Ritual-Ritual Pemakaman ‘Wah’ di Indonesia

Ketika kita berpikir logis, untuk apa mengeluarkan uang banyak hanya untuk mereka yang sudah meninggal?. Sebaliknya prosesi penghormatan terakhir kepada jenazah di Bali dan Toraja mengeluarkan biaya yang “wah”.

Bali. Sebuah pulau dengan beragam keistimewaan, mulai dari objek wisata, masyarakatnya yang ramah, serta keunikan adat-budaya yang telah menjadikannya popular di mata dunia. Salah satu tradisi unik di Bali adalah upacara pembakaran mayat yang disebut Ngaben.

Ngaben diawali dengan persembahyangan yang dilakukan oleh segenap keluarga dan handai taulan yang ditinggalkan sebagai penghormatan terakhir. Pada tengah hari, jasad dimandikan dan dibawa ke luar rumah. Jasad kemudian diletakkan di Bade yang disiapkan oleh para warga Banjar, lalu diusung beramai-ramai dengan semarak. Suara gambelan dan kidung menyertai menuju ke tempat upacara. Bade diarak dan diputar-putar dengan maksud agar roh orang yang meninggal menjadi bingung dan tidak dapat kembali ke keluarga. Jika roh orang yang meninggal kembali ke keluarga dipercaya bisa menyebabkan gangguan.

Sesampainya di tempat upacara, jasad ditaruh di punggung lembu. Pendeta mengujar mantra – mantra secukupnya, kemudian menyalakan api perdana pada jasad. Setelah semua menjadi abu, upacara yang dilakukan berikutnya yakni menghanyutkan abu tersebut ke sungai atau laut terdekat. Ini bermakna mengembalikan jasad ke asalnya, yaitu api, udara, air, angin dan ether. Ini adalah rangkaian upacara terakhir atas badan kasar orang yang meninggal. Dan kemudian keluarga dapat dengan tenang hati menghormati arwah tersebut di pura Ibu (pura keluarga –red).

Bade, yang digunakan untuk mengarak jenazah menuju 'setra'

Lain hal dengan Toraja, suku yang diapit oleh barisan gunung di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan ini memang tidak seperti Bali yang mempunyai sejuta pemandangan yang menawan. Namun Toraja memiliki kesamaan pada upacara penguburan jenasahnya. Rambu solo, merupakan prosesi penguburan jenasah di Toraja, yang menelan biaya ratusan juta, bahkan milyaran rupiah. Upacara Rambu solo adalah upacara yang pemakaman leluhur/orang tua.  Di upacara ini, kastapun berlaku.

Meriah tidaknya sebuah upacara Rambu Solo dilihat dari jumlah kerbau yang disembelih. Jenis kerbau pun dikategorikan dimulai dari jenis Kerbau Saleko yang harganya ratusan juta rupiah sampai kerbau yang harganya hanya berkisar 5-10 juta saja. Sebelum menyembelih kerbau ada atraksi ma’ Pasilaga Tedong yang dalam Bahasa Indonesia berarti adu kerbau. Kerbau mati dalam sekali tebasan, itu yang membuat atraksi ma’ Pasilaga Tedong ini menjadi menarik.

Kerbau mati dalam sekali tebas

Puncak dari upacara Rambu Solo disebut dengan upacara Rante yang dilaksanakan di sebuah lapangan khusus. Dalam upacara Rante terdapat beberapa rangkaian ritual yang menarik seperti proses pembungkusan jenazah (ma‘tudan, mebalun), pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah (ma‘roto), penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan (ma‘popengkalo alang), dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir (ma‘palao). Sepanjang upacara berlangsung diselingi dengan alun-alunan musik  seperti pa‘pompang, pa‘dali-dali dan unnosong yang semunya terbuat dari bambu; serta beberapa tarian, seperti pa‘badong, pa‘dondi, pa‘randing, pa‘katia, pa‘papanggan, dan passailo.

Ketika iring-iringan para pelayat yang sedang mengantarkan jenazah menuju Puya yang terletak di bagian selatan tempat tinggal manusia , dari kejauhan tampak kain merah panjang seperti selendang raksasa membentang di antara pelayat. Tempat penguburan jenazah ada di rumah-rumah Kecil “Patane” (rumah tak beratap), ada pula di batu-batu atau goa. Di batu-batu atau goa, jenazah dibiarkan begitu saja seperti yang ada di trunyan Bali.

Gambaran prosesi pemakaman kedua kebudayaan ini memiliki keunikannya sendiri-sendiri   namun ada satu kesamaan, yaitu mengurusi orang yang sudah mati dengan cara yang “wah”. Disitu letak keunikan dari kedua budaya tersebut. Budaya yang tidak akan pernah dimiliki oleh budaya lain, yang kemudian menambah khasanah keunikan Indonesia. Berbanggalah kita sebagai bangsa Indonesia mempunyai budaya yang unik, menarik, serta menawan seperti budaya Bali dan Toraja. (JFi)

You May Also Like