Beberapa bulan terakhir, masyarakat Indonesia dikhawatirkan dengan harga minyak goreng yang melambung tinggi. Persediaan minyak goreng di beberapa warung dan toko semakin menipis. Melonjaknya harga minyak goreng juga mempengaruhi naiknya harga beberapa jenis makanan.
Keresahan yang dialami masyarakat Indonesia akhir-akhir ini kian bertambah dengan langkanya persediaan minyak goreng. Kelangkaan ini membuat masyarakat dituntut untuk bisa menghemat penggunaan minyak goreng dalam kehidupan sehari-hari mereka. Di Bali, misalnya beberapa toko-toko besar maupun warung-warung kecil kehabisan pasokan minyak goreng karena tidak adanya distribusi.
Beberapa merek minyak goreng yang sebelumnya lumrah dilihat oleh masyarakat seakan musnah di pasaran. Tepat di salah satu toko di Batubulan, Gianyar terlihat kekosongan pada beberapa rak yang biasanya digunakan untuk memajang minyak goreng dan kini hanya tersisa tulisan saja. Pasalnya, minyak goreng yang baru dipajang dengan cepat habis terjual.
Meski sudah diberikan pengarahan satu minyak hanya untuk satu orang, tetapi masih ada beberapa masyarakat yang tidak mendapatkan bagian. Hal ini disebabkan karena ada pembeli memilih menimbun minyak goreng dengan dalih persediaan. Dalam beberapa media, pemerintah menghimbau masyarakatnya agar tidak melakukan panic buying karena hal itu akan menghambat serta merugikan masyarakat lainnya. Selain itu, adanya penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) juga merupakan salah satu cara pemerintah untuk membantu masyarakat menghadapi situasi sekarang ini.
Sebagai seorang pengusaha kuliner di daerah Batu Bulan, Gianyar, Ni Made Sudastri, turut merasakan dampak dari melambungnya harga minyak goreng saat ini. Ia mengatakan, jika ia harus menghemat minyak dan mengurangi jumlah masakan yang ia buat. “Saya kan jualan makanan, pasti menggunakan minyak goreng. Tapi karena harganya mahal terus, kadang di warung tidak ada, jadi harus hemat. Apalagi, di rumah kan masak juga buat keluarga,” tutur Made (01/3).
Tak hanya di toko-toko besar, bahkan di beberapa warung dan pasar tradisional pun mengalami kelangkaan pasokan minyak. Putu yang merupakan seorang pedagang sembako, mengatakan ia kesulitan mencari minyak goreng menjelang Hari Raya Nyepi. Ia pun memilih untuk tidak menjual minyak goreng. “Harganya itu yang satu liter Rp18.000, masih mahal. Terus, hari raya sekarang sulit mencari minyak, jadi tidak bisa jual dulu,” ungkap Putu.
Dalam menangani permasalahan ini, pemerintah telah melakukan beberapa upaya. Mulai dari kebijakan satu harga (19/1), kebijakan Domestik Market Obligation (DMO) dan Domestik Market Obligation (DPO) (27/1), larangan terbatas ekspor CPO dan turunannya, hingga menyesuaikan HET. Made sebagai salah satu pengusaha yang merasakan dampak dari melambungnya harga minyak goreng berharap agar permasalahan ini lekas usai melalui tangan pemerintah dan distribusi minyak goreng dapat segera diperbaiki sehingga persediaannya tidak menipis. “Harapan saya, semoga permasalahan harga dan persediaan minyak goreng ini bisa cepat selesai, supaya bisa kembali normal saja,” tutup Made.
Penulis : Restu Tresnawati
Editor : Dewik