Jejak Orok : Menapak Kaki, Mengukir Jejak Seni di Tengah Masyarakat

Berkelana ke berbagai kabupaten di Bali, Teater Orok terus  berusaha untuk membangkitkan kembali nyala seni teater yang kian redup di masyarakat.  Ragam pementasan mulai dari monolog hingga drama realis yang dituang dalam kegiatan Jejak Orok turut menjadi saksi dalam langkah awal menjawab tantangan eksistensi teater serta menjadi media ukir jejak-jejak seni di khalayak umum. 

 

Berawal dari keresahan akan eksistensi teater di Bali, Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Udayana Teater Orok Noceng mengambil aksi nyata untuk menjawab keresahan tersebut melalui kegiatan tahunan yang bertajuk “Jejak Orok”. Mengusung tema “Larut Dalam Peran”, kegiatan ini hadir dengan tujuan untuk memperkenalkan seni teater kepada masyarakat umum sekaligus menghidupkan kembali semangat seni teater yang kian meredup di masyarakat.  

Pementasan – Penampilan Monolog pada saat rangkaian Jejak Orok

Tak hanya menapaki wilayah Klungkung, Jejak Orok turut menjajaki dua kabupaten lainnya, yaitu Buleleng dan Jembrana sebagai tujuan pementasan. Joji, selaku Ketua Panitia dari kegiatan Jejak Orok ini turut menyampaikan tujuan pemilihan lokasi yang berbeda – beda dari kegiatan tersebut, “Kita pengen sesuatu yang beda lagi nih, kita pengen lebih luas lagi,” ujar Joji pada wawancara Sabtu (11/3). 

Wawancara – Ketua panitia Jejak Orok 2023 saudara Joji

Dalam setiap kunjungannya, Teater Orok Noceng berhasil menghibur penonton dengan ragam pementasannya, mulai dari pementasan Monolog dengan judul “Tokoh”, musikalisasi puisi dengan judul “Tak Selamanya”, dan terakhir ditutup dengan pementasan drama realis yang berjudul “Orang Asing”.  “Untuk persiapan garapan pementasan kami kali ini, dimulai pada pembentukan panitia di bulan Desember, lalu meng-casting pemain setiap pementasan pada bulan Januari, dan melakukan latihan selama 1,5 bulan hingga kami menyelesaikan pementasan di Kabupaten yang kami singgahi,” ujar Joji lebih lanjut.

Drama Realis – Salah satu pementasan Jejak Orok 2023

Menariknya, panggung bersama turut digelar dalam kegiatan ini sebagai bentuk kolaborasi antara Teater Orok selaku penyelenggara dengan dengan teater lokal lain, seperti Teater Kampus Seribu Jendela, Komunitas Sastra Lentera, dan Yayasan Kertas Budaya Indonesia. “Kita juga dari Teater Orok membuat Jejak Orok ini sebagai wadah atau lahan untuk teman-teman di tiga kabupaten yang memiliki teater untuk menampilkan suatu karyanya mereka diatas panggung,” ucap Gung Anom selaku Ketua Umum UKM Teater Orok Noceng. 

Esensi dari kegiatan Jejak Orok ini turut disambut dengan baik oleh masyarakat, terbukti dari antusiasme penonton yang hadir dalam setiap pementasannya yang mencapai lima puluh hingga enam puluh orang. Joji juga mengungkapkan rasa bahagianya melihat antusiasme dari para penonton, khususnya pembina di SMA Negeri 2 Semarapura yang ikut hadir kala itu. “Mereka sangat antusias dengan kehadiran kita, karena tadi kata pembinanya juga mereka pengen tau bagaimana kita mengemas sebuah naskah untuk dipentaskan dan mereka ingin tau proses yang kita lewati dan gimana cara kita menggarapnya,” ujarnya. 

Pementasan – Penampilan salah satu musikalisasi puisi dalam rangkaian acara Jejak Orok

Tetap tiada yang sempurna, begitu juga dalam persiapan para panitia tidak luput dari kendala-kendala. Beberapa kendala yang sempat dialami selama Jejak Orok berlangsung seperti waktu persiapan berbenturan dengan waktu perkuliahan, pemain yang kelelahan setelah melakukan latihan selama satu setengah bulan bahkan diketahui beberapa jatuh sakit, serta batalnya pementasan di salah satu kabupaten akibat kendala eksternal.

Tak hanya berhenti di pementasan saja, tim dari Jejak Orok juga melakukan sharing session bersama para penonton seperti penggiat seni dari kalangan siswa SMA, sesama pecinta teater di universitas, komunitas seni dan beberapa pihak lainnya yang turut hadir. Sharing session tersebut dilakukan dengan tujuan untuk membahas hal-hal terkait penampilan yang digarap oleh Teater Orok, serta bertukar pikiran mengenai konsep seni, khususnya teater itu sendiri. 

Perkumpulan – Sesi Sharing Session Jejak Orok dengan beberapa pihak

Kegiatan yang digelar tiap tahun tersebut juga menjadi momentum bagi internal Teater Orok untuk menjalin relasi antar seniman teater atau komunitas seniman setempat serta mempererat hubungan internal UKM Teater Orok Noceng. Gung Anom dalam akhir wawancara turut menyampaikan harapannya akan kegiatan serta perkembangan teater di Bali. “Harapan saya, semoga teater-teater yang ada di Bali lebih terkenal lagi. Maksudnya lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas yang dimana masih banyak banget teater yang memiliki potensi yang dimana dia seharusnya bisa menunjukan kemampuannya di hadapan umum. Tapi karena keterbatasan ruang berekspresi untum karya itu, jadilah mereka tidak terlalu dikenal, kita juga dari Teater Orok membuat Jejak Orok ini sebagai wadah atau lahan untuk temen-temen di empat kabupaten yang memiliki teater untuk menampilkan suatu karyanya mereka diatas panggung.” tutupnya. 

 

Reporter : Ayu Rita, Pandea, Pangestu,

Penulis : Manogar, Pangestu, Ayu Santika

Editor : Gangga, Dayu Wida, Ayu Rita

You May Also Like