Ketika Harus Menyicipi Arak Api

Perjalanan Jelajah Jurnalistik kedua pada Kamis (17/6) menyisakan cerita menarik. Sebanyak 15 orang Tim Konvergensi Media mulai bertandang ke lokasi tiga desa di Karangasem, yaitu Desa Tri Eka Buana, Desa Sebudi, dan Desa Bhuana Giri. Dimulai dari menyicipi komoditas utama berupa arak hingga tantangan di tengah peliputan wisata air terjun. 

Kamis, 17 Juni 2021 menjadi hari yang dipilih oleh Tim Konvergensi dalam menjelajahi tempat-tempat untuk lebih mendalami diri sebagai pers mahasiswa melalui acara Jelajah Jurnalistik. Pukul 08.00 WITA, Tim Konvergensi Media sudah berkumpul di Sekretariat Pers Akademika Universitas Udayana. Ketika waktu menunjukkan pukul 08.40 WITA, dua mobil yang menjadi transportasi perjalanan mulai berangkat menuju lokasi tujuan, yakni Desa Tri Eka Buana, Desa Sebudi, dan Desa Bhuana Giri. I Gusti Agung Ayu Gangga Samala Dewi, salah satu Tim Konvergensi Media selaku Tim online, merasa kebingungan akan kendala yang dihadapi. “Saya bingung dalam menentukan pertanyaan. Sudah melakukan observasi lewat bacaan masih saja bingung mau nanya apa,” ungkapnya.

Senada dengan Gangga, tim konvergensi lainnya, Anak Agung Martha Birmanthara, memiliki kekhawatirannya sendiri. Sebab, pria yang akrab disapa Martha itu ditugaskan menjadi pembawa acara terkait topik produksi arak di Desa Tri Eka Buana. Ia dianjurkan untuk mencicipi hasil produksi arak di desa tersebut. “Perasaan saya deg-degan karena tidak biasa minum, jadi agak nervous” ujarnya. Namun, Martha tahu ia harus menghadapinya. Tibalah ia bersama dengan rekan tim lainnya di Desa Tri Eka Buana, Sidemen. Kala menghampiri pengrajin arak, ia disuguhi arak api dengan kadar alkohol 40%. Bahkan, sang pengrajin membakar minuman itu di hadapan Martha. Sontak, Martha menatap khawatir. Untungnya, ia berhasil melalui tantangan tersebut. “Rasanya seperti cuka apel,” ujarnya seraya mengernyitkan dahi dan tertawa getir. Perjalanan berlanjut dengan melakukan eksplorasi Air Terjun Gembleng. “Secara umum ini jadi liputan perdana saya di Persma Akademika. Liputan ini bukan hanya perihal menjalankan tugas, tapi lebih kepada bagaimana saya mendapat sudut pandang baru,” tambahnya saat ditanya perihal kesan.

Wawancara – Tim Konvergensi melakukan wawancara dengan sangat antusias, terlihat dari berbagai pertanyaan yang diajukan.

Lebih lanjut, rasa antusias tim konvergensi membara saat mewawancarai narasumber. Hal itu terlihat jelas dari berbagai pertanyaan yang dilontarkan, begitu pula dengan narasumber yang dengan senang hati membalas setiap lontaran pertanyaan tersebut. Berbagai jepretan foto pun telah diabadikan sebagai bahan kajian penelitian dan bukti kedatangan mereka ke tempat tersebut. Namun, di balik suasana ceria itu, ada problema yang juga dihadapi oleh Tim Konvergensi sebab mereka harus merombak ulang jadwal yang telah disusun sebelumnya demi kelancaran liputan dan penelitian ini.

