Kerumunan mahasiswa berdiri lalu lalang di depan ruangan ber-AC itu. Penghuninya, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Komisi Pemilu Raya Mahasiswa (KPRM) Universitas Udayana sedang berharap-harap cemas menunggu datangnya calon peserta Pemira di Gedung Student Center. Ya, saat ini Pemira untuk mencari Presiden dan Wakil Presiden BEM periode 2013-2014 memang menjadi proyek utama DPM dan KPRM selaku KPU-nya Pemira. Di seberang ruangan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kini juga tengah sibuk menjelang Konferensi Budaya dan Pemimpin Muda yang akan dilaksanakan awal Desember nanti.
Itulah sepintas rutinitas yang dilakoni anak-anak DPM dan BEM Unud sebagai wadah perwakilan mahasiswa Universitas Udayana. DPM sebagai DPR-nya Unud bertugas melaksanakan pengawasan, aspirasi, angaran dan fungsi legislasi. Dari keempat fungsi tersebut, fungsi anggaran yang belum terlaksana mengingat setiap organisasi mahasiswa d Udayana mengatur anggarannya masing-masing. Kalau di luar Bali ada beberapa DPM universitas yang menerapkan setiap anggaran kegiatan dari BEM harus mendapat persetujuan dari DPM terlebuh dahulu kemudian baru bisa djalankan.
Dalam menjalankan fungsi legislasi, DPM berperan dalam pembentukan UU pemira (UU no 1 tahun 2012 tentang Pemilu Raya Mahasiswa) dan pembentukan Komisi Pemilu Mahasiswa Raya (KPRM). Berdasarkan informasi, perekrutan panitia PEMIRA tidak menggunakan sistem open recruitment melainkan menggunakan sistem tunjuk. Hery Indrawan selaku Ketua DPM menyatakan bahwa ada 2 mekanisme pemilihan panitia Pemira (ada dalam UU pemira) yakni open recruitment KPRM dan panitia serta penunjukan langsung apabila tidak ada mahasiswa yang mendaftar. ”Ya mau gimana lagi, karena tidak ada yang mendaftar maka staf atau anggota DPM yang kita tunjuk dan nonaktifkan dari tugas DPM. Mekanisme sudah berjalan. Bisa dicek di panitia workshop Pemilu Raya Mahasiswa, komisi 5 penyelenggaranya.” ungkapnya.
Adi selaku Ketua Komisi Pemilu Raya Mahasiswa juga menyatakan bahwa panitia KPRM tidak membatasi tiap fakultas untuk berpartisipasi menjadi panitia, asal berkomitmen dengan kegiatan ini. Tapi memang kesadaran mahasiswa untuk berorganisasi di tingkat universitas sangat minim, sehingga pada akhirnya panitia KPRM yang memilih orang-orangnya. ”DPM yang memilih orang-orang yang mau dijadikan panitia pasti sudah tahu komitmen kemampuan mereka.” ujar Adi.
Diterpa isu ada anggota DPM yang membantu salah satu peserta Pemira untuk mengumpulkan Kartu Registrasi Mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Hery Indrawan selaku Ketua DPM angkat bicara. ”Tidak masalah, karena jelas yang harus independent itu adalah penyelenggara Pemira (diatur dalam UU pemira) jadi kalau ada anggota DPM yang tidak bertugas, ya monggo silahkan mau memihak calon manapun, itu kan sikap politik kawan-kawan anggota. Tapi jika ada penyelenggara yang memihak, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) siap memecatnya kapanpun itu.” tegasnya.
Berbicara tentang pendaftaran Pemira yang diperpanjang hingga 6 Nopember 2012 mendatang, Frischa Aswarini, Menteri Kajian Strategis BEM Unud ikut angkat bicara. ”Saya kira tidak masalah, setidaknya kita telah membuka kesempatan seadil dan sedemokratis mungkin di mana setiap mahasiswa memiliki hak yang sama untuk mencalonkan dirinya. DPM tentu telah berupaya untuk mewujudkan Pemira ini, meski memang harus menyiapkan segala sesuatunya lebih matang dan terencana.” ujar Menteri Kajian Strategis BEM Unud dari jurusan Sejarah ini. Lebih lanjut Frischa mengatakan bahwa hal yang harus dipikirkan selanjutnya adalah mekanisme PEMIRA yang seyogyanya berlangsung secara demokratis, jujur dan adil serta masukan-masukan yang membangun untuk ditawarkan kepada para Capres-Cawapres yang akan berkampanye kelak 11-25 Nopember nanti.
