Tedun, Ajang Gaul Ala Teruna-teruni

Oleh: Ni Komang Dharma Yanti

 Tung. Tung… Kulkul dibunyikan dua kali.

Bunyi kentongan besar yang sering dikatakan sebagai kulkul pengenten (pengingat)sebagai sarana komunikasi antar-warga banjar dua kali memiliki isyarat khusus,. Tujuannya memberitahukan kepada warga banjar yang akan melaksanakan kegiatan di bale banjar agar lekas bersiap-siap.

Tung… Tung…Tung.. Kulkul kembali dibunyikan tiga kali. Kali ini bermakna berbeda sesuai hitungannya. Bunyi kulkul tiga kali menandakan aktivitas yang akan diselenggarakan di balai banjar akan segera dimulai. Kulkul masih menjadi primadona, sarana komunikasi tradisional namun masih efektif utamanya ketika Sekehe Truna Truni (STT), perkumpulan pemuda dan pemudi di banjar, akan melaksananakan tedun.

Tedun adalah aktivitas tersendiri yang wajib dilaksanakan oleh STT dan dijadikan pula sebagai aktivitas bulanan layaknya organisasi-organisasi lainnya. Kata tedun sendiri berasal dari Bahasa Bali Alus, yang dapat diartikan turun dalam Bahasa Bali Madya). Istilah tedun sama halnya dengan kata paum (atau rapat dalam Bahasa Indonesia). Maksudnya, truna-truni banjar tersebutlah yang turun ke banjar untuk bersama-sama berkumpul mengadakan sebuah rapat.

Selain sebagai wadah berkumpul, tedun juga bisa menjadi sarana penampungan aspirasi truna-truni banjar tersebut. Apalagi dalam satu wadah STT tentunya mereka semua berasal dari jenjang pendidikan berbeda meskipun sudah menginjak usia remaja. Hal tersebut akan menambah keragaman pengetahuan ketika saat tedun terjadi aktivitas saling bertukar pendapat dan pengalaman.

Ada hal-hal yang paling dinanti ketika tedun tiba. Beberapa anggota baru dari STT akan memperkenalkan dirinya di hadapan senior-seniornya yang lebih dulu berada dalam wadah tersebut. Bak diospek, rasa tegang, canggung dan deg-degan menyelimuti wajah mereka. Ditambah lagi suara – suara nakal yang dikeluarkan oleh anggota STT yang menambah riuh suasana. Sejenak suasana kembali hening ketika calon truna atau truni yang baru mulai memperkenalkan diri.

Bagi segelintir truna dan truni, tedun adalah aktifitas yang menyenangkan dan biasanaya ditunggu-tunggu. Bagi truna atau truni yang mempunyai pacar dalam satu banjar, maka tedun adalah momen di mana dia dapat menunjukkan kecerdasan dan kepeduliannya terhadap organisasi di hadapan pasangannya. Curi-curi pandang saat pasangannya duduk bersama dalam sebuah forum adalah bumbu istimewa ketika tedun bagi mereka yang memiliki pasangan dalam satu banjar. Bagi para jomblo, tedun tidak kalah istimewanya, karena mereka bisa menebar pesona dan menunjukkan bakat lebih mereka dihadapan lawan jenisnya.

Ketika zaman sudah berubah menjadi lebih elastis, maka tidak demikian dengan tedun. Tradisi ini masih berjalan hingga kini, dan masih menganut beberapa ketentuan lama. Meriki… meriki truna-truni sampunang lali benjang jagi tedun

 

You May Also Like