Menyorot Isu Forum Paguyuban dan Penurunan Indeks Prestasi, Bagaimana Kandidat Capresma dan Cawapresma Menjawabnya?

Sebagai jembatan bagi mahasisa Universitas Udayana untuk mengetahui dan memahami visi-misi dan gagasan Pasangan Calon Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa pada Pemilu Raya Mahasiswa 2024. KPRM Universitas Udayana menggelar Uji Publik Eksekutif Kandidat Calon Presiden Mahasiswa dan Calon Wakil Presiden Mahasiswa.

Uji Publik Eksekutif Kandidat Calon Presiden Mahasiswa (capresma) BEM PM Universitas Udayana dilaksanakan pada tanggal 29 November 2024 yang bertempat di Ruang Bangsa, Gedung Rektorat Lantai 3 Universitas Udayana.  Acara ini menghadirkan I Wayan Arma Surya Darmaputra sebagai capresma dengan nomor urut 01 dan Awan Arrassy sebagai capresma dengan nomor urut 02 untuk menjawab sederet persoalan yang berkaitan dalam tema yang diusung yakni, “Membangun Relasi Dan Harmonisasi Hubungan Antara Internal dan Eksternal dalam Mewujudkan Kepemimpinan yang Kolaboratif dan Berdampak Nyata” dengan salah satu sub tema yang menarik pembahasan soal keberadaan forum paguyuban dalam tumpang tindih Pertor dan AD/ART PM.

Pertanyaan Panelis 2, Padmanegara (Presiden Mahasiswa Unud Tahun 2023):

“Selamat malam teman-teman semuanya, oke kebetulan karena kalian berdua anak hukum, jadi saya mau nanya soal hukum ya. Ada asas lex superior derogat legi inferiori. Kita sekarang melihat di Udayana ini ada tumpang tindih antara Pertor Ormawa, ataupun juga dengan AD/ART PM-PM an. Nah, di sini saya ingin tanyakan kepada kalian, kita sekarang berbicara dari segi perspektif bahwasanya Udayana ini nggak cuma ada UKM  tapi juga ada temen-temen dari paguyuban gitu misalnya.  Nah, tetapi dari segi aturan yang ada di Udayana sekarang, itu tidak bisa memfasilitasi teman-teman di sana. Nah, mungkin bagaimana peran konkret kalian di sini untuk menanggapi dua isu itu. Yaitu pertama, isu dari forum agama paguyuban, dan yang kedua isu dari paguyuban kedaerahan. Contoh, dari teman-teman dari kedaerahan misalnya ingin meminta bantuan ke kampus, seperti apa kita dapat membantu mereka. Yang kedua mengenai forum agama, contoh, misalnya dari teman-teman agama itu minta tempat ibadah, itu kan harus ada jawaban kalian terhadap isu-isu itu. Bagaimana kalian menanggapi hal itu?”

Capresma-Arma (kiri) ketika menjawab pertanyaan dari panelis

Jawaban Arma (Calon Presiden Mahasiswa Nomor Urut 1):

“Oke, ini emang yang terjadi ini memang konflik norma antara Pertor 2 tahun 2020 dengan AD/ART PM Universitas Udayana. Ini adalah suatu konflik norma yang dimana dalam Pertor 2 tahun 2020 ini memang tidak mengakui adanya sistem pemerintahan masih soal itu sendiri. Oleh karena itu jikalau pasangan saya dengan Indra terpilih nantinya, apa sih langkah pemerintah yang saya lakukan? Yang pertama kita akan mencari solusi bersama bahwasannya pada saat sidang umum kemarin Pak Rektor sekarang, Prof. Sudarsana itu pada saat itu berkapasitas sebagai WR3, dia mengatakan bahwasannya ingin membenahi terkait Pertor 2 tahun 2020 yang dimana masih banyak PR, masih banyak kekurangan di dalam PerTor tersebut, yang di mana terkait forum paguyuban agama dan juga paguyuban daerah, saya rasa nanti tatkala kita mengaudiensikan tatkala kita mencari solusi terhadap sistem pemerintahan mahasiswa ini kita bisa masukkan disana bahwasanya forum agama ini kalau bisa kita masukkan ke dalam Ormawa, karena kenapa? bahwasanya kita melihat kontribusi dari forum agama, forum adat daerah itu cukup berperan dalam keberlangsungan di Universitas Udayana. Salah satunya saya ambil contoh FPMHD. FPMHD setiap odalan di kampus pasti dia yang handle terkait banten dan sebagainya. Oleh karena itu, jangan sampai forum-forum ini hanya dipergunakan untuk tatkala butuh saja.  dengan adanya forum ini juga diharapkan mampu untuk dimasukkan ke dalam Ormawa sehingga nanti balance antara kebutuhan hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh forum agama dan daerah tersebut. Sekian, terima kasih.”

