Apa yang baru dalam Survei Elektabilitas PEMIRA 2019?
Program survei elektabilitas tahun ini merupakan program percobaan kedua kalinya Tim Riset dan Survei Litbang dalam melatih kemampuan dasar riset dan survei pada fungsionaris Pers Akademika periode 2019. Pada survei elektabilitas PEMIRA 2017, karya yang kami hasilkan berupa buletin yang mengandung konten pengetahuan dan kepercayaan mahasiswa terhadap BEM-PM Unud, isu Kartu Registrasi Mahasiswa (KRM) yang disalahgunakan oleh tim sukses pasangan calon (paslon), dan wawancara mendalam mengenai paslon presiden dan wakil presiden BEM-PM. Pada survei 2017 silam memiliki banyak kelemahan misal survei yang dilakukan lewat daring internet. Penggunaan survei lewat daring internet sebenarnya sah-sah saja di kalangan program kerja organisasi mahasiwa kecuali buat Survei PEMIRA. Mengapa demikian? karena kami melihat rata-rata responden yang mengisi kuesioner justru sebagian besar tim sukses dan simpatisan paslon yang membuat survei tersebut menjadi tidak relevan. Selain itu, pembuatan buletin kami tidak ditanggapi secara baik oleh sebagian besar mahasiswa Unud misal buletin PEMIRA edisi 2017 yang dibuang di tong sampah, sehingga kami memikirkan apa konten yang menarik perhatian isu PEMIRA Unud ini.
Pada Survei Elektabilitas PEMIRA 2019, kami mencoba konten baru melalui video singkat yang dipublikasi lewat media sosial Pers Akademika yang diikuti oleh hasil pembahasan kuesioner. Belajar pengalaman dua tahun lalu, Tim Riset dan Survei memutuskan melakukan survei secara tertutup dan konvensional kepada mahasiswa di 13 fakultas Unud, supaya objektif memilih responden. Fokus isu kami terletak pada pola perilaku mahasiswa dalam memilih paslon yang mereka pilih pada PEMIRA 2019 ini. Pola perilaku yang menjadi sorotan adalah apakah mahasiswa memilih berdasarkan popularitas (telah dikenal), kesamaan fakultas, atau konsep paslon yang membawa perubahan Udayana yang baik?
Survei ini belum tentu tepat 100% dan hasil akhir bisa berubah. Mengingat setelah tanggal 20 November yakni 21-26 November 2019, ketiga paslon sedang gencar-gencarnya melakukan kampanye lewat konvensional dan online. Hasil survei ini bisa menjadi pedoman untuk para tim sukses dan simpatisan masing-masing paslon untuk berusaha lebih giat dalam mengkampanyekan grand design paslon yang didukung pada waktu yang tersisa ini.
Metodologi Survei
Tim Riset dan Survei LitBang Pers Akademika mengadakan survei elektabilitas PEMIRA Presiden BEM-PM tahun 2019. Survei ini dilakukan untuk melihat pola prilaku mahasiswa dalam memilih paslon presma dan wapresma. Survei Elektabilitas dilaksanakan pada 11 November 2019 sampai dengan 20 November 2019. Metode yang digunakan adalah Purposive Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tim survei memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian yang diangkat (Martono, 2010:19). Dalam survei elektabilitas PEMIRA Unud tahun 2019, tim survei menyasar mahasiswa Unud yang mengetahui tentang PEMIRA ataupun beberapa paslon yang bertanding dalam PEMIRA.
Sampel yang terambil adalah sebagai berikut.
