Uji Publik Pemira UNUD 2025: Bahas Isu Kampus hingga Isu Regional
Jarum jam mulai menunjuk pukul 18.30 WITA, tampak sejumlah hadirin berdatangan memasuki ruang Bincang Legislatif dan Uji Publik I Capresma BEM yang bertempat di Auditorium Widya Sabha Mandala, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana (Unud). Acara tersebut digelar pada Jumat, (14/11/2025) dan dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai fakultas di Unud.
Bertajuk “Samata Vidya Udayana”, agenda Bincang Legislatif & Uji Publik I Calon Presiden Mahasiswa BEM PM Unud kali ini menghadirkan tiga panelis yang berasal dari lingkungan Unud. Adapun ketiga panelis tersebut yakni Sekretaris UPO, Dewa Gede Pradnya Yustiawan sebagai panelis pertama, I Gede Janitra Rad Winatha sebagai panelis kedua yang merupakan Wakil Ketua BEM FH Unud 2024, serta Ketua BEM PM Unud 2024, I Wayan Tresna Suwardiana sebagai panelis ketiga. Acara ini juga disaksikan oleh Badan Pengawas Pemira (Bawasra), DPM PM Unud, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemira (DKPP), dan dihadiri pula oleh sejumlah perwakilan KPRM dari 13 fakultas serta mahasiswa umum.
Ketua KPRM Unud 2025, Bagus Agastia Manik Prabawa, dalam sambutannya menerangkan bahwa Uji Publik menjadi wadah bagi para kandidat capresma untuk diuji serta menunjukkan kepemimpinan yang tidak hanya mampu bekerja sama, tetapi juga mampu menghadirkan perubahan yang benar-benar akan dirasakan oleh seluruh mahasiswa ke depannya.
Masing-masing panelis hadir melontarkan pertanyaan yang beragam mulai persoalan internal BEM, isu di lingkungan kampus Udayana, hingga isu regional. Sesi bincang antara panelis dan para capresma berlangsung sekitar pukul 20.00 WITA hingga pukul 22.00 WITA. Para capresma memberi tanggapan terkait pertanyaan yang dilontarkan sesuai visi misi yang dibawakan. Selain panelis, agenda uji publik itu turut membuka kesempatan bagi para hadirin untuk menyampaikan pertanyaan maupun aspirasinya dalam agenda uji publik tersebut. Salah seorang mahasiswa bernama Richard bertanya soal satuan kredit partisipasi (SKP) yang ia anggap menjadi beban di semua fakultas, terlebih setiap fakultas memiliki sistem SKP yang berbeda-beda. Richard menginginkan solusi dari para calon sebagai jawaban atas masalah tersebut. Apalagi terdapat mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja sehingga menurutnya hal itu memunginkan adanya kendala dalam membagi waktu untuk mengejar poin SKP.
Seusainya masing-masing calon menyampaikan pernyataan penutupnya. Dede selaku capresma nomor urut 1 menyampaikan bahwa pengalibrasian cita-cita dan penguatan kualitas BEM menjadi prioritas yang ingin diwujudkan. “Kami di sini selalu menekankan yang namanya pengembalian terhadap standar yang seharusnya menjadi marwah Udayana, sebagai upaya menjawab berbagai permasalahan yang muncul selama ini,” ujar Dede.
Sementara itu, Owen menekankan pentingnya partisipasi mahasiswa dalam pesta demokrasi Udayana. Capresma nomor urut 2 itu mengajak seluruh mahasiswa untuk bersama-sama mengawal proses pemira serta memilih secara cerdas berdasarkan visi-misi yang konkret. “Pemimpin yang baik lahir dari pemilih yang cerdas, dan kita harus memastikan bahwa setiap visi yang dibawa itu jelas dan berdampak. mari teman-teman kita rayakan Pesta Demokrasi ini dengan sportif, dengan baik, dan harapannya pun dapat berjalan dengan lancar,” imbuh Owen.
Senada dengan Owen, Gung Pram turut menyoroti perlunya mewujudkan pemira yang sportif, bersih, dan transparan demi melahirkan pemimpin yang benar-benar dipercaya mahasiswa. Ia menekankan lima langkah kompetensi sebagai landasan perbaikan BEM. “Kita harus bersinergi, kita harus mengakselerasikan prestasi, kita harus menjadi katalisator perubahan, dan kita harus transparan dalam menyelenggarakan lembaga, dan yang terakhir, kita harus inovatif dan kreatif dalam gerakan-gerakan kita,” kata Gung Pram. Capresma nomor urut 3 itu juga menyebut soal kualitas lembaga mahasiswa. “Kita harus mengembalikan kepercayaan mahasiswa melalui lembaga yang transparan, kreatif, dan bergerak bersama,” pungkas Gung Pram.
Penulis: Arimbi dan Dwinovita
Penyunting: Gung Putri

