Antropologi Unud: Peduli Budaya Negeri di tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 yang mengharuskan untuk #dirumahaja tak menghalangi Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Univeristas Udayana untuk berbagi informasi bermanfaat seputar budaya melalui sosial media

Hari Minggu (12/04) dan Senin (13/04) menjadi waktu yang dipilih Dosen Program Studi Antropologi, Aliffiati, S.S., M.Si untuk melaksanakan kegiatan memperkenalkan budaya khas Indonesia melalui sosial media. Sebagai pelopor, Alif (50) mengungkapkan kegiatan promosi budaya Indonesia ini diadakan untuk membentuk mahasiswa menjadi duta budaya yang tentunya melek budaya Indonesia. “Duta budaya berarti dia cinta, tahu, paham dan akhirnya akan menjaga, serta berperilaku bijak salah satunya dengan tidak memandang rendah budaya orang lain. Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?” terang Alif.

Kegiatan promosi budaya melalui sosial media dilakukan dengan cara membuat poster penuh kreaftifitas serta informasi tentang budaya Indonesia, baik itu gamelan, tarian, tradisi, dan masih banyak lagi. Tak hanya mewadahi uji kompetensi serta keprihatinan Alif terhadap generasi muda yang cenderung karib dengan budaya bangsa luar tinimbang budaya Indonesia. Kegiatan ini juga dapat mewadahi inspirasi dan imajinasi terhadap bakat yang terpendam dari mahasiswa Antropologi, seperti didunia desain visual maupun jaringan dalam sosial media.

Kegiatan ini pun mendapat respon positif dari mahasiswa jurusan Antropologi angkatan 2019. Salah satunya adalah Rika (19), gadis asal Sesetan ini mengaku amat bersemangat dengan kegiatan promosi budaya, sebab jauh dari kesan membosankan. “Posting di sosmed justru bukan jadi beban di aku, tapi malah pemicu untuk lebih ekstra kreatif lagi dalam membuat posternya supaya aku tidak kalah dari temen-temen lain dan malah bikin aku sadar bahwa bikin konten di sosmed (sosial media-red) yang menarik itu ternyata tidak mudah” tutur Rika bernada bahagia.

Mengangkat tema Gamelan Bungbang yang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari bambu. Rika menuturkan bahwa dalam satu orkestra Bungbang diperlukan sekitar 45 Gamelan Bungbang yang terbagi menjadi nada rendah, nada sedang, dan nada tinggi yang dimainkan oleh 45 orang. Gamelan Bungbang dinilai unik karena diciptakan atas hasil inspirasi dari suara gelembung air yang dihasilkan ikan-ikan akuarium. Sebagai gamelan asli Banjar Tengah, Desa Pekraman Sesetan, Denpasar Selatan merupakan buah karya Maestro Gamelan Bungbang ialah (Alm.) I Nyoman Rembang yang merupakan orang asli Sesetan dan dulunya seorang dosen di ISI Denpasar. Sehingga, sebagai bagian dari masyarakat Sesetan, Rika pun amat tertarik untuk menyelami seluk beluk gamelan nan unik ini.

Setelah para mahasiswa membuat poster dengan budaya Indonesia yang berbeda-beda, poster dalam format JPEG dikirim melalui pesan pribadi kepada Alif. Kemudian mahasiswa mengunggah poster hasil karyanya di sosial media untuk bersama-sama menyebarluaskan informasi tentang kebudayaan Indonesia. Menurut Rika, respon yang ia dapat dari unggahan posternya di Instagram dan Facebook mendapat respon yang positif dari teman-temannya. Banyak yang suportif dan memberikan pujian terhadap unggahan yang ia buat. “Sejauh ini belum ada respon yang negatif” ujar gadis cantik ini.

Ketika melihat hasil karya anak didiknya, Alif mengaku bangga dan senang karena bisa memotivasi anak didiknya untuk berkarya meski ada pula mahasiswa yang baru pertama kali dalam membuat poster. Meski ada saja mahasiswa yang membuat poster dengan asal-asalan, namun Alif tetap menerima dan menghargai proses yang telah dilalui oleh mahasiswanya selama pembuatan poster tersebut. “Ibarat buah pada suatu pohon, tidak semua akan berbuah bagus. Pasti ada yang mentah atau busuk karena penyakit,” ujar wanita asal Malang tersebut.

Dalam proses penilaian, Alif tak sendirian. Ia mengajak tiga orang di luar Antropologi Unud untuk bersama-sama dalam menilai secara adil. Adapun tiga orang tersebut diantaranya Ferdinand yang berasal dari pelaku pariwisata, Eka Faturrahman dan Farah Billah Fadholi keduanya merupakan mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir yang mumpuni dalam bidang desain dan layout majalah kampus. Penilaian yang dilakukan yaitu terhadap waktu pengumpulan poster, efisiensi konten, kreativitas, serta format yang sesuai untuk kebutuhan dalam membuat poster.

Secercah harapan pun diungkapkan Alif untuk seluruh mahasiswa Program Studi Antropologi agar di masa depan anak didiknya harus bisa menjadi seorang duta budaya, dimanapun berada dan apapun profesinya. Adapun kegiatan dengan media poster ini diharapkan dapat berkelanjutan dengan tema-tema yang berbeda seperti 7 unsur kebudayaan dan budaya daerah dari masing-masing mahasiswa. Sebagai bagian dari keluarga Antropologi Unud, sebuah keberlanjutan turut diharapkan Rika untuk kegiatan ini. “Semoga dengan adanya kegiatan promosi budaya dengan media sosial media membuat teman-teman menjadi terpacu untuk berpikir kreatif dan memunculkan ide-ide baru sebagai bahan dari promosi budaya. Karena ini adalah kesempatan yang bagus untuk kerabat Antropologi dalam menunjukkan eksistensinya bahwa Antropologi itu bukan hanya tentang budaya, melainkan memiliki lingkup luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan” pungkas Rika dengan penuh harapan.

 

Penulis: Dhifa

Penyunting: Yuko

You May Also Like