Objek Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu, Wisata Interaktif Budaya Tani Tradisional

Terletak di Kesiman Kertalangu, Denpasar, Objek Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu menjadi tempat wisata yang unik dan jarang ditemui di tengah-tengah Kota Denpasar. Dengan konsep desa hijau dan budaya tani yang interaktif, Objek Wisata ini cocok dikunjungi bagi mereka yang ingin merasakan harmoni alam dan budaya masyarakat.

 

 

Menjadi sebuah ikon Wisata Edukasi di tengah hiruk-pikuk kota Denpasar, Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu yang dibuka pada tahun 2021 silam ini merupakan Wisata Edukasi alam yang mengedepankan rekreasi dan edukasi Subak. Berlatar di dekat area persawahan, TeBA Majalangu menawarkan suasana alam pertanian yang nyaman dengan rindangnya taman yang memanjakan mata.

Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu berlokasi di Jalan Bakung, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur. Apabila hendak menyambangi tempat wisata ini, pengunjung memerlukan waktu sekitar 15 menit dari pusat kota Renon. Selain itu, terdapat rute alternatif melalui Jalan Merak, Kesiman Kertalangu, untuk sampai ke lokasi wisata ini dengan mudah, terutama bagi pengguna kendaraan roda empat. Tempat Wisata ini juga menyediakan akses parkir roda dua di dekat lokasi wisata. Namun, bagi pengunjung yang berwisata menggunakan bus, dapat turun di area parkir Desa Budaya Kertalangu, sesampainya disana para pengunjung akan ditemani oleh pemandu yang menuntun pengunjung menyusuri jalanan dengan hamparan sawah di kanan dan kirinya, sekaligus disuguhi cerita-cerita menarik dibalik Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu itu sendiri. 

Lokasi wisata ini sebenarnya berkaitan dengan Desa Budaya Kertalangu, tepatnya menjadi bagian dari kawasan yang sejak lama dikenal dengan Jogging-Track. I Made Semara Putra, selaku pengelola tempat Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu menuturkan latar belakang pendirian Wisata Edukasi ini, “Desa budaya kertalangu didirikan melalui SK Walikota Denpasar, A. A. Ngurah Puspayoga, dengan pembangunan yang dirintis pada tahun 2009. Namun, karena desa saat itu belum memiliki dana yang memadai, maka pemerintah Desa bekerja sama dengan salah seorang investor, yakni Dewa Rai, sehingga Desa Budaya Kertalangu mampu berkembang, dengan momentum utama didirikannya Gong Perdamaian sebagai ikon Budaya”. Sebelumnya, Desa Budaya Kertalangu sempat mengalami kemunduran bahkan fasilitas penunjang yang ada di kawasan Jogging-Track sempat terbengkalai.

Cerita– I Made Semara Putra, pengelola yayasan Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu menuturkan sejarah dan cerita dibalik terbentuknya Wisata Edukasi SubaK TeBA Majalangu

Tidak surut asa, penataan ulang kawasan ini pun bergaung kembali, tepatnya ketika Kepala Desa Made Suana, S.T., dilantik. Pemerintah Desa memperpanjang kontrak lahan dari masyarakat petani yang dijadikan jalur Jogging-Track, sehingga bermuara pada gagasan berupa konsep Wisata Edukasi di tahun 2018, dengan penganggaran dana melalui APBDes di tahun 2019, akhirnya lokasi Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu pun resmi dibangun pada tahun 2020.Nah, karena kawasan nika sudah diaktifkan kembali, yang teringat dari konsep Kepala Desa adalah kawasan hijau niki dijadikan kawasan wisata dengan basis wisata pertanian dan subak, dan tentunya dijadikan media sebagai tempat edukasi bagi anak-anak untuk mendukung program merdeka belajar.” Tutur  I Made Semara Putra pada Senin, (12/02). 

Nama Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu diambil dari kata “Teba” dan “Majalangu”, masyarakat Bali sering menyebut halaman belakang dengan kata Teba dan Majalangu merupakan nama dari sebuah kerajaan yang pernah ada di Desa Kesiman Kertalangu. Kerajaan Majalangu pernah berada pada masa kejayaannya, namun harus hancur karena diserang oleh ribuan semut. Serangan semut ini merupakan kutukan dari Ki Dukuh Pahang atas ego dan sifat keras kepala yang dimiliki sang menantu, I Gusti Ngurah Agung Pinatih, sang Raja Kerajaan Majalangu. 

