Rencana pemerintah untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi ternyata juga diikuti dengan rencana konversi BBM ke BBG (Bahan Bakar Gas). Kebijakan ini akan mulai berjalan pada bulan April 2012 mendatang, tentunya dilakukan secara bertahap. Hal ini berkenaan dengan masalah membengkaknya biaya subsidi BBM pemerintah yang mencapai Rp 140 Triliyun.
Saat ini anggaran pemerintah untuk melakukan konversi ke BBG berkisar antara 935 juta rupiah sampai 1 triliyun rupiah. Tentunya konversi ini akan menjadi solusi bagi pengeluaran pemerintah. Meskipun begitu, keputusan ini tentu menuai pro dan kontra dimasyarakat.
Untuk SPBG yang ada jumlahnya masih terbatas. Pemerintah baru berencana akan membangun sekitar 100 SPBG untuk seluruh Indonesia. Hal ini akan memerlukan waktu yang lama, selain itu distribusi dari BBG menjadi tidak merata di setiap daerah. Untuk kendaraan yang memanfaatkan BBG sendiri nantinya harus menggunakan conventer kit pada mesin kendaraannya. Dimana harga per unitnya mencapai 9-15 juta rupiah. Seperti yang dilansir media online tempo (22/1), Hatta Rajasa mengatakan bahwa telah mengalokasikan 500 unit conventer gratis untuk tahun ini. Memang tidak akan sebanding dengan jumlah kendaraan mobil di Indonesia.
Pemasangan coventer kit juga tidak sembarangan, haruslah benar-benar dilakukan oleh ahlinya. Pemilik mobil juga harus memiliki sedikitnya pengetahuan mengenai teknis alat ini terutama perawatannya. Dan pastikan alat tersebut benar-benar asli. Karena banyak kasus meledak serta terbakarnya mobil BBG karena masalah pada bagian conventernya.
Memang patut diakui jika harga BBG yang berkisar antara Rp 3600- Rp 5100 jauh lebih murah dibanding harga BBM non subsidi yang mencapai Rp 8700. Apalagi BBG ini lebih ramah lingkungan dan mengingat persediaan gas alam di Indonesia melimpah.
Namun mengenai apakah konversi ini akan diwajibkan, hal ini masih dalam pembahasan. Apapun keputusannya rakyat jangan sampai merugi lagi. (Radita)
