Jumat (26/02) telah diadakan seminar regional yang bertajuk “Kala Terorisme Merambah Dunia Akademis”. Seminar regional ini diselenggarakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Daerah Bali.
Acara berlangsung pada pukul 10.40 WITA bertempat di ruang Garuda Gedung Agrokompleks Kampus Sudirman, Denpasar. Dewan Pengurus Daerah KNPI Bali menghadiri seminar yang menyorot pada maraknya terorisme. Gede Nyoman Antaguna selaku Ketua KNPI memberikan segeliat kalimat pembuka dalam acara seminar regional dengan santapan yang lugas. Diharapkan melalui seminar ini dapat membangun rasa nasionalisme para akademisi dan mengurangi degradasi nasional. Hal ini menyikapi pelaku teror bom Thamrin adalah mahasiswa yang notabene adalah kaum terpelajar.
Sambutan lainnya datang dari Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana, Dr. Drs. Gusti Putu Bagus Suka Arjawa. M.Si yang juga secara resmi membuka acara seminar pada pagi hari itu. “Generasi yang paling rentan adalah mahasiswa,” ujar Dekan Fakultas FISIP Unud dalam sambutannya.
Peserta pada acara ini adalah mahasiswa FISIP yang berasal dari berbeda-beda program studi. Acara dipandu oleh seorang mahasiswa FISIP, Wisnu Adi Pranata yang merupakan Wakil Gubernur BEM FISIP. Materi yang dibawakan oleh pembicara pertama mengenai Jihad di era internet. Menggunakan kisah Iman Samudra sebagai contoh akan mudahnya orang-orang terpengaruh hanya dengan lewat bacaan. Menurut Wahyu Budi Nugroho,S.Sos.,M.A, ditemukannya Jihad vs Microsoft Word yang berarti suatu kelompok teroris menyebarkan pengaruhnya melalui media populer atau media sosial yang sangat akrab dengan masyarakat. Disela menghantarkan materi, ia menambahkan bahwa hal yang menyebabkan seseorang mudah terpengaruh adalah pemikiran yang rasio instrumental.
Penyampaian materi tidak berbeda jauh dengan dua pembicara lainnya yaitu masih perihal teroris. Menurut I Wayan Suyanthara, radikalisme yang merambah fundamentalis yaitu agama. Sedangkan menurut Dekan FISIP sendiri, radikal berawal dari penjara yang tidak nyaman dan dipenuhi dengan kekerasan. Kekerasan merupakan metode frustasi yang paling akhir.
Diperlihatkan pula dalam seminar tersebut presentase teorisme yang pemerannya adalah sang generasi penerus bangsa. Wayan Suyanthara dengan pengalamannya menjelaskan sedemikian rupa sambil menampilkan gambar wajah teroris di tahun-tahun sebelumnya.
Melalui seminar ini diharapkan orang-orang dapat belajar, khususnya bagi kaum-kaum muda yang berintelektual agar tidak ikut terjerumus. Kaum muda yang sudah masuk dalam ranah terorisme pun harus ditanggulangi secara seksama. “Mengikuti perkembangan terorisme nasional, kemana arah pergerakannya, sebagai pemuda yang berperan didalamnya memerlukan penanggulangan, disini kami hadir,” ungkap Gede Nyoman Antaguna, S.E, S.H, M.H selaku Ketua Umum DPD KNPI Bali perihal seminar regional yang telah berlangsung. (Khania)