Istilah “Pintu masuk menuju Akademika” adalah ungkapan yang cocok bagi acara Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa (PJM) Pers Mahasiswa (Persma) Akademika, UNUD. Sebagai langkah awal untuk bisa menjadi anggota tetap persma Akademika, calon anggota wajib mengikuti pelatihan selama tiga hari dari tanggal 1 hingga 3 Oktober 2010.
Acara yang diselenggarakan di Gedung KNPI, Denpasar ini diikuti oleh 48 calon anggota yang terdiri dari mahasiswa baru angkatan 2010, dan satu orang dari mahasiswa angkatan 2009 Universitas Udayana. Dengan mengusung tema “ Membentuk insan pers yang intelektual, dialektis, dan beretika”, kegiatan ini menurut ketua panitia PJM 2010, Aditya Dharma, bahwa dengan pelatihan ini diharapkan mampu memberikan edukasi pers secara benar. “Selain itu agar dapat melahirkan insan pers yang kritis. Namun tetap sopan santun dalam penyampaiannya,” tambah pria yang akrab disapa Gunk Adit ini.
Sebagai perwujudan dari tema tersebut, selama tiga hari calon anggota diberikan materi tentang pers. Materi tersebut meliputi sejarah dan perkembangan pers, berita langsung, berita kisah, tulisan subjektif, teknik wawancara, manajemen organisasi dan redaksi, pergerakan mahasiswa dan membentuk jiwa kepemimpinan. Tidak hanya itu, permainan yang membangkitkan semangat serta meningkatkan kekompakan antar anggota pun turut mewarnai pelatihan ini.
Hari pertama PJM, para peserta mendapatkan dua materi yaitu sejarah pers mahasiswa dan pergerakan mahasiswa, serta Kebebasan Pers dan Etika Jurnalistik. Masing-masing materi dibawakan oleh Gendo Suardana dan Rofiqi Hasan. Pada kedua materi ini, diberikan penjelasan mengenai sejarah perkembangan pers serta bagaimana etika dalam jurnalistik. Kedua pemateri lebih banyak mengambil contoh dari pengalaman pribadi dan teman-teman seperjuangannya dahulu. Selain itu, mereka juga banyak membandingkan keberadaan pers sebelum masa Orde Baru dengan pers masa kini. Selain itu dijelaskan juga bagaimana peranan mahasiswa dalam perkembangan pers itu sendiri.
Hari kedua, peserta mendapatkan materi tentang manajemen organisasi dan redaksi, berita, berita langsung dan teknik wawancara, berita kisah, dan fotografi. Sebagai penugasan berita kisah, para peserta diajak terjun langsung ke lapangan untuk membuat sebuah berita. Tujuan dari hal ini adalah sebagai wujud aplikasi dari materi yang telah disampaikan serta melatih kemampuan peserta dalam membuat berita kisah. Pada sesi ini, peserta dibagi menjadi dua kelompok yang bertugas di dua tempat yang berbeda. Satu kelompok di Pasar badung, dan kelompok yang lain di lapangan puputan Badung. Selama 90 menit, para peserta berusaha menerapkan pelatihan yang telah diberikan pada PJM, untuk mencari data di lapangan. Setelah selesai, para peserta kembali ke lokasi PJM untu mulai menulis sebuah berita kisah. Tidak hanya sampai di situ, evaluasi terhadap tulisan itu pun dilakukan oleh pemateri, Benny Dwi Koestanto yang berprofesi sebagai wartawan di harian kompas. Menurut Benny, berita kisah yang ditulis oleh peserta sebagian besar sudah memenuhi kriteria berita kisah. “Namun perlu adanya latihan dalam penulisan. Agar ke depannya para peserta, mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih baik,” tambah Benny. Dalam akhir sesinya, Benny juga menyampaikan pesan bahwa keputusasaan bukanlah pilihan bagi seorang jurnalist, tapi merupakan tantangan yang harus dipecakan oleh seorang jurnalist.
Hari ketiga pelatihan ini, diisi oleh Luh De Suryani yang menyampaikan tentang penulisan subjektif , meliputi opini dan tajuk rencana. Setelah itu, materi penulisan resensi menjadi materi akhir dalam pelatihan jurnalistik mahasiswa ini. Sebagai penutup pada pelatihan kali ini, peserta PJM diberikan tugas untuk membuat tabloid versi akademika. Tabloid tersebut nantinya akan dipresentasikan dihadapan peserta lainnya. Hasil yang memuaskan diharapkan bisa terwujud dalam setiap penugasan, karena kesemuanya akan dinilai dan dievaluasi bagi panitia. Hal itu bertujuan untuk menetapkan siapa sajakah yang akan menjadi anggota magang di Persma Akademika. Anggota magang ini nantinya akan terus berproses untuk menjadi anggota tetap. Masih ada beberapa tahap-tahap kedepannya dalam mendapatkan predikat anggota tetap tersebut.
Pada akhir acara ini adanya kesimpulan bahwa antusiasme para peserta dalam mengikuti PJM ini bisa menjadi modal tersendiri bagi para peserta. Aktifnya mereka dalam berkomentar dan bertanya selama mengikuti pelatihan diharapkan mampu bertahan dalam benak mereka untuk terus konsisten menjadi insan pers yang intelek, mampu berdialek, dan beretika. (ale)