Semakin banyak hambatan, semakin banyak pelajaran yang didapat dalam berproses. Hambatan seperti kegagalan adalah hal yang biasa terjadi sebagai bahan evaluasi untuk pembelajaran serta lebih banyak berproses ke depannya. Itulah yang disampaikan oleh seorang mahasiswa Universitas Udayana, Andika Wirateja.
Bagi sebagian orang, masa remaja tentu saja identik dengan kegiatan yang bersifat hura-hura. Tetapi tidak bagi Andika, salah satu mahasiswa yang terbilang aktif di Universitas Udayana. Remaja kelahiran 21 April 2017 ini lebih memilih untuk menghabiskan masa mudanya dengan kegiatan yang bermanfaat. Mungkin bagi yang belum mengenalnya, Andika terlihat sombong, namun jika sudah mengobrol pasti bakal kelihatan aslinya, supel banget pokoknya.
Apalagi kalau dia sedang bicara. Kontak mata tidak bisa lepas untuk melihat wajahnya. Telinganya selalu terbuka lebar untuk menerima informasi. Pantas saja, pemilik nama lengkap I Gede Andika Wirateja berhasil menggaet gelar Best Public Speaker dalam ajang Pro Bali Ambassador 2016.
Remaja kelahiran Singaraja yang akrab disapa Andika ini merupakan mahasiswa yang memiliki segudang prestasi akademik dan non akademik. Tidak hanya di tingkat universitas atau regional saja, tetapi sudah ke tingkat nasional bahkan sudah sampai go international. Dia juga menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam ASEAN Student Visit India 2017. Tak hanya itu, ia juga mengepakkan sayapnya menjadi delegasi Indonesia dalam Asia Pasific Future Leader Conference 2017.
“Speak up” adalah passion dari remaja yang memiliki hobi menulis ini karena baginya dengan berbicara langsung kita dapat mengungkapkan apa yang ada dipikiran. Ditambah dengan kemampuan Andika menguasai empat bahasa asing yaitu bahasa Mandarin, Italia, Inggris, dan Jepang. Keterampilan berbahasa asing tersebut menjadi penunjang Andika dalam publik speaking.
Dengan kemampuan bahasa tersebut, ia menjadi mudah berkomunikasi dengan teman dari negara lain sehingga menjadi lebih open minded dengan perkembangan dunia. Berbicara di depan banyak orang apalagi dalam sebuah kompetisi tentu saja harus mempersiapkan mental. Walau Andika sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam public speaking, ia tetap melakukan persiapan sebaik mungkin.
Selain menjadi seorang public speaker, Andika yang juga memiliki hobi tarung derajat dan aktif dalam kegiatan organisasi baik di kampus maupun luar kampus. Andika sempat menjabat sebagai Menteri Kebudayaan BEM-PM Universitas Udayana yang merupakan pendiri Jendela Pemuda. Jendela Pemuda merupakan suatu komunitas kepemudaan yang bergerak di bidang pendidikan dan kerelawanan.
Untuk bisa menjadi seperti sekarang, tentu sudah banyak hambatan serta rintangan yang dilalui oleh Andika, seperti misalnya larangan dari orang tuanya sendiri untuk mengambil banyak aktivitas. Kata Andika, mereka beralasan takut jika anaknya kecapekan lantaran mengikuti banyak kegiatan. Selain itu hambatan juga datang dari orang-orang yang senang meremehkan usaha yang dilakukan oleh Andika. Tetapi Andika tidak berkecil hati.
“Walaupun banyak hambatan, saya mencoba terus berproses dan belajar. Hambatan seperti kegagalan adalah hal yang biasa sebagai evaluasi untuk belajar dan berproses lebih banyak lagi,” begitulah yang disampaikan oleh Andika. Baginya hambatan bukanlah penghalang, tetapi sebuah pelajaran dalam proses menjadi lebih baik. Satu kutipan yang menjadi motivasi dari Andika adalah, “Hidup itu perlu banyak proses, bukan banyak protes.” Kutipan yang super mantap dan patut ditiru, bukan begitu? (Dian/Akademika)
Editor: Kristika
[DISCLAIMER]
Berita ini dipublikasikan pertama kali pada tanggal 14 Juni 2018 di persakademika.com