Ikon– Patung Semut merupakan ikon dari Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu

Setelah melewati pintu masuk, para pengunjung akan dimanjakan hijau rimbun tumbuh-tumbuhan dan segerombolan patung semut yang menjadi ikon dari Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu. “Makanya kami memakai ikon semut merah niki, ya akhirnya memang betul terjadi, Kerajaan nika hancur dan situsnya punah, tapi generasinya masih menyebar ya, warih (keturunan -red) dari Arya Wang Bang Pinatih. Nah itulah salah satu kenapa kita pakai nama Majalangu, tempat belajar alam di sebuah halaman belakang Kerajaan Majalangu. Secara edukasi, nama TeBA nika adalah singkatan dari Tempat Belajar Alam. Nah itu lah kaitannya secara historical dan secara pendidikan atau edukasi memiliki dua arti”. Ungkap I Made Semara Putra.

Fasilitas– Sebidang sawah yang digunakan untuk belajar menanam padi

Lebih jauh menyusuri jalan setapak batu, suasana wisata edukasi pertanian dan subak begitu terasa dengan berbagai kandang hewan, Bale Munduk Delundung, museum pertanian yang sekaligus dapat digunakan sebagai tempat pertemuan, rumah bibit, lahan pertanian kering, sawah, kolam lele, Warung Tegik Poh, serta hamparan lapang rumput yang kerap digunakan untuk outbond, gathering, kemah, yearbook, konser mini, playground dan lain sebagainya. Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu juga menawarkan berbagai atraksi yang dapat diikuti secara langsung oleh para pengunjung, seperti halnya berinteraksi dengan hewan, membuat jajanan tradisional laklak Bali, membuat sarana upacara, memainkan berbagai permainan tradisional Bali, serta atraksi membajak sawah dan menanam padi. Disediakannya berbagai fasilitas tersebut, tidak lain untuk menunjukkan dan memperkenalkan basis masyarakat Kertalangu yang sejak dulu lekat dengan alam terutama pertanian. “Karena di sini adalah salah satu desa wisata yang bisa memberikan ataupun memberikan pengalaman secara langsung kepada pengunjungnya, kan jarang tamu-tamu itu bisa langsung membuat canang, membuat Banten. Atraksi membajak sawah dan langsung membajak sawah sendiri dan menanam padi, nah itu sih yang ada disini sudah banyak sih, baik itu domestik, baik itu sekolah, termasuk juga mancanegara”. Jelas I Made Semara Putra.

Alat– Tungku tradisional dengan kayu bakar masih digunakan hingga kini dalam proses pembuatan jajan laklak

Tidak hanya sampai disitu, terdapat pula kuliner lokal yang sayang untuk dilewatkan. Apabila beruntung, pengunjung juga dapat membeli hasil panen segar yang baru dipetik dari kebun TeBA Majalangu ataupun masyarakat tani sekitar. “Nah memang betul-betul bisa memberikan dampak yang positif kepada masyarakat dengan mulai keterlibatannya, dengan menggandeng beberapa komponen masyarakat termasuk umkm, termasuk petani juga bisa menjajakan hasil panennya, tidak jauh-jauh lagi ke pasar, bisa di kawasan jogging track, kami aja panen jagung kemarin tidak perlu dibawa kemana, kita cukup taruh di lintasan sudah ada yang beli”. Tambahnya dengan antusias. Hanya dengan membawa 10 ribu rupiah masyarakat lokal dapat memasuki area Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu dan bagi para wisatawan yang tertarik untuk menikmati paket farming education hanya perlu merogoh kocek sebesar 250 ribu untuk dua orang, pengunjung sudah dapat merasakan fasilitas yang telah disediakan. 

Begitu banyak harapan yang disampaikan oleh I Made Semara Putra mulai dari lingkungan agar tetap terjaga asri sesuai dengan kebutuhan kita sebagai ruang terbuka hijau yang memang menjadi standar dari pemerintah kota minimal 30% memiliki ruang terbuka hijau, inilah yang menjadi tujuan dibangunnya Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu agar tidak terjadi alih fungsi lahan. Sebagai tempat edukasi dan media penunjang kegiatan belajar di luar ruangan. Selanjutnya, I Made Semara Putra juga berharap bahwa budaya lokal bisa diperkenalkan disana, serta dapat membangun suatu komunikasi mengenai partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu.

 

 

 

Penulis : Maya, Fanny

Penyunting : Dyana, Vitananda

You May Also Like