“Liputan kedua ini tidak terlalu berjalan lancar dari jadwal yang sudah ditentukan. Ternyata jadwal harus dirubah karena awalnya kita berencana ke kantor desa untuk mewawancara Kades, tapi Bapaknya sibuk dan jam 12 ke atas baru bisa. Nah, kita tukar ke petani arak dulu dan sebelum itu ke kantor desa menanyakan kontak ketua koperasinya. Namun, Beliau juga lagi keluar dan kita bingung mau gimana,” ujar Gangga. Walau demikian, rasa kekecewaan itu tidak berlangsung lama karena tekad yang mereka genggam sejak awal untuk perjalanan liputan kedua ini begitu tinggi.
Penelusuran dilanjutkan pada area produsen arak dan Kubu Tegalan merupakan tempat di mana proses produksi arak itu dilakukan. “Selagi menunggu kepala desa, kita melakukan penelitian ke Kubu Tegalan. Kubu itu adalah gubuk, alat-alat yang dipakai ditaruh di situ. Kita mencari tau bagaimana proses dan bentuk alat yang dipakai dalam proses pembuatan arak, cuma sayangnya kita saat itu tidak dapat lihat bagaimana detail proses penyulingannya. Tapi yang lebih seru kita dapat mencoba araknya, dikasi lihat yang kadar di bawah 40% hingga 40% ke atas. Menariknya, yang 40% ke atas itu araknya bisa dinyalakan pakai api mirip spiritus sedangkan lagi satunya tidak mau nyala karena kadar di bawah 40%.” Tambahnya.

Tim Konvergensi juga banyak mencari informasi mengenai Gunung Agung, mulai dari sejarah hingga dampak yang ditimbulkan dari letusan Gunung Agung. Pencarian ini terus berlanjut dengan mencari data-data kependudukan di desa tersebut serta dengan membahas mengenai pra dan pasca bencana. Pencarian data terbilang mudah, sebab narasumber yang diwawancarai memberikan informasi dengan lengkap. Akhirnya, tim ini berhasil mendapatkan data dari kejadian-kejadian masa lampau tersebut. “Pencarian data untuk berita yang akan kami garap sudah cukup. Cerita dari masa lampau mengenai sejarah Gunung Agung dengan mudah kami dapatkan. Proses wawancara berjalan lancar dan pertanyaan-pertanyaan kami terjawab,” ungkap Ayu Kadek Eka Widyaningrat, salah satu Tim Konvergensi Media selaku Tim Riset.

Tidak hanya itu, proses penjelajahannya juga dihiasi oleh canda dan tawa saat para anggota berada di tujuan berikutnya yaitu Air Terjun Gembleng. Tim Konvergensi melakukan perjalanan sekitar 1 kilometer. “Paling seru itu di Air Terjun Gembleng, tapi karena mobil tidak bisa naik sampai ke atas jadi kita jalan 1 km buat nyampai ke air terjunnya,” tutur wanita yang kerap dipanggil Ayu Eka tersebut. Selain itu, penjelajahan yang dilalui oleh para anggota juga diselimuti oleh kejadian lucu. “Kejadian paling lucu saat di air terjun itu ketika sandal Kak Galuh sempet hampir hanyut gara-gara mau bikin foto yang estetik sampai semua engga tahan lihatnya,” imbuh Ayu Eka sambil tertawa.

Setelah menyelesaikan perjalanan, Tim Konvergensi Media pun kembali ke Denpasar pada pukul 18.05 WITA. Mengingat bagaimana keseruan dan banyaknya wawasan yang didapatkan pada perjalanan liputan kedua, kebingungan yang dirasakan Gangga berhasil terpatahkan. “Bagaikan air yang mengalir, wawancara berjalan dengan lancar dan semua pertanyaan yang saya pikirkan berhasil menjadi senjata untuk karya saya. Intinya, jelajah saya berakhir dengan data-data yang lengkap.” Tutupnya. Liputan kedua Jelajah Jurnalistik berhasil menghimpun banyak informasi mengenai kebencanaan. Warga setempat, lembaga pemerintahan desa, hingga keadaan pasca bencana Gunung Agung adalah saksi akan semangat dalam bertahan menghadapi kondisi kebencanaan.

Reporter : Fajar

Penulis : Fajar

Penyunting : Nanik Dwiantari 

You May Also Like