- Mahasiswa FEB : 40 orang responden
- Mahasiswa FK : 40 orang responden
- Mahasiswa FT : 40 orang responden
- Mahasiswa FIB : 35 orang responden
- Mahasiswa FH : 35 orang responden
- Mahasiswa FISIP : 35 orang responden
- Mahasiswa FP : 35 orang responden
- Mahasiswa FPAR : 35 orang responden
- Mahasiswa FTP : 35 orang responden
- Mahasiswa FMIPA : 35 orang responden
- Mahasiswa FAPET : 30 orang responden
- Mahasiswa FKH : 30 orang responden
- Mahaiswa FKP : 30 orang responden
Batas survei elektabilitas ini yaitu kami hanya melakukan survei pada mahasiswa angkatan 2017 hingga 2019. Mengapa demikian? Karena pada angkatan 2016, kami agak kesulitan menemui mahasiswa angkatan 2016 yang sudah jarang kuliah, ada kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL), dan sebagainya. Jumlah total populasi angkatan 2017-2019 adalah 15.178 orang sehingga ukuran sampel menjadi 455 orang dengan tingkat kepercayaan 95% dan Margin of Error sebesar 5%. Pada survei ini telah diisi oleh mahasiswa angkatan 2019 sebesar 38%, angkatan 2018 sebesar 33%, angkatan 2017 sebesar 29% (bisa lihat diagram di bawah ini).
Kemudian survei ini juga telah diisi oleh seluruh elemen 13 fakultas yang ada di Universitas Udayana (Bisa Lihat Diagram)
Nah mari kita lanjutkan, data yang telah terkumpul menyatakan bahwa paslon nomor urut 1 Satya-Nata unggul sebesar 30%, kemudian diikuti paslon nomor urut 2 Sugun-Indra sebesar 16%, dan paslon nomor urut 3 Umar-Novi sebesar 15%, sisanya sebesar 39% memilih tidak tahu. Alasan mereka memilih tidak tahu ada beberapa faktor, diantaranya Pertama, mereka menunggu acara debat paslon PEMIRA dimana kegiatan tersebut pemilih dapat mengetahui mana yang menurut mereka mampu memimpin BEM-PM Unud satu tahun kedepan. Kedua, mereka menunggu kampanye paslon lainnya yang memiliki visi; misi; dan proker inovatif yang akan singgah di fakultas mereka baik ruang lingkup forum maupun kelas. Ketiga, masih mempertimbang dan mengenal lebih dalam paslon-paslon tersebut.
Pemetaan Politik Paslon Nomor Urut Satu Satya-Nata Berdasarkan Angkatan
Pemetaan Politik Paslon Nomor Urut Satu Satya-Nata Berdasarkan Fakultas
Pengetahuan Responden Mengenai Konsep Paslon Nomor Urut Satu Satya-Nata
Berdasarkan survei, sebanyak 49% responden pemilih Satya-Nata berasal dari angkatan 2019, angkatan 2018 sebanyak 30% dan angkatan 2017 sebanyak 21%. Responden yang memilih Satya-Nata terbanyak berasal dari Fakultas Teknik sebesar 18% dan Fakultas Kedokteran sebesar 15%. Namun sayangnya, 73% responden yang memilih Satya-Nata menyatakan tidak tahu akan konsep yang diusung paslon pilihan mereka yaitu Reparasi Cita Udayana.
Pemetaan Politik Paslon Nomor Urut Dua Sugun-Indra Berdasarkan Angkatan
Pemetaan Politik Paslon Nomor Urut Dua Sugun-Indra Berdasarkan Fakultas
Pengetahuan Responden Mengenai Konsep Paslon Nomor Urut Dua Sugun-Indra
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa paslon nomor urut 2, Sugun-Indra, terdiri dari 37% responden yang berasal dari angkatan 2018, 32% dari angkatan 2019, dan 31% dari angkatan 2017. Responden yang memilih Sugun-Indra terbanyak berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebesar 26% dan Fakultas Hukum sebesar 21%. Namun sayangnya, 65% responden yang memilih Sugun-Indra menyatakan tidak tahu akan konsep yang diusung paslon pilihan mereka yaitu Akal Rasa Udayana.
Pemetaan Politik Paslon Nomor Urut Tiga Umar Novi Berdasarkan Angkatan
Pemetaan Politik Paslon Nomor Urut Tiga Umar Novi Berdasarkan Fakultas
Terakhir, Umar-Novi. 40% responden pemilih Umar-Novi berasal dari angkatan 2017, 31% berasal dari angkatan 2019, dan 29% berasal dari angkatan 2018. Responden yang memilih Umar-Novi terbanyak berasal dari Fakultas Pariwisata sebesar 25% dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebesar 21%.
