Kosmos, Membuka Cakrawala Teori Alam Semesta

Judul                           : Cosmos

Judul Terjemahan        : Kosmos

Pengarang                   : Carl Sagan

Penerjemah                  : Bambang Hidayat, dkk

Bahasa                         : Indonesia

Penerbit                       : Yayasan Obor Indonesia

Jumlah halaman          : 494 halaman

Tahun Terbit               : 1997

Kota Terbit                  : Jakarta

Genre                          : Sains populer

ISBN                           : 0-394-50294-9

Apakah hal terpenting dalam kehidupan? jika kita bertanya kepada seseorang yang sedang kelaparan, jawabnnya adalah makanan. Jika bertanya kepada orang yang sedang kedinginan, jawabannya adalah kehangatan. Jika mengajukan pertanyaan yang sama kepada orang yang kesepian dan terasingkan maka barangkali jawabannya adalah ditemani orang lain.

Terlepas dari semua itu, para filosof sepakat bahwa hal yang dibutuhkan setiap orang, yaitu mengetahui siapakah kita dan mengapa kita ada di sini. Orang yang tertarik mengajukan pertanyaan, akan mencoba untuk memahami keberadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya. Pertanyaan seperti: “Mengapa kita ada?” “Siapa kita?” “Kita hidup di mana?” “Mengapa alam semesta harus seperti ini adanya?” adalah pertanyaan yang menunjukkan bahwa si penanya tersebut memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Salah satu dari manusia yang memiliki semangat yang luar biasa tinggi untuk melakukan itu adalah penulis buku ini, yaitu Carl Sagan.

Kosmos adalah salah satu buku terbaik Carl Sagan yang pernah ditulis sepanjang hidupnya. Carl Sagan adalah seorang ilmuan Astrofisika, Komunikator sains, dan penulis dari Amerika Serikat yang dipuji banyak khalayak karena kemampuannya dalam menjelaskan permasalahan yang rumit dalam sains kepada masyarakat awam dengan jelas dan mudah, sehingga masyarakat awam dapat memahaminya dengan cepat dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sains dalam kehidupan manusia. Dalam buku ini, Carl Sagan mencoba untuk menjelaskan asal-usul kita, alam semesta, dan sejarah perkembangan usaha umat manusia dalam memahami alam. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, Carl Sagan memadukan atau mengaitkan beberapa disiplin sains sekaligus, yaitu biologi, fisika, kimia, astrofisika, dan sejarah dalam menjelaskan permasalahan-permasalahan di atas. Dia nampaknya sangat tertarik untuk mempelajari usaha peradaban-peradaban kuno manusia dalam memahami dan menafsirkan fenomena-fenomena alam semesta yang mereka lihat.

Hal yang unik dalam buku ini adalah adanya suatu “wahana antariksa (space coyager)” yang seolah-olah dapat membawa kita ke masa dan tempat terentu. Dalam bukunya, Carl Sagan mengajak kita untuk membayangkan masa dimana dunia belum mengenal sains, masa sebelum ada perpustakaan, masa sebelum ada sekolah hingga masa sekarang dimana begitu banyak perkembangan dan penemuan sains yang anehnya tidak dapat membuat masyarakat lepas dari pseudosains atau takhayul.

Sejarah perkembangan sains dari zaman pra-sokrates hingga zaman modern saat ini, tak luput dibahas dalam buku ini. Bangsa Ionia merupakan salah satu bangsa yang menjadi pelopor penggunaan metode ilmiah dalam melakukan penelitian. Melalui salah satu ilmuwannya, yaitu Thales berusaha menjelaskan alam semesta tanpa campur tangan Tuhan dan akhirnya menyebar ke daratan Yunani utama sehingga mempengaruhi Empedokles, Demokritos, Anaxagoras, Phythagoras, dan sebagainya.

Bangsa Ionia pada masa itu adalah wilayah yang membolehkan masyrakatanya untuk dapat berpikir secara bebas dan tidak ada doktrin tertentu yang dipaksakan oleh penguasa. Namun, hal ini kemudian terhalangi oleh tradisi Yunani yang menganggap ururan praktis adalah identik dilakukan oleh budak membuat perkembangan sains menjadi melambat. Phytagoras, Aristoteles, dan Plato merupakan sosok pemikir besar yunani yang beranggapan bahwa alam semesta dapat dipahami dengan cara berpikir saja, tanpa perlu melakukan eksperimen praktis.

Selanjutnya, Carl Sagan menceritakan sebuah kota Alexandria, yaitu kota yang dipenuhi oleh berbagai macam ilmu pengetahuan dan literatur yang luar biasa. Namun sayangnya kota tersebut dihancurkan bersama dengan perpustakaannya. Beberapa ahli ilmu pengetahuan diceritakan disini, yaitu Erasthosthenes, Euklides, Heron, Arkhimedes, Ptolemeus, Aristakhos dan Hypatia. Khusus untuk Hypatia, terdapat cerita tragis yang menimpa dirinya. Hypatia adalah seorang perempuan cantik yang ahli dalam ilmu pengetahuan secara luar biasa dan brilian, namun semua karyanya harus dihancurkan dan dia dibunuh dengan cara ditelanjangi, yang kemudian dikuliti hidup-hidup. Perkembangan sains sangat dirugikan karena fenomena tersebut. Hal itu diperparah dengan dominasi tahayul dan keagamaan yang sangat dogmatis menyelimuti barat pada zaman kegelapan, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama agar semangat sains dapat kembali berkibar.

