Menjelang siang, Senin (16/03/09), kawasan Catur Muka Denpasar diramaikan sekumpulan orang berbaju hitam berlabel World Silent Day yang membentang spanduk hitam di kawasan barat lapangan puputan Badung tersebut. Dimaksudkan untuk menjelang 21 Maret yang diperingati sebagai Hari Hening Dunia (World Silent Day/WSD), sejumlah LSM lingkungan hidup tampak membagikan brosur dengan dua versi bahasa. Beberapa pengendara tampak antusias mengamati spanduk yang terpasang dan brosur yang disebarkan. Seorang pengendara sepeda motor bahkan sempat berhenti di tikungan untuk bertanya mengenai kampanye lingkungan yang telah dilaksanakan selama dua tahun ini. Begitu pula seorang wanita asal Lampung bersemangat menggali informasi mengenai kampanye tersebut.
Kampanye WSD dilaksanakan oleh Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim (KBPI) yang dibentuk oleh PPLH Bali, BOA, WALHI Bali dan Yayasan Wisnu bersama budayawan dan tokoh masyarakat Bali. Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat melakukan hening tanpa kegiatan pada tanggal 21 Maret 2009 mulai pukul 10.00 hingga 14.00 dengan jalan tidak menggunakan kendaraan bermotor dan mematikan barang-barang elektronik.
“Dengan melakukan hening selama empat jam kita memberi waktu bagi bumi untuk kembali memulihkan sistemnya sendiri,” ungkap Agung Wardhana, direktur eksekutif WALHI dalam pemaparannya mengenai WSD pada konferensi pers yang dilaksanakan di kantor WALHI Bali seusai kampanye. Ia menegaskan, meski ide hari hening ini ditarik dari kearifan lokal Bali, yakni Nyepi, namun esensi yang diambil dari sisi lingkungannya.
Berbagai dukungan telah digalang untuk menyukseskan WSD. Berita yang cukup menghangatkan dada disampaikan Hira Jhamtani, ketua pengarah KBP bahwa gubernur Bali sangat mendukung gerakan ini dan akan memberlakukannya di setiap instansi pemerintah. Menurut Suarnatha dari yayasan Wisnu, dukungan masyarakat pun masih terus mengalir lewat tanda tangan, website dan link blog.
“Karena kampanye WSD ini bertepatan dengan hiruk pikuk kampanye, kita nantikan saja apakah akan ada caleg-caleg yang mengambil inisiatif untuk melaksanakan kampanye yang mendukung WSD pada tanggal 21 Maret dengan menghindari menggunaan kendaraan dan alat elektronik. Kalau tidak ada, ya tidak,’’ ungkap Hira yang disambut riuh hadirin.
Konferensi pers ditutup dengan pembacaan puisi bertajuk “Menyepi” oleh Panji Tisna karya Pablo Neruda yang ditulis pada tahun 1958. Puisi yang berjudul asli “A Callarse” tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan mengundang applause hadirin dan mampu meghadirkan esensi keheningan yang hendak disampaikan dalam WSD.
Dian Purnama