Ngelawang – Sekelompok anak-anak mengarak Barong Bangkung diiringi gamelan
Ngelawang, tradisi yang dijalankan oleh umat Hindu di Bali sebagai ritual tolak bala yang dipentaskan saat Hari Raya Galungan dan Kuningan. Tradisi Ngelawang dilakukan oleh sekelompok anak – anak dan remaja dengan mengarak barong bangkung keliling desa dan diiring gambelan sederhana.
Bagi umat Hindu di Indonesia, terutama di Bali, Hari Raya Galungan dan Kuningan menjadi salah satu hari raya yang paling ditunggu-tunggu. Hari raya ini diperingati setiap 210 hari (sesuai penanggalan Hindu di Bali), tepatnya pada Budha Kliwon Wuku Dunggulan. Hari raya Galungan dan Kuningan merupakan hari suci dengan rangkaian yang cukup panjang. Mulai dari Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Panyekeban, Panyajahan, Panampahan, Galungan, Umanis Galungan, Pemaridan Guru, Pemacekan Agung, Panampahan Kuningan, Kuningan dan Umanis Kuningan. Saat itu dapat disaksikan suka cita umat Hindu, khususnya di Bali saat merayakan hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan kebatilan (adharma).
Pada hari raya, umat Hindu melakukan persembahyangan, memanjatkan puji dan syukur sembari dilengkapi dengan sarana persembahyangan dan lantunan mantra suci. Pertanyaannya, mengapa kemenangan kebenaran ini dirayakan? Tentu saja, ini senantiasa untuk mengingatkan umat Hindu bahwa kebenaran akan selalu menang, dalam bahasa sansekerta disebut “Satyam evam Jayate”. Selain menjadi hari perayaan umat, ada hal yang paling ditunggu saat hari raya, khususnya bagi remaja laki-laki. Sembari menyiapkan persiapan untuk hari raya, remaja laki-laki juga sering menarikan tarian tradisional berupa Barong Bangkung atau lebih dikenal dengan Tradisi Ngelawang. Bagi masyarakat Bali, Tradisi Ngelawang sudah tidak asing lagi. Anak-anak sangat menyukai tradisi ini, ini merupakan pertunjukan seni yang unik dan menarik. Pada saat tradisi Ngelawang digelar, maka yang dipentaskan adalah Barong Bangkung, barong tersebut diarak keliling desa diiringi oleh gambelan. Gambelannya pun sangat sederhana yang juga dimainkan oleh anak-anak dan remaja.
Tradisi Ngelawang biasannya disaksikan sehari setelah Galungan, atau yang disebut Umanis Galungan, sampai dengan Umanis Kuningan. Ngelawang sangat identik dengan Barong Bangkung, karena jenis barong inilah yang dipentaskan keliling desa. Ini adalah sebuah tradisi di Bali yang diyakini bertujuan untuk menolak Bala dan sebagai simbol untuk merayakan kemenangan dharma atas adharma. Barong sendiri merupakan lambang perwujudan dari Sang Banas Pati Raja yang bisa menjaga manusia dari wabah dan bahaya. Untuk menghindari wabah dan bahaya tersebut tentu juga bertujuan untuk memotivasi manusia untuk menjaga lingkungan tetap bersih, menjaga keberadaan hutan sehingga tidak terjadi wabah penyakit ataupun bahaya lain yang merugikan.
Ngelawang – Sekelompok anak-anak mengarak Barong Bangkung diiringi gamelan
Barong Bangkung tersebut ditarikan dan diarak keliling melewati jalan-jalan desa dengan tujuan mengusir roh-roh jahat atau tolak bala. Meskipun diyakini sebagai penolak bala, pementasan tarian ini tidak mengedepankan kesakralan dari Barong Bangkung yang mereka pentaskan. Barong yang digunakan merupakan barong yang dibuat dengan rasa kebersamaan dan perkumpulan anak- anak remaja. Ngelawang melibatkan banyak peserta, biasanya dua penari Barong Bangkung, dan sisanya sebagai pengiring sekaligus para penabuh gamelan, semuanya bisa berjumlah antara 8 orang sampai 15 orang, para pemain biasanya dari kalangan anak-anak dan remaja.
Begitu menariknya kesenian Ngelawang tersebut, sehingga sejumlah anak-anak di Bali sering menyalurkan kreativitasnya dalam pembuatan Barong Bangkung dan dengan iringan beberapa buah gamelan, mereka berkeliling desa mementaskan Barong Bangkung tersebut sebagai wujud melesatrikan seni dan budaya. Pengembangan seni ini menjadi suka cita bagi anak-anak baik itu yang mementaskan dan juga yang menonton, sehingga sebagai wujud terimakasih pementasan tersebut terkadang penari memperoleh imbalan dari para penonton. Untuk hasil dari pementasan barong Bangkung biasanya akan dibagi rata dengan jumlah peserta yang menarikannya.
Penulis : Kadek Gunadi
Penyunting : Era Sugiantini