Misi menyejahterakan petani dan pangan lokal menjadi awal pemulaan kolaborasi antara mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Udayana dengan Wijaya Farm Indonesia. Terlebih, kondisi hasil panen lokal yang kini tidak terserap pasar akibat pandemi Covid-19, mendorong kolaborasi tersebut menggagas sebuah kegiatan bertajuk ‘Hulu Hilir’.
Memiliki kesamaan pandangan mewujudkan kesejahteraan petani lokal Bali, menjadi awal bagi mahasiswa program studi ilmu komunikasi dan wijaya farm Indonesia melakukan kegiatan digitalisasi pemasaran hasil panen lokal. Ialah Hulu Hilir, sebuah kegiatan yang digagas sebagai bentuk kolaborasi awal tanpa akhir untuk mendukung petani dan pangan lokal. “Berdasarkan koordinasi dan juga komunikasi dengan Wijaya Farm maka kami memutuskan untuk membuat dua kegiatan pertama adalah Tiktok Challenge Wijaya Farm kemudian Farm Visit atau Saturday Trip With Wijaya Farm Indonesia,”ujar I Gusti Agung Ayu Rahma Praminia selaku Event Division Coordinator saat menjelaskan konsep acara Hulu Hilir pada konferensi pers yang digelar saat Senin (7/6) di Colony Creative Hub, Denpasar.
Perihal isu pertanian ini, menggandeng Wijaya Farm Indonesia bukanlah tanpa alasan. Usaha yang dibentuk oleh salah satu lulusan Fakultas Pertanian Universitas Udayana itu telah cukup lama berkiprah menjadi fasilitator dan marketer bagi petani lokal Bali, khususnya bagi para petani yang tergabung dalam Subak Abian di Banjar Pekarangan, Baturiti, Tabanan. Didirikan sejak 2019 oleh I Putu Yudi Arta Wijayakusuma, kini Wijaya Farm Indonesia telah bermitra sebanyak 40 orang petani. “Kita dari Wijaya Farm berusaha menjadi marketer dan distributor memotong rantai pasar untuk menciptakan fair trade system atau perdagangan yang adil. Dimulai dari petani, Wijaya Farm sebagai markerter, kemudian konsumen,” terang I Putu Yudi Arta Wijayakusuma yang karib disapa Yudi itu.
Niat memangkas sistem rantai pasar yang memunculkan ketidakadilan harga bagi petani bermula dari pengamatan Yudi akan petani di kampung halamannya sendiri, yakni Baturiti, Tabanan. Misalnya, saat panen raya, berbagai hasil pertanian sebanyak satu keranjang hanya mendapatkan hasil 20.000-30.000 rupiah. “Itu menurut saya kerugian karena menimbang input, tidak ada kembali dengan harga segitu,” ungkapnya. Yudi kemudian bercerita tentang rantai pemasaran hasil pertanian yang sungguh panjang untuk sampai ke konsumen. Dimulai dari petani, kemudian dihimpun oleh pengepul, tengkulak, pengecer, pedagang, dan kemudian sampai ke konsumen. “Jadi bisa dibayangkan ada berapa margin yang diangkat hingga ke tangan konsumen. Itulah yang menyebabkan unfair system,” tambahnya.
Oleh karenanya, isu kesejahteraan petani dan pangan lokal yang disorot mahasiswa Ilmu Komunikasi Unud dirasa tepat untuk menjadikan Wijaya Farm sebagai mitra. Kegiatan Hulu Hilir pun digagas sebagai bagian dari praktik mata kuliah akivitas humas. “Tujuanya mengapa ada aktivitas humas ini adalah mahasiswa kami mampu memahami aktivtas humas secara internal atau eksternal pada organisasi. Dimulai dari menyusun sebuah program, bagaimana mengeksekusi, dan tahap evaluasi program humas itu sendiri,” papar I Dewa Ayu Sugiarica Joni, S.Sos., MA sebagai dosen pengampu mata kuliah aktivitas humas Program Studi Ilmu Komunikasi Unud.
Adapun rangkaian kegiatan Hulu Hilir yang telah dilaksanakan ialah Tiktok Challenge dengan konsep “Kreasikan Sayurmu” yang dimulai sejak 10 Mei hingga 3 Juni. “Tiga video terbaik yang langsung mendapatkan special invitation yang kemudian akan didatangkan pada puncak acara atau Saturday Visit with Wijaya Farm Indonesia,” terang Rahma. Kegiatan puncak dengan agenda Saturday Trip bersama Wijaya Farm Indonesia. Puncak acara akan dilaksanakan pada Sabtu, 12 Juni 2021 berlokasi di Jl. Raya Baturiti – Bedugul, Br. Pekarangan, Baturiti. Kegiatan yang telah disiapkan selama dua bulan ini turut melibatkan petani lokal dalam rangkaian acara yang akan dilaksanakan. Salah satunya, terdapat agenda mini collaboration yang mempertemukan peserta dengan petani lokal di Baturiti untuk diajak mengetahui cara merawat pangan lokal.
Lebih lanjut, Yudi mengaku telah banyak manfaat yang dirasakan baik petani lokal maupun Wijaya Farm selama berkolaborasi dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi Unud. “Banyak sekali impact yang kita dapat, pertama mulai dari pemasaran itu mulai terserap kembali walaupun tidak di pariwisata, tapi di sektor rumah tangga.” Puji Yudi. Ia pun berharap dapat berkolaborasi lebih banyak dengan generasi muda untuk mewujudkan fair trade system dalam pertanian. Sama halnya seperti tagline Hulu Hilir: kolaborasi awal tanpa akhir.
Penulis: Galuh
Penyunting: Fajar