Pengetahuan Responden Mengenai Konsep Paslon Nomor Urut Tiga Umar-Novi
Setelah melihat jumlah responden fakultas yang mendukung paslon nomor urut tiga Umar-Novi, mari sekarang kita melihat responden yang telah memilih paslon tersebut tahu konsep yang Umar-Novi usung buat Udayana kedepan. Sebanyak 70% responden yang memilih Umar-Novi menyatakan tidak tahu dan 30% menyatakan tahu akan konsep yang diusung paslon pilihan mereka yaitu Abdi Gerak Udayana.
Di sisi lain, masih banyak responden yang tidak mengetahui akan memilih siapa saat Pemira nanti. Hal ini dibuktikan dari mayoritas responden yang memilih opsi “Tidah Tahu” sejumlah 39% dari total seluruh responden. Ketidaktahuan para responden untuk memilih paslon nomor urut berapa saat pemira nanti dibarengi dengan minimnya pengetahuan mereka terhadap nama kabinet dan visi-misi yang diusung oleh setiap paslon. Sebanyak 87% mengaku bahwa tidak mengetahui mengenai nama kabinet yang diusung oleh paslon dalam PEMIRA Unud 2019. Sayangnya, hanya 13% responden yang mengetahui mengenai nama kabinet dari paslon dalam Pemira Unud 2019. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa sosialisasi mengenai setiap paslon masih tergolong minim. (lihat diagram di bawah ini).
Berdasarkan data yang kami dapatkan, sebanyak 46% responden memilih setuju. Sedangkan 28% responden memilih ragu-ragu dan 26% responden memilih tidak setuju. Hal ini tentunya menjadi pembahasan yang menarik sebab mayoritas responden memilih paslon berdasarkan popularitas. Semakin populer paslon maka semakin besar pula peluang mereka untuk mendapatkan simpati dari calon pemilih.
Berdasarkan data yang kami dapatkan, sebanyak 18% responden memilih setuju. Sedangkan 12% responden memilih ragu-ragu dan 70% responden memilih tidak setuju. Kendati sebagian besar responden mengaku bahwa ia belum tentu akan memilih paslon yang memiliki fakultas yang sama dengannya, nyatanya masih ada beberapa mahasiswa Unud yang mementingkan fakultasnya sendiri untuk menang. Hal ini berarti politik identitas berdasarkan kesamaan fakultas dalam Pemira Unud masih kental terasa.
Berdasarkan data yang kami dapatkan, pada indikator “memilih paslon karena pertemanan di masa sekolah dan kuliah” sebanyak 14% responden memilih setuju. Sedangkan 14% responden memilih ragu-ragu dan 72% responden memilih tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa adanya mahasiswa Unud tidak terlalu melihat apakah paslon yang ia pilih tersebut merupakan temannya ketika menempuk pendidikan di tempat yang sama. Namun, tidak menutup kemungkinan pula beberapa dari responden masih menjawab memilih opsi “setuju” dan “tidak setuju” dikarenakan hubungan yang erat dengan paslon terkait.
Berdasarkan data yang kami dapatkan, sebanyak 6% responden memilih setuju. Sedangkan 9% responden memilih ragu-ragu dan 85% responden memilih tidak setuju. Kendati sebagian besar mahasiswa Unud bukan memilih paslon karena kesamaan gender dan/atau tempat asal, namun masih ada mahasiswa Unud yang memilih paslon berdasarkan persaman gender dan/atau daerah asal. Hal ini menujukkan politik identitas masih terasa dalam PEMIRA Unud 2019.
Berdasarkan data yang kami dapatkan, Sebanyak 4% responden memilih setuju. sedangkan 7% responden memilih ragu-ragu dan 89% responden memilih tidak setuju. ternyata politik kepentingan di Unud masih ada terbukti adanya pola perilaku responden memilih paslon karena kepentingan tertentu (misal diberikan jabatan dalam organisasi dan sebagainya). Dari data-data ini bisa diprediksi siapa pemenang PEMIRA 2019. Sudahkah kalian menentukan paslon pilihan kalian? Jangan lupa gunakan hak suara kalian!