Kepandaian Menyelamatkan Dunia

sumber: http://iqballabuan.heck.in/movie-enders-game-2013-subtitle-indonesi.xhtml
sumber: http://iqballabuan.heck.in/movie-enders-game-2013-subtitle-indonesi.xhtml

 

Judul: Ender’s Game

Sutradara: Gavin Hood

Produser: Roberto Orci, Alex Kurtzman, Gigi Pritzker, Linda McDonough, Orson Scott C.

Penulis: Gavin Hood

Tanggal Rilis: 1 November 2013

Durasi: 114m

Gendre Film: Aksi, Fiksi

Produksi: Summit Entertaiment

“In the moment when I truly understand my enemy, understand him well enough to defeat him, then in that very moment I also love him.” –E.A. Wiggin

Film-film fiksi kini banyak berdatangan di dunia perfilman. Dan tentu saja bukan hal yang tabu jika sebuah film memiliki begitu banyak ide yang ingin ia tampilkan. Namun hal ini dengan satu syarat mutlak dimana ia harus dieksekusi dan dikombinasi dengan tepat. Ender’s Game salah satunya, memiliki banyak ide dan isu yang unik mulai dari unsur politis, sosial, peperangan, hingga hal sederhana seperti bullying.

Film yang di-rilis pada tahun 2013 ini menceritakan sistem pelatihan militer yang diterapkan sebagai upaya antisipasi serangan alien bernama Formic. Konsepnya adalah mengumpulkan anak-anak yang dianggap berbakat dan cerdas dalam menghadapi peperangan, dan salah satunya seorang remaja bernama Ender Wiggnins (Asa Butterfield), anak muda yang berperawakan tenang yang lebih dikenal dengan nama Ender.

Bermula dari permainan game ia harus menerima fakta bahwa alat pengawas yang tertanam dalam tubuhnya harus dicabut. Ender mengira hal tersebut adalah hukuman, namun dibalik itu ternyata selama ini ia telah berada dalam pengawasan Kolonel Graff ( Horrison Ford) dan Major Gwen Anderson (Viola Davis), yang kemudian menawarkan Ender untuk bergabung dengan Battle School. Alasanya sederhana Ender mempunyai karakter yang selama ini mereka cari, sosok yang mereka percaya memiliki kemampuan untuk memimpin pasukan menyelamatkan dunia. Namun karena kepandaianya yang mampu membawa Ender naik ketingkat pelatihan militer yang lebih tinggi membuat ia dibeci oleh rekan-rekanya.

Diluar itu, Ender yang diceritakan memiliki latar belakang keluraga yang rumit. Ia ingin menyenangkan ayahnya yang suka memaksa, tapi benci pada kurangnya kasih sayang dan rasa terasingannya tidak akan pernah rusak. Membuat ia mempunyai respon yang rumit pada seorang pemimpin. Dalam pelatihannya ia dituntut untuk mampu mngalahkan lawan tanpa berfikir itu adalah seorang teman. Namun lambat laun ia mengetahuai bahwa peperangan tak hanya dapat diselesaikan dengan peperangan, ia mencoba berkomunikasi dengan musuhnya dan ingin mengetahui apa yang diinginkan olehnya.

Akankah Ender mampu menjadi seorang pemimpin yang dapat menyelamatkan umat manusia seperti yang diinginkan oleh Konolel Graff? Akankah ia mampu membuat teman-temanya yakin kepada dirinya? Dan sanggupkah ia mengetengahi permasalahan anatara manusia dengan Formic?

Film ini tidak terlepas dari kemampuan Gavin Hood dalam mengemas konsep cerita yang ia adaptasi dari novel berjudul Ender’s Game karya Orson aScoot Card, rilisan tahun 1985. Uniknya dimana ide yang hampir berumur tiga dekade itu ternyata berhasil diolah agar tetap menjauh dari kesan using dan kuno. Menggunakan inti pada tema kepemimpinan, seeking leaders, hadir dengan warna cerita yang sedikit gelap dan serius. Berkombinasi dengan visual dan isu isu yang menarik namun celakanya  tidak dieksekusi dengan cara yang sama menariknya. Mereka menumpuk pertanyaan dan pernyataan seperti dipaksa masuk namun tidak dapat disajikan secara tepat bersama alur cerita. Disisi lain inilah yang membuat perbedaan antara Ender’s Game dengan film fiksi lainya, ia mampu memberikan alur sederhana diawal dan diakhiri dengan ending yang lebih rumit dan diluar dugaan. Pattern cerita yang berbeda dari film fiksi lainya dapat menjadi alasan bagi anda untuk segera menonton film ini. (Gek Aris)

You May Also Like