Generasi Millenial, Berpolitik yuk!

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dewan Pimpinan Wilayah Bali mengadakan talkshow nasional dengan tema “Generasi Millenial dan Politik Jaman Now”. Kegiatan tersebut berlangsung di Harris – Pop! Hotel and Convention pada hari minggu (26/11).

Acara talkshow nasional ini menghadirkan tiga narasumber utama. Mereka adalah Rudolf Dethu (Music Journalist), Kadek Jango Pramartha (CEO Bog-bog Cartoon Magazine), dan Tsamara Amany (Ketua DPP PSI). Talkshow dimulai dengan pemutaran film pendek Tolak Reklamasi Teluk Benoa yang dibawakan oleh Rudolf Dethu. Rudolf mengharapkan bahwa para peserta talkshow bisa meniru perjuangan generasi millennial di Bali dalam menolak reklamasi teluk benoa. Ia mengungkapkan bahwa politik harus dikemas dengan cara yang keren, sehingga generasi milenial tertarik untuk ikut didalamnya. Sama halnya seperti pergerakan kawan-kawan For Bali yang mengemas aksi-aksi tolak reklamasi lewat berbagai hal keren dengan melibatkan musisi dan seniman lainnya.

Tantangan politik jaman now bagi generasi millennial menurut Rudolf Dethu bukan terletak pada generasi saat ini. Tantangannya ada pada generasi lama untuk menyiapkan penerusnya. Menanggapi hal tersebut, Tsamara juga mengeluarkan pendapatnya. “Tantangannya yaitu meyakinkan aktivis supaya masuk partai politik. Masuk sistem untuk memperbaiki,” ujar perempuan 21 tahun ini. Jango Pramartha selaku seniman tak ketinggalan untuk mengeluarkan pandangannya terhadap politik zaman sekarang. “Politik tanpa seni didalamnya itu akan kering. Tidak menarik. PSI parpol pertama yang mengundang saya ke acara seperti ini,” ucapnya sambil tertawa.

Jango berkata bahwa dirinya sering membuat kartun yang berkaitan dengan kondisi politik di Indonesia. Menurutnya hal itu perlu dilakukan untuk “menggelitik” masyarakat agar lebih peduli terhadap kondisi politik di tanah air. Saat ditanya apakah dirinya mungkin akan berkarir lewat partai politik, Jango hanya menjawab dengan santai. “Posisi kartunis itu diatas pemerintah dan dibawah masyarakat. Jadi saya sebagai pengamat aja dulu,” tutup pria yang pernah menjabat sebagai Presiden Kartun Indonesia (PAKARTI) pada tahun 2005-2010.

Cokorda Dwi Satria Wibawa selaku ketua panitia menjelaskan bahwa talkshow nasional ini sengaja mengambil tema “Generasi Millenial dan Politik Jaman Now” karena melihat kecenderungan anak-anak muda bersikap apatis terhadap kondisi bangsa ini. “Selain itu juga untuk merubah stigma buruk terhadap partai politik,” jelas alumni FH Unud yang juga pernah menjadi pengurus BEM PM di Universitas Udayana. Ketua DPW PSI Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto menambahkan bahwa tujuan acara ini adalah untuk mengedukasi kaum millennial. “Dari beberapa survey, kaum millenial itu tidak peduli dengan politik karena mereka sudah jenuh. Mereka sudah enek dengan situasi politik ini dan mereka tidak mempunyai solusi. Jadi sebenarnya solusinya adalah kalau mau membikin politik itu kembali bagus sesuai dengan tujuannya yang mulia, sebenarnya kita harus gabung di partai politik, jangan justru dijauhi. Kita harus dekati partai politik, kemudian kita ganti orang-orang lama yang membikin kita enek itu sehingga suasana politik itu bisa kembali baru,” terangnya.

Peserta acara talkshow nasional ini terdiri dari kader-kader PSI, lembaga-lembaga kemahasiswaan, dan masyarakat umum. Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa UNUD, Gede Yuda Kamajaya merupakan salah satu diantaranya. Menurut Yuda acara ini seharusnya dibuat dalam skala besar. Alasannya karena edukasi politik untuk kalangan muda sangat penting. “Soalnya kita sebagai stakeholder di beberapa tahun mendatang harus paham bagaimana sebenarnya politik di Indonesia, sistem apa sebenarnya yang kurang dan harus diperbaiki, dan bagaimana sebenarnya kita kalangan muda harus bersikap tentang politik di negeri ini. Dengan konsep politik jaman now yang masuk banget dikalangan muda menggunakan sosmed yang seharusnya bisa dimanfaatkan juga sebagai sarana edukasi politik,” tutup Yuda.

Pesan dari Politisi Generasi Millenial

            Tsamara Amany Alatas, dara berusia 21 tahun ini merupakan contoh nyata dari generasi millennial yang terjun langsung ke dunia politik. Mahasiswi semester VI jurusan ilmu komunikasi di Universitas Paramadina ini mulai dikenal masyarakat luas sejak dirinya memutuskan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia dan menjabat sebagai Ketua DPP di usia yang sangat muda. Belum lagi ketika dirinya dengan berani mendebat Wakil DPR RI, Fahri Hamzah. Sontak kasus tersebut langsung melambungkan namanya.

Tsamara menjelaskan bahwa dirinya tetap bisa membagi waktu dan menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa meski dibarengi dengan tugas di partai politik. ”Ya amanlah. Kurang-kurangi tidur, banyak-banyakin mengerjakan skripsi, magang, dan partai aja. Tidur yang dikorbankan. Pasti harus ada pilihan yang dikorbankan. Jadi tetap menyediakan waktu untuk kampus dan kalau kita mau, bisa,” jelas wanita kelahiran 24 Juni 1996 ini. Tsamara juga menjelaskan bahwa kehidupan sosial di partai politik itu menyenangkan. Bisa bertemu banyak orang-orang, teman-teman di partai, teman-teman mahasiswa, caleg-caleg dan bagi Tsamara mereka sudah seperti teman dan keluarga sendiri.

Menurut Tsamara mahasiswa yang terlibat dalam organisasi kemahasiswaan dan komunitas-komunitas bisa diartikan bahwa mereka telah peduli terhadap isu-isu politik jika bergerak dalam gerakan-gerakan politik. “Kalau saya tidak di PSI, saya akan jadi aktivis. Saya akan menyelesaikan isu-isu korupsi misalnya. Isu-isu penting yang menjadi concern kami, misalnya isu-isu e-budgeting, isu-isu pembuktian terbalik. Pokoknya isu-isu yang berkaitan dengan anggaran pasti saya akan fokuskan disitu. Saya kalau nggak jadi politisi, saya mungkin akan melamar jadi staf-staf di pemerintahan. Saya merasa bahwa akan ada masa saya masuk sistem. Kalau tidak ada partai seperti PSI, saya paling akan jadi staf di pemerintahan,” ujarnya sambil tertawa kecil.

“Saya harap anak-anak muda di Bali semakin peduli terhadap isu politik Bali dulu, peduli terhadap isu-isu lokal karena saya percaya dengan peduli terhadap isu lokal terlebih dahulu, anak-anak muda Bali nanti akan dikenal masyarakat dimasanya,” pesan gadis yang bercita-cita menjadi Gubernur DKI Jakarta ini. (Bagus).

You May Also Like