Di lain pihak, BEM periode 2012/2013 bukan hanya berusaha melakukan penguatan internal kampus—tercermin dari suksesnya acara Dies Natalis 50, Student Day dan pengembangan konsep UJF serta berbagai kegiatan diskusi serta pelatihan yang coba menumbuhkembangkan kembali kultur diskusi di kalangan mahasiswa—melainkan juga melakukan gerakan-gerakan di luar Udayana yang bertujuan memberi kontribusi kepada masyarakat. Desa Binaan di Taro, Gianyar misalnya. ”Kegiatan ini adalah terobosan baru BEM Unud dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Bersama dengan Kampoeng Ilmu, BEM Unud telah melaksanakan kegiatan belajar-mengajar bersama anak-anak Desa Taro sejak bulan September lalu.” jelas Elbinsar Purba, Presiden BEM Unud 2011-2012 saat ditemui Sabtu (2/11) di gedung Student Center Unud.
Tahun ini, untuk pertama kalinya BEM Unud menyelenggarakan konferensi di bidang kebudayaan yang melibatkan mahasiswa seluruh Indonesia, dengan pembicara mumpuni seperti Radhar Panca Dahana, Romo Mudji Sutrisno, Jean Couteau, Yenny Wahid dan I Dewa Gede Palguna. ”Acara ini tentu menjadi suatu sejarah tersendiri, mengingat sejauh ini belum ada kegiatan BEM manapun yang mencoba menelaah kebudayaan secara mendalam dan khusus. Barangkali hasil akhir dari seluruh agenda ini belum mampu memberi dampak yang signifikan, tetapi jika kita menilik proses dan usaha BEM dalam mewujudkannya, saya pikir sangat layak untuk kita apresiasi bersama.” ujar Frischa Aswarini, Menteri Kajian Strategis sekaligus Ketua Panitia Konferensi Budaya Nasional.
Bertolak belakang dengan pernyataan Frischa, Eka Suarmita, mahasiswa semester 5 jurusan Sastra Inggris Unud menyatakan bahwa secara pribadi dirinya tidak merasakan manfaat atau faedah keberadaan BEM sama sekali. ”BEM seharusnya menjamah ke elemen paling kecil, simpelnya ke mahasiswa tiap fakultas maupun jurusan.
Hal senada diungkapkan oleh Jana Utama, ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra menyatakan selama ini HMJ belum tersentuh oleh BEM. ”Mungkin kita sama-sama sibuk, namun ada baiknya diperbanyak acara sharing bersama agar nanti HMJ bisa berkontribusi untuk perkembangan mahasiswa, khususnya di bidang organisasi.” jelasnya. Lebih lanjut diungkapkan oleh Jana, kinerja BEM dalam menghandle acara sudah bisa diacungi jempol. Terbukti dari suksesnya kegiatan Student Day 2012 dan Dies Natalis ke-50 Unud.
Ditanya mengenai sukses tidaknya BEM dan DPM tahun ini, Elbin dan Hery kompak menyatakan hal itu tergantung penilaian dari teman-teman mahasiswa Unud. ”Masalah itu teman-teman yang menilailah ya. Kami hanya bisa bekerja maksimal saja dan berusaha memberikan yang terbaik.” ungkap Elbin. Frischa Aswarini dan Elbin pun berharap BEM periode selanjutnya dapat melanjutkan hal-hal konstruktif yang telah dipupuk oleh BEM periode sebelumnya. ”BEM seyogyanya dapat mewarnai dinamika kemahasiswaan di Universitas Udayana dan ranah yang lebih luas yakni masyarakat. Selain aksi, BEM juga harus mengembangkan gairah intelektualitas di kalangan mahasiswa Udayana.” ujar Frischa. (Dea)