I Wayan Ika Semara Dewata Cinta Catur Sejak Belia

Tak sedikit muda-mudi yang enggan menjalin hubungan dengan rumitnya permainan catur. Namun, hal itu tak berlaku bagi I Wayan Ika Semara Dewata (18) yang dengan penuh kesabaran bersahabat dengan para bidak dan papannya.

Kesabaran yang berbuah kecintaan, itulah yang dirasakan I Wayan Ika Semara Dewata terhadap olahraga yang telah digelutinya sejak dibangku sekolah dasar. Lelaki yang karib dengan sapaan Ika ini mengaku, awal mula kecintaannya ketika Ia dipercaya sebagai kontingen Pekan Olahraga dan Seni Pelajar atau (Porsenijar) di tingkat gugus Desa Antiga Kelod, Manggis, Karangasem. “Waktu itu kelas 2 SD kenal catur dan langsung mewakili sekolah,” jelas lelaki yang kala itu mewakili SD Negeri 4 Antiga Kelod. Ika yang kini mengenyam pendidikan di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universits Udayana ini memilih tetap menekuni catur hingga kini sebagai bentuk kecintaan yang berbuah kebanggaan.

Selepas kelas dua sekolah dasar, kiprah lelaki kelahiran 23 Maret 2001 sebagai penggiat catur ini pun terus diuji. Ketika Ika menginjak kelas empat sekolah dasar, tawaran untuk mengikuti Kejuaran Daerah atau Kejurda di tingkat Kabupaten Karangasem pun diterimanya. “Bersyukur banget, setelah latihan dan akhirnya lomba dapat juara dua,” ujar Ika berbinar. Perolehan juara itulah yang membuat lelaki berzodiak Aries ini melaju dalam kejuaraan catur tingkat Provinsi Bali dan berhasil meraih juara ketiga. Kejuaraan demi kejuaraan yang dilalui itulah yang membuat Ika kian mantap melebarkan kiprahnya sebagai atlet catur.

Dalam menapaki karir sebagai atlet catur, bukanlah perkara mudah. Kesulitan dalam menentukan strategi permainan, membuat lelaki yang kini turut melakoni pencak silat pun terus berbenah dan belajar. Bagi alumni SMP Negeri 3 Manggis dan SMA Negeri 1 Semarapura ini, kesulitan yang kerap singgah membuatnya mampu mengenali diri sekaligus mandiri dalam menemui solusi. Meski demikian, Ika tak menutup diri untuk meminta saran dari orang terdekatnya, apabila segalanya terasa tak lagi dapat dipikul sendiri. “Minta bantuan orang tua atau teman-teman sama pelatih catur juga,” terang Ika.

Buah dalam melewati kesulitan pun kian terasa kala Ika menginjak usia remaja. Sejak SD mewakili daerah kelahirannya, membuat Ika tak pernah absen mengabdi untuk Karangasem. Akhirnya, Ika pun berhasil menyabet juara ketiga pada ajang tersebut. Teranyar, Ika yang bergabung dalam kontingen catur Fakultas Teknik, Universitas Udayana, berhasil menyabet juara pertama dalam ajang Dies Natalis Universitas Udayana ke-57 tahun 2019 lalu.

Ketika sudah cinta, setiap hari hanya ada senang dirasa. Itulah gambaran yang melukiskan kecintaan Ika terhadap catur. Sebagai pecinta catur, Ika memberi pendapat soal stigma yang melekat pada olahraga pengasah otak ini. “Biarpun kita bela-belain, ‘oh catur ini bagus,’ tapi kalau memang tidak senang, ya gak mungkin mereka bisa, pasti mereka tetap menganggap catur itu banyak mikir dan bosen begitu.” jelasnya. Hal itulah yang ingin ditepis Ika, baginya tak ada yang sulit apabila dilakukan dengan penuh kesenangan dan kegembiraan. Ika pun menuturkan, jika seseorang memang menyukai atau menikmati suatu hal atau kegiatan, mereka akan menemukan sesuatu yang menyenangkan dari hal tersebut. Apa yang harus dilakukan adalah mencari bagian yang menyenangkan dari hal yang digeluti.

Penulis : Dwi Indah

Penyunting : Yuko Utami

You May Also Like