Sabtu, 13 Maret 2010, Aula Fakultas Sastra Unud menjadi saksi kompetisi jurnalistik antar SMA se-Bali yang lolos ke putaran Grand Final. 15 SMA di Bali berkompetisi untuk menjadi juara dalam perlombaan kali ini.
“Grand Final ini merupakan rangkaian terakhir dari Workshop Akademika 2010,” ujar Angga Prayoga, Ketua Panita HUT Akademika ke-27. Memperebutkan piala bergilir rektor, semua SMA yang lolos ke babak ini berlomba mempertunjukkan kemampuan maksimal mereka di bidang jurnalistik. “Proses sebuah tim dapat lolos ke babak grand final tidak mudah. Mereka harus berlomba dulu di tingkat kabupaten untuk menentukan siapa yang terbaik, kemudian 2 sampai 4 tim terbaik tersebut baru lolos ke grand final,” ungkap Indra Darmawan, Koordinator Workshop Akademika.
Sebagai perbandingan dengan workshop Akademika tahun lalu, konsep workshop tahun ini adalah roadshow pelatihan jurnalistik dan pelatihan blog ke berbagai kabupaten di wilayah Bali dilanjutkan keesokan harinya untuk lomba. Alhasil, tim yang lolos merupakan tim terbaik dari tiap kabupaten. Roadshow yang dilakukan oleh panitia Akademika ternyata disambut positif oleh sebagian besar peserta.
“Menurutku workshop Akademika sudah cukup lumayan, selain bisa nambah pengetahuan tentang jurnalistik, melalui games yang diadain panitia antar peserta jadi bisa saling mengenal,” ungkap Rinezia, salah satu peserta asal SMAN 1 Tabanan. Senada dengannya, Utari, peserta dari Denpasar berharap konsep roadshow ini dipertahankan kedepannya. “Ga cuma pers SMA di Denpasar saja yang perlu diasah, tapi di daerah-daerah lain juga masih sangat perlu untuk meningkatkan kualitas jurnalis muda secara merata di Bali,” ujarnya.
Dalam workshop Akademika tahun ini tercatat 16 SMA dari tiap wilayah se-Bali yang lolos ke babak grand final. Hanya saja 1 SMA berhalangan hadir sehingga total 15 SMA yang berkompetisi. Lomba berlangsung selama 6 jam dan menariknya untuk penulisan rubrik resensi ada sedikit perbedaan dengan lomba kording pada umumnya. “Baru kali ini dalam pembuatan resensi diadakan nonton bersama terlebih dahulu. Ini membuktikan Akademika berusaha menjaga sportivitas lombanya!” ucap Alit, siswi SMAN 3 Denpasar.
Walaupun begitu tetap ada kritikan yang masuk untuk workshop Akademika tahun ini. “Saya sih berharap untuk kedepannya Akademika bisa menghadirkan pembicara yang lebih baik segi kualitasnya,” ungkap Alit. Menurut Ismed, peserta dari Colibri SMAN 1 Negara, walaupun grand final kemarin sudah berjalan cukup meriah dan berkesan tapi ternyata masih kurang greget. “Menurutku workshop tidak menjamin keberhasilan jurnalis. Kondisi peserta yang kurang fit, suasana yang panas, dan penyajian materi yang monoton membuat peserta jadi bosan,” tambahnya. Dirinya juga berharap di tahun depan kemasan lomba lebih seru dan tidak terkesan kaku.
Jikalau dua tahun lalu juara 1 diraih oleh SMAN 4 Denpasar dan tahun berikutnya diraih oleh SMAN 3 Denpasar, untuk tahun ini juara 1 kembali diraih oleh SMAN 3 Denpasar, disusul SMAN 4 Denpasar, SMAN 1 Melaya, SMAN 1 Negara, SMAN 1 Singaraja, dan SMAN 2 Semarapura yang membawa pulang piala juara harapan 3.
“Benar-benar dituntut sportivitas, kreativitas, dan kemampuan dari jurnalis itu sendiri. Persaingan dan pengawasan juga ketat, apalagi adanya pemerataan keikutsertaan tim-tim dari seluruh kabupaten di Bali,” kata Utari yang saat itu berhasil membawa pulang juara 2 ke SMAN 4 Denpasar. (oze)