Uji publik menjadi momentum bagi para kandidat Cawapresma untuk mempresentasikan visi misi unggulan mereka. Kegiatan yang berlangsung pada Senin (2/12) ini mengangkat tema “Bersinergi dalam Pengembangan Bakat dan Prestasi Mahasiswa untuk Mewujudkan Kampus Inovatif, Kolaboratif, dan Berorientasi Kesejahteraan Mahasiswa.”
Uji Publik Eksekutif Calon Wakil Presiden Mahasiswa BEM PM Universitas Udayana sukses dilaksanakan pada Senin (2/12) yang bertempat di Ruang Bangsa, Universitas Udayana. Menghadirkan I Ketut Indra Adiyasa sebagai calon wakil presiden mahasiswa nomor urut 1 dan I Putu Dimas Satya Prabentika sebagai calon wakil presiden mahasiswa nomor urut 2.
Acara dimulai dengan melakukan sesi tanya jawab dengan para panelis, salah satu pertanyaan panelis mengangkat isu penurunan indeks prestasi mahasiswa akibat rumitnya administrasi. Menanggapi hal ini, I Ketut Indra Adiyasa yang akrab dipanggil Indra menjelaskan, “Kami akan melakukan pengawalan terkait proses administrasi yang terlalu ribet dengan audiensi bersama pimpinan fakultas. Jika belum ada hasil yang memuaskan, kami akan langsung berkoordinasi dengan biro kemahasiswaan atau WR 3.” Sementara itu, I Putu Dimas Satya Prabentika yang kerap disapa Dimas mengatakan, “BEM bisa menjadi katalisator unggul dengan menciptakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan prestasi dan bersinergi dengan kampus serta masyarakat.”
Pada pertanyaan kedua, panelis menyoroti minimnya akses fasilitas olahraga di kampus dan rencana kandidat untuk mendukung mahasiswa berbakat. Cawapresma 1 menanggapi bahwa mereka akan mewadahi para mahasiswa dengan pembangunan sport center untuk mahasiswa yang berbakat di bidang olahraga, sedangkan cawapresma 2 menekankan pentingnya membangun relasi eksternal untuk mendapatkan fasilitas tambahan agar mahasiswa memiliki akses fasilitas yang memadai. Pertanyaan selanjutnya mengangkat persoalan sulitnya mahasiswa mendapatkan informasi terkait perlombaan. Indra mengusulkan pembentukan komunitas “Risol Maya” yakni Riset Oleh Mahasiswa Udayana yang melibatkan perwakilan dari 13 fakultas untuk menyebarkan informasi mengenai lomba dan hal terkait rumpun studi mereka. Di sisi lain, Dimas menawarkan solusi dengan menggandeng USCC (Udayana Students Creative Center) sebagai narahubung utama untuk menyampaikan informasi lomba langsung ke mahasiswa.
Saat sesi tanya jawab oleh audiens, salah satu pertanyaan menyoroti kurangnya gedung untuk UKM serta konflik antar fakultas pasca Dies Natalis. Adapun mengenai hal itu cawapresma nomor urut 1 menjawab peranan BEM adalah mengadvokasi masalah ini kepada rektorat, mengingat pembangunan gedung baru khusus UKM dianggap kurang realistis. Mereka juga mengusulkan kolaborasi bersama Polsek Kuta Selatan untuk memastikan Dies Natalis di tahun berikutnya dapat berjalan lebih aman dan terkendali. Sedangkan Cawapresma nomor urut 2 menawarkan pendekatan dimana UKM perlu menunjukkan kontribusi nyata untuk membuktikan kelayakan mendapatkan fasilitas. Terkait Dies Natalis, mereka menegaskan pentingnya melanjutkan program ini dengan menjadikannya tonggak awal menuju kompetisi nasional seperti POMNAS.
Setelah acara berakhir, kedua calon wakil presiden mahasiswa membagikan pandangan mereka mengenai proses persiapan dan tantangan yang dihadapi. Indra, cawapresma nomor urut 1, menekankan pentingnya memahami permasalahan mahasiswa sebagai dasar untuk merancang program kerja yang relevan, sambil mengapresiasi dukungan dari keluarga. Di sisi lain, Dimas, cawapresma nomor urut 2, menyoroti kolaborasi dengan tim dalam menyesuaikan materi yang akan dibahas oleh panelis agar jawaban yang diberikan tetap kontekstual. Keduanya mengakui bahwa waktu persiapan yang terbatas, dengan materi baru diterima sehari sebelum acara, menjadi kendala utama. Mereka berharap diskusi ini mampu memberikan gambaran yang jelas kepada mahasiswa mengenai visi dan misi masing-masing pasangan, sekaligus mendorong panitia untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan di masa mendatang.
Salah seorang audiens, Erika Kirana menilai kedua cawapresma sudah menyampaikan visi misi dengan baik. Namun, Ia mengkritik terkait keterlambatan acara. “Mungkin jangan ngaret, ya, karena ngaretnya cukup lama, sampai dua jam,” ujarnya. Ketua KPRM, I Made Budhi Arditya Dwiputra, menjelaskan bahwa persiapan telah dilakukan dengan matang karena ruangan sudah digunakan untuk uji publik sebelumnya sehingga tidak ada begitu banyak persiapan yang perlu dilakukan. Mengenai keterlambatan, ia menjelaskan, “Kita harus menunggu panelis karena memang kegiatan uji publik ini ada sesi pertanyaan dari panelis. Ketika tidak ada panelis, kita tidak bisa berjalan kegiatannya.” Budhi berharap melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat lebih memahami visi, misi, dan program kerja kedua paslon, sementara paslon diharapkan mampu menepati janji serta menjawab keresahan mahasiswa jika terpilih.
Penulis : Made Dwi Friskila Meilani, Irene Mitra E. Sitohang, Ni Kadek Ayu Dewi Sariani
Penyunting : Dyn
w6y0f5