Pencarian Makna di Balik Kejadian Sehari-hari

Cover buku "Waras di Zaman Edan".
Cover buku “Waras di Zaman Edan”.
Judul Buku : Waras di Zaman Edan
Penulis : Prie G.S.
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan ke : 1, April 2013
Jumlah Halaman : xiii + 236 halaman

Banyak orang yang mengartikan zaman sekarang sebagai zaman yang edan atau gila. Pada zaman yang disebut gila ini akan sulit menemukan kewarasan. Sehingga menjadi seorang yang waras pada zaman ini tentu saja akan berbenturan dengan realitas. Kemudian keadaan menjadi terbalik karena seorang waras dianggap gila di tengah-tengah kegilaan manusia.

Prie G.S. membuat pembaca merenung sekaligus menertawai setiap kejadian yang umumnya pernah dialami semua orang. Bahkan, kejadian-kejadian itu seringkali terlewat begitu saja tanpa makna.

Pria yang mengawali karirnya sebagai kartunis ini telah menerbitkan kumpulan esai dengan judul Waras di Zaman Edan. Uniknya, tidak ada esai yang berjudul sama dengan judul bukunya ini. Prie GS justru membagi esainya ke dalam 10 bab yang bertahap, dimulai dari Belum Waras, Mengenal Waras, Belajar Waras, Berlatih Waras, Mulai Sedikit Agak Nyaris Setengah Waras, Sedikit Agak Nyaris Setengah Waras, Agak Nyaris Setengah Waras, Nyaris Setengah Waras, Setengah Waras, hingga akhirnya Waras.

Prie G.S. banyak menceritakan keluarga dalam kumpulkan esainya. Salah satunya dapat ditemukan dalam esai Virus Biasa pada bab Belum Waras. Nilai-nilai dalam keluarga menjadi hal yang biasa-biasa saja sehingga menimbulkan rasa kebosanan. Rumah bukan lagi tempat menyenangkan untuk bertemu keluarga, tapi hanya tempat untuk pulang.

Prie G.S. juga senang mengamati fenomena sosial yang terjadi saat ini. Salah satu esainya berjudul Baliho Tokoh cukup merefleksikan pandangannya tentang ramainya baliho bergambar tokoh di jalan-jalan raya Indonesia. Padahal, tidak semua baliho menampilkan tokoh yang sebenarnya, tapi ada yang ditokohkan dan menokohkan dirinya sendiri. Gambar-gambar ini hanyalah suatu alat kepentingan golongan tertentu.

Jumlah esai di dalam buku Waras di Zaman Edan tergolong banyak. Buku ini memuat lebih dari 70 buah esai dengan panjang sekitar tiga halaman. Kemunculan bab sebagai pemisah kategori esai menjadi nilai tambah dalam buku ini. Pembaca tidak akan mudah bosan dengan jumlah esai yang banyak dan padat.

Halaman depan buku ini juga tampak menarik dengan gambar wajah Prie G.S. yang sedang tersenyum lebar. Gaya penulisan Prie G.S. pun sangat luwes dan mudah dipahami.

Namun, di balik tulisan yang begitu enak dibaca masih ada kesalahan penulisan. Misalnya penulisan hari raya. Hari Raya Idul Fitri ditulis bersambung menjadi Idulfitri. Hari Raya Idul Adha juga ditulis bersambung menjadi Iduladha. Prie G.S. terlampau nikmat untuk menuliskan kejadian-kejadian di sekelilingnya.  Tidak ada ilustrasi yang menjadi pelengkap dalam esai-esainya. Padahal, penulis tidak akan kesulitan menambahkan kartun sebagai ilustrasinya.

Kita sering melewatkan setiap kejadian di sekitar kita. Padahal ada banyak hikmah dan humor yang terkadung dalam kejadian itu. Prie G.S. mencoba mengkritisi kejadian-kejadian yang sering dilupakan sebagian besar orang. Setidaknya, buku Waras di Zaman Edan ini memberikan pandangan baru dalam melihat suatu kejadian yang awalnya terlihat biasa-biasa saja. (diahd)

 

You May Also Like