegas Endro.

You May Also Like