Prof. Windia Salahkan Pemerintah dalam Film Taiwan TV

20160516_100204

“Pemerintah yang secara sistematis menghancurkan subak,” ucap Prof. Windia saat direkam oleh crew pembuatan film dokumenter subak dari Taiwan TV di Agrokomplek UNUD (15/5).

            Prof. Dr. Wayan Windia, M.S. adalah Guru Besar Fakultas Pertanian dan Kepala Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana. Dalam kuliah umum tentang subak yang digelar mendadak senin lalu, Prof. Windia membahas banyak hal tentang subak dan pertanian di Bali. Ia mengatakan bahwa petani sekarang merasa tercekik oleh pajak tinggi yang diterapkan oleh pemerintah. Besarnya pajak yang berlaku pada petani semakin tinggi tergantung dari lokasi sawah / subaknya. Jika terletak di kawasan pariwisata maka pajaknya semakin tinggi, padahal pendapatan mereka belum tentu bertambah. “Petani kok nilai asetnya yang dinaikkan? Kalau pegawai pajaknya naik kan kalau gajinya naik,” terangnya pada mahasiswa.

            Prof. Windia menghimbau para mahasiswa dan penonton film dokumenter Subak karya Taiwan TV agar selalu membela para petani. Ini dikarenakan petani saat ini mayoritas belum mampu melindungi dirinya sendiri. “Nyari koran mereka nggak bisa. Ngirim surat untuk pemerintah nggak tahu caranya,” jelas Windia. Ia juga menjelaskan bahwa subak itu harus kuat menolak alih fungsi lahan. Kalau sampai terjadi pembangunan pada suatu subak, itu artinya subak tersebut tidak kuat. “Misalnya subak di Peguyangan ada pembangunan. Batunya dibuang sama anggota subak disana. Pasirnya juga dibuang. Kalau sudah ada satu rumah masuk, rumah-rumah lain akan menyusul dan rusaklah subaknya. Bisa jadi pekasehnya (ketua subak; red) itu calonya,” ucap Windia.

            Liu Soung, director Bow Wow Productions dari Taiwan TV mengatakan bahwa mereka membuat film dokumenter untuk Public Television System (PTS) di Taiwan. PTS merupakan organisasi non profit yang mengangkat isu kebudayaan & sosial. “Taiwan saat ini menghadapi tantangan serius di bidang pertanian. Banyak pembangunan terjadi di areal pertanian dimana para petani menghadapi masalah yang serius,” jelasnya dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu Liu Soung dan timnya berpikir untuk berkeliling dunia membuat film dokumenter sebagai tontonan bagi orang Taiwan.

“Ketika mereka menghadapi tantangan seperti itu, apa yang bisa mereka lakukan? Dan kami melihat budaya 1000 tahun di Bali yang sangat hebat dan tetap bertahan ditengah globalisasi. Banyak tradisi menghilang tapi subak di Bali sangat hebat bisa bertahan. Orang-orangnya, tanahnya, budayanya sangat hebat dan kami rasa film tentang subak ini akan memberikan wawasan baru bagi orang Taiwan,” terang Liu Soung panjang lebar. Film dokumenter tentang subak ini rencananya akan selesai pada tahun 2019 nanti. Ini karena Liu Soung dan timnya juga harus pergi ke beberapa negara lain untuk melanjutkan pembuatan film dokumenter tersebut sebelum diedit dan dipublikasikan. “Kita harus bangga akan subak tidak hanya berjasa bagi Indonesia, tapi juga pada dunia,” tutup salah satu crew Taiwan TV sebelum meninggalkan Agrokomplek Universitas Udayana. (Bagus)

You May Also Like