Seminar Konservasi Kawasan Pesisir Ala Mapala WD

Pakar dan panitia acara foto bersama usai Seminar Konservasi Kawasan Pesisir, di Ruang Sidang Lantai 3 Gedung Rektorat UNUD, Sabtu (20/4).

“Dilatarbelakangi dari semakin berkurangnya kawasan hutan mangrove dan terkikisnya terumbu karang di pesisir selatan Bali oleh ulah investor pendatang, menyadarkan kita akan semakin terancamnya alam maka dari itu acara seminar ini kami hadirkan” ujar Pembina Mapala Wanaprastha Dharma, Rochtri Agung Bawono saat membuka acara.

Sabtu (20/4), Seminar Konservasi Kawasan Pesisir diadakan di Ruang Sidang Lantai 3 Gedung Rektorat UNUD oleh UKM Mapala Wanaprastha Darma. Acara ini merupakan salah satu dari serangkaian event untuk menyambut HUT UKM Mapala Wanaprastha Darma yang ke-32.

Acara ini menghadirkan beberapa pakar yang berkompeten di bidang konservasi kawasan pesisir terutama terumbu karang, yaitu: Prof. Jamaluddin Jompa, Pariama Hutasoit, Ir. Manumudhita, I.G.APrana, Prof. I Wayan Supartha. Dengan dihadiri dari mahasiswa di berbagai disiplin ilmu terutama FKP, MIPA Biologi, FKH, dan yang lainnya hingga berjumlah kurang lebih 60an orang.

Prof. Jamaluddin Jompa merupakan anggota CTI Indonesia sekaligus dosen Universitas Hasnuddin, hadir sebagai salah satu pembicara. Beliau mengatakan bahwa “Indonesia masuk dalam kawasan coral triangle yang merupakan sumber terumbu karang terbesar patut ditanggapi serius karena sudah mulai terancam”.

Satu dari beberapa sub tema dalam seminar tersebut ialah mengenai pembudidayaan terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem yang biasanya berada di pesisir pantai. Di dalam terumbu karang tersebut ada beberapa spesies seperti ikan, karang, koral, rumput laut, dan lainnya.

Namun menurut Rochti Agung Bawono, pembangunan di Bali ini sedikit lebih memihak terhadap investor asing untuk mengembangkan komersialisasi pariwisata. Hal ini ditujukan dengan pembangunan objek wisata di kawasan teluk Benoa. “Di teluk Benoa sendiri, beberapa bangunan seperti pelabuhan, tempat wisata aquatic, banyak hotel berdiri yang jelas–jelas mengalihkan fungsi pesisir sebagai tempat berkembangbiaknya terumbu karang,” jelas Rochti Agung Bawono.

“Kita harus membuat alam ini lebih kuat dari perubahan iklim karena diprediksi 30 tahun mendatang alam akan mengalami climate change total, salah satunya terhadap karang. ”Saya harap gerakan nasional tentang alam ini tidak hanya dengan seminar atau apapun namun juga dengan langsung terjun ke bawah terumbu karang di sini,” pesan Prof. Jamaluddin Jompa.

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk melindungi terumbu karang kita. Tidak hanya dengan tranplantasi Terumbu karang dan dikembangbiakkan, namun dengan cara membuat terumbu karang buatan dari kalsium karbonat. Seperti yang dilakukan Pariama Hutasoit seorang mantan wartawan senior beserta kawan–kawan di Badung Underwater Culture Park. “Kami dari BUCP selama setahun ini memanfaat kalsium karbonat dengan besi sebagai penyangganya untuk membuat terumbu karang buatan yang di bentuk menyerupai manusia alhasil sampai sekarang semua terumbu karang buatan ini sudah berfungsi baik dengan ditumbuhi biota seperti ikan dan lumut”.

Rangkaian acara tidak hanya berakhir di sini, besok semua peserta seminar mengikuti pelatihan snorkeling di pulau Serangan. “Untuk besok pagi 21 april jam 9 diharapkan teman–teman berkumpul di kampus sudirman berangkat bersama kami untuk mengikuti snorkeling di Pulau Serangan, akan dibagi 3 shift, terdiri dari 20 orang per shift, mengingat team resque kami terbatas,” Oktoriauli Pandiangan Ketua Panitia HUT MAPALA WD menjabarkan. (Esa Cahya)

You May Also Like