Capresma
Capresma-Awan (kanan) ketika menjawab pertanyaan dari panelis

Jawaban Awan (Calon Presiden Mahasiswa Nomor Urut 2):

“Terima kasih kepada panelis 2. Menanggapi tadi pertanyaan yang pertama adalah bagaimana kita mengakomodir teman-teman paguyuban begitu, kemudian yang kedua forum agama. Ya, kami sadar betul dan kami sudah melakukan diskusi dengan teman-teman paguyuban sebelumnya, bahwa yang mereka butuhkan adalah pengakuan dan kami juga sudah crosscheck dengan stakeholder terkait bahwa untuk,, sudah berulang kali mereka untuk coba meminta pengakuan, tapi permasalahannya adalah selalu diminta benefit-nya apa? Kemudian apa yang bisa kita lakukan sebagai BEM-PM? Kami ingin menjadi jembatan bagi teman-teman forum agama dan teman-teman paguyuban, untuk memberikan akses mereka untuk langsung ngobrol dengan pihak pimpinan dari rektorat itu sendiri, gitu. Cuma kita nggak bisa minta tiba-tiba datang ke rektorat tanpa membawa dasar yang jelas. Jadi sebelum kami datang untuk menemui pihak rektorat, kami ingin buatkan kumpul dulu terlebih dahulu bersama dengan teman-teman dari paguyuban dan forum agama. Kita buatkan dasarnya seperti apa kegiatan teman-teman forum agama dan paguyuban, kemudian apa benefit yang bisa dikasih, dalam bentuk tulisan, dalam bentuk semacam kajian begitu. Dengan demikian ibaratnya kita punya daya jual untuk kita berikan kepada rektorat dan kita berikan akses kepada temen-temen dari forum agama ini untuk langsung diskusi dengan pihak rektor. Mungkin begitu, Kak. Cukup dari kami.”

Tanggapan Panelis 1, Padmanegara (Presiden Mahasiswa Unud Tahun 2023):

“Baik, terima kasih atas responnya. Memang ini adalah masalah yang sangat-sangat serius karena tiap tahun dibahas, itu tidak pernah dianggap keluarga. Saya harap pemerintahan sekarang rektor yang lebih komunikatif tidak seperti yang sudah meninggal itu. Pastikan temen-temen forum paguyuban, forum agama itu bisa terwadahi. Karena setiap tahun itu, contoh mereka minta anggaran, minjem tempat susah, misalnya makanya seminimal mungkin misalnya bisa diakali dengan BEM yang minjemin tempat ke mereka, tapi atas nama surat BEM ke rektorat. Itu kan hal-hal yang sementara, jadi ke depannya, teman-teman tolong diwadahi. Jadi saya harap teman-teman bisa mewadahi itu semua, dan mereka tidak hanya dicari satu saat saja. Jadi ketika pemira saja, tapi lakukan itu terus karena saya takut ketika tahun kemarin saya mendapat misalnya itu sudah kita wadahi, kemarin dilupakan, sehingga sekarang apa yang sekiranya perlu bisa dikaji ulang silahkan dikaji kembali dan terima kasih.”

Selang 4 hari kemudian, tepatnya pada tanggal 2 Desember 2024, dihadirkan kedua cawapresma dalam agenda Uji Publik  Eksekutif Kandidat Calon Wakil Presiden Mahasiswa (cawapresma) BEM PM Universitas Udayana. Sama seperti sebelumnya, Uji Publik ini dilaksanakan di Ruang Bangsa, Gedung Rektorat Lantai 3 Universitas Udayana. Dengan menghadirkan I Ketut Indra Adiyasa selaku Cawapresma dengan nomor undi 01 dan I Putu Dimas Satya Prabentika selaku Cawapres dengan nomor undi 02. “Bersinergi dalam Pengembangan Bakat dan Prestasi Mahasiswa Untuk Mewujudkan Kampus Inovatif, Kolaboratif, dan Berorientasi Kesejahteraan Mahasiswa”, menjadi tajuk yang dibawakan dalam acara tersebut dengan salah satu sub temanya yaitu mengenai indeks prestasi mahasiswa.

