Fenomena terpilihnya komodo menjadi salah satu finalis dalam ajang keajaiban dunia membangkitkan euphoria masyarakat. Dikatakan bahwa untuk menjadi pemenang dalam kegiatan yang diadakan oleh organisasi New 7 Wonders ini diperlukan vote sms yang sebanyak-banyaknya. Dipengaruhi oleh pemberitaan media massa yang besar-besaran, masyarakat kemudian diajak untuk mengirimkan SMS ke 9818 untuk mendukung Komodo ini. Tidak hanya itu, tokoh-tokoh besar Indonesia banyak yang ikut serta dalam kampanye ini.Akan tetapi, terdapat beberapa pertanyaan besar dibalik fenomena ini. Pertama adalah sistem pemilihan dan penentuan pemenang itu sendiri. Jika dilihat dari pandangan ilmiah, sistem dengan voting SMS ini sama sekali tidak mempunyai unsur ilmiahnya. Seharusnya, pemilihan seperti ini menggunakan metode-metode yang didukung oleh ilmiah. Pemilihan keajaiban dunia yang dilakukan New 7 Wonders ini terkesan seperti ajang pemilihan pecarian bakat yang marak di televisi atau sejenisnya.
New 7 Wonders juga pernah mengaku kalau mereka berafiliasi dengan UNESCO. Pengakuan tersebut benar-benar terbalik dengan pernyataan UNESCO sendiri. Pihak UNESCO membantah dengan tegas dan menyatakan bahwa mereka tidak ada sangkut pautnya dengan organisasi yang dikepalai oleh Benard Weber ini. Kejanggalan ini tampaknya tidak digubris oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Buktinya saja masih ada ajakan untuk melakukan voting yang disebarkan baik melalui SMS maupun media massa.
Seharusnya masyarakat melakukan sedikit penyelidikan mengenai pemilihan ini. Apalagi jika menggunakan logika, pemilihan dengan taraf semacam ini tidak etis jika menggunakan vote sms. Memang ketika salah satu ciri khas Indonesia diangkat dalam taraf internasional secara otomatis akan mendongkrak popularitas Indonesia di mata dunia. Namun, seharusnya masyarakat tidak bersikap berlebihan hingga tidak bersikap kritis dalam ajang pemilihan ini.