Beberapa patung batu yang dipamerkan pada bagian depan Big Garden Corner yang terletak di persimpangan lampu merah By Pass Ngurah Rai, Waribang, Padang Galak, Sanur.
Destinasi wisata di Bali didominasi dengan pantai. Namun tidak banyak yang tahu bahwa kota padat seperti Denpasar ternyata memiliki konsep wisata berbeda, yakni Big Garden Corner. Sebuah kebun hijau dengan sentuhan seni patung yang menunjukan culture seluruh Indonesia.
Denpasar, kota padat yang tak pernah sepi, dilintasi berbagai kendaraan dari berbagai daerah. Tepat di persimpangan lampu merah By Pass Ngurah Rai, Waribang, Padang Galak, Sanur, berjejer patung-patung batu besar nan kokoh. Lokasi ini disebut dengan Big Garden Corner. Bali yang dikenal sebagai tempat wisata seni menjadikan Big Garden Corner atau orang-orang menyebutnya BGC tampak sama saja dengan toko patung batu kebanyakan di Bali. Tak terlihat begitu mencolok dimata wisatawan, tidak ada gapura besar ataupun candi-candi nan megah. Hanya sebuah patok yang bertuliskan Big Garden Corner dengan bentuk panah mengarak ke dalam kebun.
Patung perwujudan dari dewa dan juga budha menyambut kedatangan para wisatawan yang berkunjung. Batu-batu besar yang tingginya sekitar dua meter diletakkan berjejer menyerupai pagar yang kokoh dengan daya tariknya tersendiri. Cukup dengan membayar tiket masuk sebesar 25 ribu rupiah ternyata tidak hanya mendapatkan suguhan pemandangan tetapi juga voucer minuman yang bisa ditukarkan dengn soft drink atau gelato.
Bergerak lebih ke dalam, mata wisatawan akan secara otomatis tertuju pada warna-warni payung yang digantung beriringan seakan menyala diterpa sinar matahari. Tidak heran banyak wisatawan yang memilih untuk menghentikan langkahnya sejenak dan mengabadikan foto di spot yang satu ini.
Deretan warna-warni payung gantung di halaman Big Garden Corner.
Menengok ke kanan, terdapat Restaurant tengah kebun yang menyediakan berbagai menu makanan dan minuman. Tepat di samping restaurant disediakan area bermain bagi anak. Ada ayunan, jungkat-jungkit dan beberapa patung binatang yang dikemas dengan sangat manis. Cat warna-warni membaluri setiap benda yang tentunya sangat menarik minat anak-anak. Disediakan pula sebuah balai santai yang mengarah langsung ke area bermain anak. Hal ini bertujuan agar orang tua bisa mengawasi putra-putrinya sambil bersantai menikmati pemandangan ataupun mengabadikan kebersamaan.
Restauran di tengah kebun Big Garden Corner.
Sebagai salah satu pengunjung, disarankan bagi kalian yang ingin berkunjung ke wisata BGC untuk membawa memori ekstra. Luas area yang mencapai satu Hektar ini, membuat penasaran dengan jumlah patung yang dipamerkan di BGC. Saat ditanya, Jo Brahmana yang merupakan manager BGC mengaku tidak mengetahui jumlah pasti patung-patung tersebut.
“Saya sendiri tidak tahu pasti berapa jumlah patung yang ada disini karena saking banyaknya, mungkin ada sekitar dua ribuan,” ucapnya sambil tersenyum.
Awalnya kemunculan BGC yaitu dari adanya galery patung dimana pemiliknya bergerak dalam bidang penjualan patung. Namun karena kunjungan yang kian hari kian membesar akhirnya mendorong pihak pengelola untuk menjadikan galery tersebut menjadi wisata yang dibuka untuk umum.
“Kurang lebih Big Garden Corner sudah dibuka dari empat bulan yang lalu, dan kami pun tidak menyangka bahwa antusisme pengunjung bisa sebesar ini, karena jujur kami tidak pernah melakukan promosi,” ujar Jo.
Menurut Jo, tercatat 200 sampai 300 tiket masuk terjual setiap harinya, apalagi pada saat hari libur, pengunjung bisa mencapai 400 sampai 500 orang. Dengan pengunjung yang terbilang cukup banyak, ternyata BGC hanya mempekerjakan 20 karyawan. Konsep garden yang santai menjadi salah satu alasan pengelola tidak mempekerjakan banyak karyawan.
Konsep santai sangat terasa dari adanya beberapa Bean Bed manis berwarna-warni lengkap dengan payung khas Bali. Terlihat banyak pengunjung yang duduk-duduk santai sambil berselfy ria dengan background arsitektur Candi Borobudur. Memang selain fasilitas taman BGC juga memiliki miniatur dari Candi Borobudur dan Candi Perambanan yang tentunya sayang untuk dilewatkan.
Suasana santai di areal Big Garden Corner.
Ada satu bangunan yang sangat menarik minat saya, jejeran akar pohon yang besar kurang lebih berdiameter 30 cm dengan tinggi mencapai 2,5 meter. Akar-akar ini disusun berbaris hingga membetuk sebuah lorong yang di celah-celahnya bisa masuk sinar dari sang mentari. Tak sedikit wisatawan yang mengidolakan spot yang satu ini. Wisatawan kerap menyebut spot yang satu ini dengan nama lorong akar pohon.
Lorong Akar Pohon, salahsatu spot favorit pengunjun Big Garden Corner.
Ternyata sebagian besar material yang digunakan di BGC adalah bahan-bahan yang didapat langsung dari alam. Seperti tiang-tiang yang digunakan pada setiap bangunan Restaurant. Terdapat Mini Bar yang terbuat dari perahu tua. Kemudian ada beberapa meja santai yang terbuat dari batu dan tak ketinggalan kursi batu menyerupai tahta raja. Jika anda berkunjung saat siang hari maka anda bisa menikmati sensai hangat dari kursi-kursi batu tersebut.
Beranjak ke bagian belakang kebun terdapat sebuah kolam lengkap dengan jembatan penyebrangan. Terlihat begitu romantis dengan tambahan bentuk hati yang terbuat dari besi dicat putih dengan replika dua burung yang saling memandang diatasnya. Sangat cocok sebagai spot foto bagi pengunjung yang datang dengan pasangannya. Patung dewi yang sedang menuang air yang terletak di samping kolam juga tidak kalah menarik.
Lelah berkeliling, pengunjung bisa bersantai di Gazebo yang terletak di samping kolam. Bangunan mini dengan sebuah kursi panjang dilengkapi meja kayu ini terlihat sangat sesuai dengan ciri khas Bali.
Patung dewi menuang air, salah satu koleksi antik Big Garden Corner.
Semua patung yang dipamerkan di Big Garden Corner ini ternyata masih tetap diperjualbelikan. Saat ditanya mengenai hal ini Jo menuturkan “Hal ini kembali lagi pada fungsi awal dari terbentuknya BGC yaitu sebagai galery penjualan patung. Selain itu patung yang nantinya laku akan digantikan dengan patung yang baru. Selain menambah koleksi patung hal ini juga kami harapkan mampu mencegah kejenuhan pengunjung dengan patung-patung yang selalu berubah,” tutup Jo. (apr)