Serendipity : Hiduplah Seperti Bunga Dandelion, Ia Rapuh Tapi Tetap Tegap

 

Berbicara tentang roda kehidupan, ia memang akan selalu berputar. Hidup tidak selalu berada di atas. Adakalanya hidup berada di bawah sebab setiap orang tidak lepas dari yang namanya masalah. Hal ini mendorong penulis best seller “Dear Nathan” yaitu Erisca Febriani untuk menulis novel keduanya yang berjudul “Serendipity”.

Penulis menceritakan tentang hidup Rani yang berubah setelah ayahnya meninggal dunia karena gagal ginjal kronis. Keluarga Rani memiliki hutang empat ratus juta untuk pengobatan ayahnya. Rani dan ibunya harus bekerja keras untuk melunasi hutang tersebut, dan pada akhirnya Rani terpaksa membuat keputusan paling berat dalam hidupnya. Ia terpaksa menjadi lady escort.

Setelah pacarnya yang bernama Arkan mengetahui Rani bersama laki-laki lain, ia segera memutuskan hubungan. Hal ini membuat Rani sangat terpukul dan tidak bisa menjelaskan kesalahpahaman tersebut kepada Arkan. Setelah hari itu, Arkan membencinya.

Lambat laut, semua teman-teman di kelasnya juga menjauhi Rani. Hal ini karena Loli menyebarkan foto Rani bersama lelaki hidung belang di hotel. Loli sangat membenci Rani karena Arkan menolak cintanya dan lebih memilih Rani. Setiap hari Rani di-bully oleh teman-temannya terutama Loli. Bahkan sahabatnya, Jean pun menjauhi Rani. Rani juga terancam putus sekolah lantaran pekerjaannya menjadi lady escort.

Kemudian hadir Gibran, murid baru dikelasnya, dan menjadi teman yang selalu membantu Rani saat dalam kesulitan. Gibran diam-diam menyimpan rasa kepada Rani, meski sampai saat ini masih ada Arkan di hati Rani. Hubungan Rani dan Arkan menjadi semakin rumit ketika terungkap bahwa Ibu Rani menjadi wanita simpanan Ayah Arkan. Rani berusaha bertahan dan berdiri menghadapi masalah dalam hidupnya. Pada akhirnya kebencian Arkan lama-kelamaan memudar setelah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Ketika kesalahpahaman akhirnya terjawab, Rani dan Arkan memutuskan untuk kembali bersama.

“Serendipity” adalah novel fiksi yang menyajikan kisah cinta serta persahabatan yang dapat meluluhkan pembacanya. Cerita ini dikemas dengan apik melalui sudut pandang orang ketiga serba tahu. Kelebihan dari novel ini terletak pada penggunaan gaya bahasa yang menarik, ringan dan tidak berbelit-belit secara keseluruhan.

Cerita ditulis menggunakan bahasa yang santai dan gaya bahasa modern, sehingga novel ini cocok untuk dibaca oleh remaja. Selain itu, novel ini tidak membuat bosan meski dibaca berulang kali. Ceritanya pun dapat membuat pembaca hanyut akan kesedihan. Ditambah lagi dengan penempatan setting waktu, suasana dan tempat yang sangat detail dan tepat.

Selain itu, kelebihan dari novel ini adalah segi penggambaran karakteristik yang jelas atas setiap tokoh di dalamnya yang membuat pembaca langsung dapat memahami watak setiap karakter. Alur cerita mudah dipahami meski menggunakan alur maju-mundur, namun itulah yang membuat pembaca menjadi semakin penasaran akan cerita selanjutnya.

Dalam novel ini terdapat kata-kata yang menggugah pembaca untuk semangat, selalu tegar, kuat, dan mandiri dalam menjalani hidup. Selain itu, ia memberikan inspirasi untuk lebih mengetahui makna persahabatan serta cinta sehingga para pembaca termotivasi agar tidak mudah terbelenggu oleh cinta yang semu.

Ada beberapa kutipan yang menarik dari novel ini, seperti, “Karena nilai nggak penting Rani, yang terpenting dalam hidup itu adalah bagaimana cara kamu menghargai orang lain, menyebarkan kebahagiaan untuk orang-orang sekitar kamu.”

“Hiduplah seperti bunga dandelion. Dandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, tidak seabadi edelweis. Dandelion tidak memiliki mahkota yang membuatnya tampak menarik. Dandelion juga tidak sewangi melati. Tapi dandelion adalah bunga paling kuat. Dia tetap bisa tumbuh di antara rerumputan liar, di celah batu. Dandelion terlihat rapuh, tapi begitu kuat, begitu indah, begitu berani. Tidak peduli seberapa hancurnya dirimu sekarang, kamu punya kesempatan untuk mengembalikan kekuatanmu lagi. Seperti dandelion.” Begitu kira-kira secarik kata-kata yang diungkapkan penulis untuk menggugah pembaca menjalani hidup.

Kelemahan novel ini terletak pada penggunaan bahasa-bahasa remaja saat ini seperti gue, elo , dan lainnya. Hal ini menandakan novel Erisca tampak dikhususkan untuk pembaca dari kalangan remaja. Akibatnya, “Serendipity” menjadi kurang cocok dibaca oleh orang tua maupun anak-anak. Selain itu, halaman novel cukup tebal sehingga membutuhkan waktu sedikit lama untuk bisa membaca hingga tuntas.

Akan tetapi, novel “Serendipity” ini tetap menjadi salah satu rekomendasi untuk dibaca sebab jalan ceritanya mampu mengajak pembaca untuk selalu semangat, tegar, dan kuat dalam menghadapi hambatan dan rintangan kehidupan. Sebesar apapun masalah yang dihadapi, yakinlah pasti akan ada jalan keluarnya. Tak hanya sampai di sana, novel ini turut mengajarkan pembaca untuk memaknai arti sebuah persahabatan dan cinta agar tidak terbelenggu dalam perasaan cinta yang semu. (Dian/Akademika)

Judul              : Serendipity

Pengarang      : Erisca febriani

Tahun terbit   : November 2016

Penerbit          : Inari

Genre             : Fiksi, Romance

Tebal             : 424 halaman

ISBN              : 978-602-74322-9-1

(Dian/Akademika)

Editor: Kristika, Juniantari

 

[DISCLAIMER]

Berita ini dipublikasikan pertama kali  pada tanggal 09 Juni 2018 di persakademika.com

You May Also Like