Himagrotek Unud Gelar Seminar

I Ketut Suastika, SH (kanan) saat mengisi seminar yang diselenggarakan Himagrotek pada Sabtu (27/4), di Gedung Student Center Lantai 4. (Foto dari panitia acara)

Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi (Himagrotek), Fakultas Pertanian, Unud, menggelar seminar bertema “Subak sebagai Warisan Budaya Dunia”, pada Sabtu (27/4). Seminar yang diselenggarakan di Lantai 4 Gedung Student Center ini menghadirkan dua pembicara yakni I Ketut Suastika, SH dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali serta Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, MS yang merupakan ketua grup riset sistem subak Unud.

“Subak merupakan akar budaya Bali yang harus dipertahankan. Cara mempertahankan tersebut tentu saja harus mengetahui kebutuhan dan tujuannya. Sehingga, itulah yang harus diterapkan dalam prinsip organisasi Subak,” jelas I Ketut Suastika, SH yang merupakan pembicara sesi pertama dalam seminar.

Suastika menjelaskan mengenai sistem kelembagaan dan tata kelola subak sebagai warisan budaya dunia. Menurutnya, dalam suatu tata kelola subak, harus dilakukan kinerja yang sinergis antara pemerintah provinsi dan kabupaten.

“Kami dari pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten telah melakukan sosialisasi untuk memupuk kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian kawasan, mengoptimalkan pengelolaan kawasan agar masyarakat mendapat kontribusi dari daya tarik kawasan,” beber Suastika.

Selain itu menurut Suastika, kerjasama dengan pemerintah pusat juga harus dilakukan agar pemerintah pusat lebih memperhatikan dalam pelestarian dan pemberdayaan petani. Sehingga, sejak diberlakukannya subak sebagai warisan budaya dunia pada pertengahan tahun 2012 lalu, pemerintah Provinsi Bali telah mengusulkan agar kawasan subak sebagai kawasan strategis nasional.

Selanjutnya, pada sesi kedua dalam seminar ini diisi oleh Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, MS, dengan membawakan materi mengenai kontribusi subak sebagai Warisan Budaya Dunia terhadap sektor pertanian dan kebudayaan. Menurutnya, tugas atau fungsi subak tersebut adalah dalam hal aktivitas ritual/keagamaan, penangan konflik, dan dalam kaitannya dengan sistem irigasi. “Untuk menjalankan fungsi tersebut, sistem subak harus memiliki subsistem pola pikir, subsistem sosial, dan subsistem artefak atau kebendaan,” jelas Prof. Windia.

Seminar yang merupakan serangkaian HUT ke-4 Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi (Himagrotek) ini diapresiasi oleh Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian. “Subak merupakan salah satu lokal genius oleh leluhur yang patut dipertahankan dan dilestarikan. UNESCO menetapkan subak sebagai warisan budaya dunia, tapi di satu sisi kita perlu mempertahankan subak supaya tetap lestari,” ungkap Ir. A.A.N. Gede Suwastika, M.P.

Hal tersebut juga menjadi harapan Ketua Panitia Seminar, I Gede Sudarmika. “Saya berharap semoga dengan terselenggaranya seminar ini, peserta bisa menambah pengetahuan tentang subak yang dalam hal ini kaitannya subak sebagai warisan budaya dunia,” harap Sudarmika. (Alit)

You May Also Like