Ilmuwan barat, yaitu Kopernikus adalah salah satu ilmuwan yang kembali menyalakan api semangat dalam penyelidikan ilmiah di tengah masyarakat yang terkekang oleh pengetahuan mistis. Kopernikus sering dianggap sebagai orang pertama yang menggagas bahwa bumi mengelilingi matahari. Padahal, Aristakhos dari Ionia-lah yang sebenarnya orang pertama yang sudah mengetahui pengetahuan tersebut. Seandainya Kota Alexandria dan perpustakaannya tidak dihancurkan, maka sains seharusnya bisa berkembang lebih cepat lagi dibanding yang kita rasakan sekarang ini. Ilmuwan-ilmuwan zaman pencerahan kebanyakan adalah mengulangi kembali apa yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan di Alexandria. lmuwan-ilmuwan barat yang disebutkan dalam buku ini dan ikut serta dalam era pencerahaan selanjutnya adalah Galileo, Kepler, Tycho, Newton, dan Huygens. Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa kaum ilmuwan pada era tersebut masih tetap terselimuti oleh pengetahuan mistik dan pseudosains, seperti astrologi dan penjelasan supernatural lainnya.

Carl Sagan menjelaskan petualangan wahana-wahana antariksa yang telah menjelajahi Mars dan Venus secara khusus dalam buku ini, dan menyimpulkan bahwa kondisi lingkungan masing-masing planet itu menghambat kemungkinan terjadinya evolusi. Mungkin, organisme-organisme sederhana pernah muncul di kedua planet tersebut, tetapi kehidupan itu pada akhirnya harus menyerah dengan kondisi-kondisi ekstrem kedua planet itu. Dengan kata lain, harus diakui bahwa bumi adalah salah satu planet yang mengelilingi matahari, yang lebih bersahabat dibanding Venus dan Mars. Walaupun demikian, bumi kita bukannlah tempat yang benar-benar aman, karena tabrakan dengan asteroid dan komet akan terjadi dalam skala waktu jutaan tahun. Kita mungkin tidak terlalu merasakannya karena rentang hidup kita yang rata-rata hanya puluhan tahun. Namun, yang jelas adalah banyak bukti historis yang kuat bahwa bumi kita berkali-kali mengalami bencana yang luar biasa hebat yang hampir membinasakan seluruh makhluk hidup di dalamnya. Bumi kita nampaknya bukanlah tempat tinggal yang benar-benar aman untuk waktu yang lama.

Drama perjuangan hidup adalah suatu keniscayaan, karena kita menyadari bahwa bumi, tempat tinggal kita bukan secara istimewa untuk kita, melainkan kita yang harus menyesuaikan dengan bumi, tempat tinggal kita. Manusia harus menguasai ilmu pengetahuan, jika ingin terus mempertahankan eksistensinya. Walaupun demikian, manusia juga bisa menghancurkan dirinya sendiri karena ilmu pengetahuan yang dikembangkannya. Senjata nuklir, merupakan salah satu contoh produk ilmu pengetahuan yang berpotensi untuk menghancurkan manusia dan makhluk hidup lainnya. Apakah manusia terlalu bodoh untuk menghancurkan dirinya sendiri karena kecerdasannya? Hal yang harus diperhatikan di sini adalah semangat kita untuk terus berbuat kebaikan dan bermanfaat bagi alam semesta, salah satunya adalah eksistensi kita. Kita adalah istimewa, karena walaupun bahan penyusun kita bukanlah suatu hal yang unik, namun kompleksitas dan kerumitan kita luar biasa menakjubkan. Salah satu kerumitan yang menakjubkan itu adalah komplekasitas otak kita.

Masing-masing kita sangatlah berharga. Kita sangat beruntung untuk bisa mencoba memahami alam semesta dan eksistensi kita. Ketika masing-masing dari kita memiliki perbedaan pendapat dalam usahanya menemukan kebenaran, kita tidak perlu untuk saling membunuh dan merusak sekitar. Kita adalah primata dengan kecerdasan tinggi, bukan reptil yang tidak memiliki cerebral corteks dan sistem limbik di otaknya. Kita harus belajar dari sejarah, bahwa peristiwa pembantaian suku aztek dan beberapa suku lokal atas kolonialisme negara-negara eropa sebenarnya tidak diperlukan. Kita optimis bahwa suatu saat nanti kita berjumpa dengan makhluk hidup cerdas extraterrestial dari tata surya atau galaksi lain tanpa perlu adanya peperangan dan pembantaian karena kita adalah makhluk yang sama-sama cerdas dan dewasa.

Pada akhirnya Kosmos karya Carl Sagan yang dirilis pada tahun 1980, adalah sebuah bacaan yang mengasah nalar dan nurani manusia dalam memaknai alam semesta. Tanpa disadari pun agama yang lahir dengan tujuan membuat manusia tenang, terbangun oleh dongeng manis untuk mencapai surga, dan akhirnya membuat manusia lupa bahwa lebih baik merangkul kenyataan yang keras ketimbang terlelap dalam dongeng yang mengenakkan.

Penulis: Dananda

Penyunting: Yuko

 

 

You May Also Like