Menjelajahi alam Indonesia memang tiada habisnya, apalagi Bali. Tak heran, karena Bali memiliki berbagai panorama pengikat hati yang tak bosan-bosan untuk dikunjungi. Salah satunya keindahan panorama pantai yang satu ini. Bagi pengunjung yang pertama kali mendatangi pantai ini, pasti akan mendapatkan momen yang sangat luar biasa karena selain bisa menyaksikan deburan ombak yang mengikat hati, di pantai yang satu ini kita juga bisa menyaksikan keindahan tebing yang berkelak-kelok.
Pantai Ungasan, begitu nama yang tertera di papan jalan yang saya telusuri, Minggu, (24/01). Dengan menggunakaan kendaraan roda dua, kami, tim Pers Akademika berangkat dari Student Center, Jln. Dr. Goris, Denpasar menuju lokasi pantai itu berada. Asap, debu, hiruk pikuk, dan macetnya Denpasar dan Jimbaran tak menjadi penghalang perjalanan kami sore itu.
Saat memasuki areal pantai, terbesit kalimat “inilah surganya dunia yang dimaksud”. Saya terpesona dengan keindahan kelak-kelok tebing putih yang seakan menjulang tinggi memecah cakrawala itu. Rasa kagum terus memuncak meski sang mentari semakin surut, seperti halnya gelombang ombak saat itu. Kemegahan dinding tebing putih yang mengapit khas pantai ini menjadi pembeda pantai Ungasan dengan pantai lainnya. Kecantikan bentuk serta warna yang dimilikinya membuat imaji melayang, tebing putih ini bak bodyguard penjaga pantai Ungasan.
Tak heran bila pantai ini akan menjadi tempat wisata yang ramai pengunjung. Perbaikan untuk menjadi destinasi pariwisata yang lebih sempurna jelas terlihat. Hal itu terbukti dari ujung tebing berkelok, terlihat jalan beraspal selebar jalan raya biasa. Tampaknya jalan beraspal itu bersih dan baru.
Perhatian saya berpaling dari ujung jalan beraspal itu, menuju arah pantai. Yang paling menonjol dari pantai Ungasan, yaitu pasir putih dan tatanan bebatuan putih yang serasi dengan warna tebing tadi – batu itu reruntuhan dari tebing putih yang tinggi itu, pikirku.
Pemandangan saya pun beralih pada pesona tatanan batuan yang menonjol ke dalam pantai. Lengkap dengan bangunan rumah yang nampaknya bangunan baru. Tempat wisata memang tak lengkap bila tanpa jajakan penjual makanan atau minuman. Pemandangan itu pun tak asing saya lihat di pinggiran pantai Ungasan, saya memutuskan untuk menikmati jajakan sang penjual tersebut sejenak.
Bergegas dari jajakan penjual di pantai Ungasan, tak lengkap bila tak menikmati ketenangan dan kejernihan air pantai Ungasan. Akhirnya, saya bersama tim Akademika langsung menyerbu pesona air pantai Ungasan. Biru jernih dengan keindahan karang dibawah lautnya tampak seperti keindahan kerajaan laut. Meniti luasnya air laut biru tersebut, memberikan kesan bebas yang membuktikan bahwa pantai mampu menghapus kerumitan dalam otak adalah benar.
Berselang hampir 30 menit menikmati air pantai Ungasan yang jernih saya beserta tim memutuskan untuk kembali kekediaman. Cuaca berubah, langit mulai temaram karena hujan badai menghampiri dari arah barat. Meskipun petualangan menjelajahi Pantai Ungasan begitu singkat, bagi saya pantai ini tetap begitu mengesankan. (jnt)