69 tahun silam para pejuang sudah meraih kemerdekaan Indonesia dari para penjajah. Untuk memperingatinya, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mengadakan Saresehan Budaya dan Pementasan Teater pada minggu (17/8).
Kemerdekaan tidak sekedar mengibarkan bendera merah putih. Hal itulah yang berusaha disampaikan GMNI kepada masyarakat umum. Oleh karena itu, keluarga GMNI DPC Denpasar mempersembahkan Saresehan Budaya dengan tema “Gerakkan Kebudayaan Indonesia Itu dalam Aku, Kamu, Dia, Mereka, Kalian, Kita” dan Pementasan Teater Gemini untuk mengisi kemerdekaan dengan lebih baik. “Tujuan acara ini sudah jelas sebagai peringatan hari Kemerdekaan 17 Agustus dan untuk menyampaikan esensi kemerdekaan dengan seni.” Jelas I Putu Sindhu Andredita selaku Ketua Dewan Perwakilan Cabang GMNI Denpasar.
Peringatan Kemerdekaan RI yang diadakan oleh GMNI ini berlangsung sejak pukul 17.00 WITA hingga selesai di Sekretariat GMNI Denpasar Jalan Banteng No.1 Denpasar pada Hari Kemerdekaan, 17 Agustus 2014. Acara ini diawali dengan Saresehan Budaya yang diikuti oleh anggota dan alumnus GMNI dengan pembicara Prof. Ida Oka Granoka. Setelah Saresehan selesai, mereka bergabung dengan para siswa dan masyarakat umum di Aula Sekre GMNI untuk menyaksikan musikalisasi puisi dari Teater Cahaya, Penampilan dari Band De Odah dan pementasan Teater Gemini dengan judul “Manusia Kardus”.
“Manusia Kardus itu adalah manusia yang dikotakkan dan dibuat beranggapan bahwa hidup itu terstruktur. Contohnya kerja harus jam 7 pagi dan sebagainya, oleh karena itu mereka harus dibebaskan dari kotak kardus tersebut.” Ujar sutradara dan ketua panitia acara ini, Dodek. Dibalik layar, Ni Kadek Novi Febriani yang dipercaya sebagai pimpinan produksi pegelaran Teater Gemini mengatakan bahwa proses yang dilalui untuk menyukseskan “Manusia Kardus” sangat susah. Diawali dari pembuatan naskah oleh Hendra Utay, mengumpulkan pemain, hingga masalah dana, Teater Gemini ini sempat diragukan untuk berdiri. Meski demikian, akhirnya acara tersebut bisa dilaksanakan dengan sangat sukses karena banyak hal yang tak terduga seperti bantuan dari kelompok teater dan beberapa seniman.
“Acaranya bagus, penuh dengan kritikan halus ditengah kehidupan Negeri Nusantara Ini. Permainan yang apik antar pemain, namun belum memperhalus makna naskah dengan adegan.” Nilai Nanda Wahyu Saputra yang merupakan salah satu penonton dari FP UNUD dan Teater Teras. Menurut Ari Setia SM selaku Komisaris Komisariat Komunikasi, Seni dan Budaya, acara ini memang bertujuan untuk mengkomunikasikan kemerdekaan melalui seni, jadi jelas melibatkan seniman seperti teman – teman teater dan Institut Seni Indonesia (ISI). (Bagus Kresna)