Tak melulu soal pantai, Pulau Bali dengan daya tariknya juga menyajikan sebuah wisata alam tersembunyi. Salah satunya adalah obyek wisata yang terletak di Desa Guwang, Kabupaten Gianyar. Dikenal dengan nama Hidden Canyon Beji Guwang, berhasil menjelma sebagai ngarai suci yang menampilkan keasrian alam di tengah pedesaan.
Kabupaten Gianyar dikenal sebagai salah satu daerah di Provinsi Bali yang diselimuti dengan kearifan budaya sekaligus keelokan alam yang mempesona. Berjarak 15 kilometer dari Kota Gianyar, Hidden Canyon Beji Guwang berhasil mencuri perhatian masyarakat. Pasalnya lembah bebatuan yang tercipta karena erosi aliran air sungai ini masih konsisten dengan keasriannya. Lekukan abstrak pada permukaan bebatuan tersebut turut memberikan kesan artistik pada tebing di sepanjang Ngarai Beji Guwang.
Munculnya kesan misterius dari ngarai tersebut tak luput dari cerita masyarakat mengenai pucuk terciptanya Hidden Canyon Beji Guwang sebagai sebuah ikon wisata di Kabupaten Gianyar. Kadek Agus Juliastrawan selaku pemandu wisata menceritakan bahwa kala itu sekelompok remaja di Desa Guwang melakukan pembersihan sampah dan mengabadikan sungai tersebut, kemudian mengunggahnya ke media sosial. Hal itulah yang mengundang masyarakat mengenal Hidden Canyon, kemudian semakin lumrah dikenal khalayak berkat jepretan seorang fotografer asal Klungkung. Mulanya, belum dikenakan tarif bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke ngarai tersebut, tetapi seiring dengan pembaruan fasilitas dan jaminan keamanan bagi para wisatawan, maka sejak tahun 2015 dikenakan tarif masuk Rp 200.000 per orang. Dengan tarif tersebut, pengunjung sudah mendapatkan fasilitas berupa minuman yang diproduksi oleh pihak setempat, loker untuk penyimpanan barang, handuk bersih, hingga pemandu yang akan menemani perjalanan menuju ngarai. Selain itu, pihak pengelola juga menawarkan paket lain yang dapat dipilih oleh wisatawan ketika berkunjung.
Obyek wisata ini dibuka untuk warga lokal maupun warga mancanegara. Disisi lain, Hidden Canyon Beji Guwang ini sangat direkomendasikan untuk wisatawan yang menyukai petualangan. Melihat ngarai tersebut masih sangat alami, maka pengunjung dianjurkan untuk datang dimusim kemarau untuk menghindari aliran air yang deras. Selain itu, mengingat medan menuju Hidden Canyon tidak mudah, maka batas usia yang dianjurkan adalah berumur maksimal 65 tahun dan minimal diatas 6 tahun, serta tidak dianjurkan untuk orang yang sedang mengalami luka serius ataupun asma.
Sebelum sampai di ngarai suci tersebut, pengunjung harus menuruni beberapa anak tangga yang tidak terlalu curam dan cukup mudah dilalui. Pohon yang menjulang tinggi di sisi anak tangga juga membawa perasaan tenang dan udara yang sejuk. Selain itu, kesan seni terasa ketika nampak beberapa patung yang menjadi pembatas anak tangga. Sesampainya di sisi ngarai, pengunjung langsung disuguhkan dengan panorama pura beji yang turut menambah kesan magis, beserta pancuran airnya yang terlihat segar dilengkapi dengan aliran sungai jernih dan bebatuan yang menjulang.
Terdapat tiga titik yang menjadi ikon utama dari obyek wisata ini. Titik pertama tidak jauh dari pura beji, pengunjung cukup berjalan beberapa meter untuk sampai di titik tersebut. Pembeda titik pertama ini ialah tebing bebatuan yang menjulang tinggi pada sisi kanan dan kiri, serta terdapat jembatan tali guna menyebrang ke sisi kiri sungai.
“Biasanya kalau sampe spot pertama ini, kami menanyakan kepada tamu apakah mau lanjut atau berhenti sampai disini saja karena waktu yang dibutuhkan untuk menuju spot kedua membutuhkan waktu yang lumayan. Kalau semisal ingin berhenti, kami akan mengajak untuk naik melalui jalur evakuasi ini,” terang Agus Juliastrawan.
Titik kedua cukup jauh dari titik sebelumnya, ditambah lagi dengan rintangan yang mulai sulit hingga memaksa pengunjung rela basah-basahan karena terkena air. Batu yang kerap kali licin, arus sungai yang semakin deras hingga beberapa tempat yang mengharuskan pengunjung untuk berenang. Namun, pengunjung yang tidak bisa berenang akan didampingi oleh pemandu sehingga tetap merasa aman. Ketika sampai di titik kedua, pengunjung akan melihat pesona tebing yang berjejer dengan apik di sepanjang aliran sungai beserta pepohonan yang berdiri kokoh diatasnya. Selain itu, cahaya matahari juga ikut mengintip dan memantul elok di tebing-tebing tersebut.
“Pengalaman menarik itu saat akan menuju ke spot kedua Hidden Canyon, disana terasa sangat alami dan bisa berenang disungai juga, sambil ditemani suara air terjun yang bikin tenang. Walaupun pastinya ada perasaan deg-degan apalagi gak terlalu mahir berenang,” ungkap Syahrul Roziyansa, salah satu pengunjung hari itu.
Titik ketiga terletak diluar aliran sungai. Keunikan dari titik ini adalah pengunjung akan merasa dibawa masuk kedunia lain karena disambut oleh lorong yang sisinya berjejer tebing dengan beratapkan pepohonan yang rindang serta ditengahnya mengalir air dengan arus yang tenang.
Terdapat beberapa keunikan lain pada Hidden Canyon ini, seperti lubang lingkaran di pinggiran tebing yang berbendung air seolah membentuk kolam alami dengan beberapa ukuran yang berbeda. Selain itu, terdapat pula air terjun yang sejuk dan memberi nuansa penuh ketenangan ketika duduk di bawahnya. Keunikan lainnya ialah ketika pengunjung pulang akan melewati sebuah bendungan yang mampu menguji adrenalin karena ketinggian jurangnya. Selain itu, pengunjung akan dibuat merasa damai kembali karena perjalanan pulang kembali disuguhi luasnya persawahan hijau yang menyegarkan mata.
I Kadek Agus Julistrawan pun turut mengungkapkan rasa senangnya karena dapat menjadi pemandu dan dapat mengenalkan Hidden Canyon yang mulanya merupakan suatu tempat tak yang dipenuhi sampah, hingga menjadi tempat wisata yang digemari banyak orang. “Tentu saja kami berharap akan semakin banyak yang datang kesini untuk mengetahui keindahan Desa Guwang,” terang beliau saat diwawancarai.
Dengan berbagai keunikan dan daya tarik yang dimiliki oleh Hidden Canyon. Serta, ramahnya pelayanan dari pemandu disana akan meningkatkan minat masyarakat diluar Desa Guwang untuk bertandang kesana. Hidden Canyon merupakan salah satu aset berharga yang harus dirawat dan dikenalkan pada khalayak ramai.
Penulis: Ayu, Lefira, Siti
Penyunting: Kamala