Pertanyaan Panelis 1, Sadewa (Mahasiswa Berprestasi FEB):

“Pertanyaan pertama saya cukup singkat sebenarnya, mengingat saya berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis di mana di fakultas saya pada tahun ini terdapat penurunan indeks prestasi yang lumayan signifikan diakibatkan oleh adanya kompleksitas dari administrasi maupun pembiayaan, dan lain-lain. Menurut anda, apakah solusi dari permasalahan tersebut? Dan bagaimana anda nantinya sebagai wakil presiden mahasiswa akan menghadapi permasalahan tersebut?”

Cawapresma-Indra (kanan) ketika menjawab pertanyaan dari panelis
Cawapresma-Indra (kiri) ketika menjawab pertanyaan dari panelis

Jawaban Indra (Calon Wakil Presiden Mahasiswa Nomor Urut 1):

“Solusi atau langkah strategis yang bisa kita lakukan sebagai Badan Eksekutif Mahasiswa, kita bisa melakukan pengawalan terkait dengan proses administrasi yang terlalu ribet bisa kita audiensikan bersama pimpinan di lembaga ataupun pimpinan- pimpinan di dekanat fakultas. Misalnya dari kita di BEM-PM, kita terjun langsung di fakultas-fakultas yang memiliki keluhan yang sama. Kita bakal beraudiensi bersama pimpinan fakultas tersebut. Kalau pengawalan isu tersebut belum bisa kita lakukan ataupun belum ada hasil yang memuaskan dari audiensi tersebut, kita bakal melakukan suatu langkah yang lebih luas, yaitu kita naik langsung ke universitas, kita langsung berkomunikasi bersama biro kemahasiswaan ataupun bersama WR 3 langsung.”

Cawapresma- Dimas (kanan) ketika menjawab pertanyaan dari panelis
Cawapresma- Dimas (kanan) ketika menjawab pertanyaan dari panelis

Jawaban Dimas (Calon Wakil Presiden Mahasiswa Nomor Urut 2):

“Kita selaku ormawa terutama pasti dengan langkah audiensi karena menyambung misi ketiga, menjadi katalisator unggul dalam pengembangan minat, bakat, dan potensi mahasiswa melalui sinergi kreatif dengan elemen kampus dan masyarakat, jadi, kita ingin menjadikan BEM ini sebagai katalisator yang unggul. Nah, unggul ini untuk satu, bersinergi dengan kampus, salah satunya dengan dekanat, dan juga dengan rektorat, dimana kita bisa membantu advokasi-advokasi tersebut. Kemudian, dengan langkah yang BEM sendiri juga bisa dengan menciptakan wadah-wadah lainnya terkait untuk pengembangan prestasi teman-teman mahasiswa. Karena kembali ke visi misi dan landasan untuk bergerak yaitu sinergi kreatif dengan elemen kampus. Jadi, kita ingin selain mengadvokasikan ada langkah konkret yang bisa kita lakukan, baik itu dari menyediakan wadahnya, dan juga untuk mengenalkan dari teman- teman maba tentunya untuk terkait prestasi tersebut.”

Tanggapan Panelis 1, Sadewa (Mahasiswa Berprestasi FEB):
“Yang saya tangkap adalah, kita anggap ini kolaborasi ya antar universitas dan juga fakultas di mana kita bisa memberikan bantuan kepada para mahasiswa untuk mengurus administrasi di bidang lombanya gitu dan juga yang lain-lain. Tapi yang saya belum tangkap ini adalah di bidang pendanaan karena banyak sekali mahasiswa yang merasa rugi ikut lomba dikarenakan masalah pendanaan tersebut. Mungkin kedepannya, saran saya bagi para calon yang akan terpilih nanti bisa dibantu untuk administrasi pendanaan juga, untuk LPJK dan lain-lain. Mungkin bisa BEM-PM menjadi jembatan untuk membantu pendanaan bagi mahasiswa yang– karena banyak sekali ya, lebih banyak offline daripada lomba online, teman-teman, jadi saran saya adalah BEM-PM menjadi jembatan untuk kami para mahasiswa yang ingin mengembangkan nama Udayana di luar sana.”

 


Penulis : Santika dan Andika

Penyunting : Gung Vita

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *