Menilik Dinamika Student Day Di masa Lalu dan Sekarang

“Jangan takut oleh persoalan dan jangan cemas oleh masalah. Dari dulu anak muda selalu punya soal serupa. Menghadapi lingkungan yang bahaya dengan orang yang punya pikiran tak sama. Maka tinggalkan kepercayan palsumu tentang gelar. Berfikirlah tidak untuk dirimu sendiri. Kuliah memang tidak untuk tinggal dan duduk dikelas tapi sebagai pengantar petualangan kemana-mana.” – Eko Prasetyo

Orientasi Studi Pengenalan Kampus atau yang acap kali disebut Ospek merupakan pintu masuk mahasiswa baru sebelum memulai masa perkuliahan yang sebenarnya. Kegiatan ini menjadi suatu ajang yang kerap menimbulkan perbedaan pandangan di masyarakat. Beberapa orang beranggapan bahwa Ospek merupakan kesempatan awal untuk mengenal lingkungan kampus secara secara terperinci.

Disisi lain, tidak sedikit yang menganggap bahwa Ospek menjadi ladang para senior untuk melakukan aksi balas dendam perpeloncoan, intimidasi untuk membuat para junior tertunduk, hingga meminta dihormati sebagai kakak tingkat yang lebih dahulu menapakkan kaki di kampus tersebut.

Dalam praktiknya, sebagian besar perguruan tinggi akan menyelenggarakan kegiatan Ospek dalam menyambut mahasiswa barunya. Jika ditilik dari sejarahnya, tidak ada sumber pasti yang mencatat awal mula konsep Ospek ini bermunculan.

Namun, dalam karya ilmiah Noviana, 2009. Nur Kholis Madjid mengungkapkan bahwa tradisi Ospek yang berbau perpeloncoan berlangsung pertama di Universitas Cambridge. Mahasiswa yang Sebagian besar berlatar Borjuis sering menentang peraturan di kampus tersebut, hingga membuat pihak universitas melakukan sebuah pendisiplinan pada masa awal perkuliahan.

Di Indonesia juga belum diketahui pasti awal mula dicetuskannya tradisi Ospek ini. Namun, beberapa sumber mengungkapkan bahwa Ospek telah ada di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Kala itu, Ospek dilakukan di Stovia sebagai salah satu sekolah kedokteran dan Ospek pun dilakukan dengan penuh pengawasan serta terbatas. Kemudian, Ospek berlanjut pada masa pendudukan Jepang. Pada masa inilah mulai dikenal isilah plonco yang artinya digunduli, dan hal tersebut menuai penolakan oleh salah satu tokoh nasional, Soedjatmoko.

Lebih lanjut, Ospek berlanjut hingga masa kemerdekaan, akan tetapi konsepnya terus mengalami dinamika. Konsep Ospek pada masa penjajahan sempat menuai protes, sehingga dilakukanlah perubahan dengan pemberian nama Masa Kebaktian Taruna (MKT).

Setelah tragedi G30SPKI, MKT turut terkena imbas hingga berubah menjadi Masa Pra Bakti Mahasiswa atau Mapram. Pada tahun 1982, tepatnya di Universitas Indonesia istilah Ospek muncul dan bertahan sampai kini.

Mewabahnya virus Covid-19 melahirkan pelaksanaan Ospek secara daring di hampir seluruh perguruan tinggi Indonesia. Mahasiswa baru tetap berada di kediaman masing-masing dan mengikuti rangkaian pengenalan kampus hanya dengan menatap layar digital. Dengan hadirnya keadaan baru tersebut, secara praktis juga memberikan perubahan secara besar-besaran pada pelaksanaan Ospek.

Perubahan yang paling terasa adalah momok senioritas yang kerap kali menjadi langganan pemberitaan Ospek menjadi berkurang, walaupun dalam pemberitaan sejumlah universitas masih tetap melakukan hal tersebut. Hal ini dapat terjadi karena karena tensi media dimasa kini lebih mudah untuk menangkap dan mendokumentasikan aksi-aksi tidak terpuji.

Menyikapi keberadaan Ospek yang sering melenceng dari tujuannya, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) secara bertahap mengeluarkan peraturan guna meminimalisir hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti membatasi hukuman yang tidak memperbolehkan menggunakan fisik dan seterusnya.

Peraturan yang teranyar adalah pedoman pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2021, di dalamnya memuat sejumlah ketentuan. Salah satunya adalah terkait penekanan materi yang disampaikan, pendulangan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), serta peraturan mengenai panitia pelaksana juga tersematkan dengan apik.

Universitas Udayana, sebagai salah satu universitas yang setiap tahunya menggelar kegiatan pengenalan kampus. Tepat pada tahun 2021 merupakan kali pertama adanya perubahan pada posisi pemegang kendali kepanitiaan. Ketua panitia Student Day yang biasanya dari tahun ke tahun dipegang oleh mahasiswa, kini untuk pertama kalinya dipegang oleh dosen universitas.

Lumrahnya, Universitas Udayana memiliki beberapa rangkaian pengenalan kampus, pertama ialah PKKMB yang dipegang pihak rektorat dengan panitia pelaksana dominan berasal dari unsur Dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Tujuan pelaksanaanya adalah berorientasi memberikan pengenalan lebih banyak seputar seluk beluk universitas, sistem perkuliahan, dan program unggulan kampus.

Selanjutnya, dilaksanakan secara berurutan yaitu Student Day berupa kegiatan pengenalan kampus yang sepenuhnya dipegang oleh mahasiswa, tetapi tetap dibawah pengawasan universitas. Orientasi kegiatanya biasanya lebih mendalam dan praktikal karena dirancang langsung oleh mahasiswa yang mengalami langsung dunia perkuliahan. Pengenalan kehidupan kampus, organisasi kemahasiswaan, unit pengembangan diri, hingga berbagai hal praktikal soft skill sebagai penunjang perkuliahan menjadi bahan utamanya.

Selain itu, hal yang paling khas dalam Student Day (harinya mahasiswa) adalah penanaman idealisme bagi mahasiswa baru sebagai kaum intelektual muda dan penerus bangsa nantinya.

Student Day, sebagai salah satu nama Ospek yang ada di Universitas Udayana. Student Day Udayana, secara tujuan memiliki tiga nilai utama yaitu sebagai ajang penyambutan mahaiswa baru secara seremoni, ajang pengenalan kehidupan kampus dan penanaman nilai-nilai yang menyokong idealisme mahasiswa nantinya dalam berperan di dunia masyarakat.

Hal ini dilakukan karena tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan status mahasiswa dari tingkat sebelumnya memberikan tugas yang maha baru dan juga peran yang amat berbeda dan lebih nyata. Secara pengetahuan yang telah berada pada tingkat tinggi serta secara usia yang telah memasuki usia transisi dari remaja menuju dewasa, sehingga kehidupannya kian semakin dekat dengan kehidupan terjun bermasyarakat.

Keberadaan Student Day Udayana (SDU), juga hampir sama dengan ospek pada umumnya, kadang terhimpit kabar miring soal perlakuan senior terhadap juniornya. Tersiar juga kabar mengenai suasana pengenalan kehidupan kampus yang sarat pemberian beban seolah menyulitkan mahasiswa baru dan dijadikan ajang balas dendam yang tidak berkesudahan. Barangkali, hal inilah yang membuat kehati-hatian muncul dari berbagai elemen sampai mengambil alih sistem pengaturannya agar dapat lebih terkontrol dan terawasi secara maksimal.

Namun, sangat perlu diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan bahwa pelaksanan Student Day Udayana dari tahun ke tahunya tidak saja bercokol pada aksi yang diniatkan untuk melucuti mahasiswa baru. Namun, lebih daripada itu SDU adalah proses yang melibatkan adu gagasan dan pertarungan dunia ide yang tak berkesudahan.

Perbaikan dan dialektika mengenai konsep yang harus dibawakan disetiap tahunnya menjadi lapangan pertarungan pikiran dan ladang mahasiswa untuk melatih dirinya merumuskan satu kebijakan agar melahirkan kebermanfaatan.

Manfaat praktiknya, SDU menjadi laboratorium mahasiswa dalam menciptakan gagasan-gagasan baru dan wahana penciptaan yang mengasah daya kreativitas, inovasi bahkan daya kritis mahasiswa dalam menyikapi kondisi masyarakatnya, karena secara terarah, SDU selalu di desain berangkat dari urgensi permasalahan masyarakat kemudian terbit pada pemikiran cara pengalokasian mahasiswa baru agar lahir sebagai pionir solutif yang akan menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan pada awalnya.

Terakhir, Student Day Udayana haruslah menjadi perhatian bagi seluruh kalangan khususnya para pemangku kebijakan di universitas baik dari rektorat sampai pengurus organisasi mahasiswa yang membidangi hal ini. Perlu dilakukan pertimbangan yang secara sistematis, terukur dan berkelanjutan dilihat dari segala sudut pandang yang tentunya tetap menekankan pada aspek jauh dari perpeloncoan, baik dari sisi orientasi manfaat kegiatannya ataupun manfaat dari proses persiapan pelaksanaanya.

Sejatinya SDU adalah proses kompleks penuh kontribusi makna. Baik bagi mahasiswa baru yang sangat krusial dibentuk pola pikirnya di awal gerbang kehidupan kampusnya, sehingga orientasi atau cara pandang melumrahkan hal yang lumrah dan keliru tidak terpatri dominan tapi diharapkan sebaliknya berani mendobrak kebiasaan lama. Begitu pula bagi yang akan menjadi perancang arsitektur kegiatannya, mereka dapat memanfaatkanya sebagai tempat maha agung untuk dijadikan arena layaknya Akademi Platonik di athena.

If you do not take an interest in the affairs of your government, then you are doomed to live under the rule of fools. Plato

Sumber:

Prasetyo, Eko. 2017. Mahasiswa Baru Ubahlah Kampusmu. Indoprogres. Diakses pada 9 Mei 2022, via: https://indoprogress.com/tag/eko-prasetyo/

Noviana, Anys. 2009. Ospek dan Fenomena Kekerasan (Studi Fenomologi Tentang Pelaksanaan OSPEK Pada Mahasiswa di FKIP UNS Tahun Ajaran 2008/2009. Digital Library. Diakses pada 9 Mei 2022.

Kemendikbud, 2021. Pedoman Pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru. Kemendikbud.go.id. diakses pada 9 Mei 2022, via: http://dikti.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/02/Salinan-Panduan-Penyelenggaraan-Pembelajaran-Semester-Genap-tahun-Akademik-20212022.pdf

Penulis: Doni Kurniawan

Penyunting: Kamala Dewi

You May Also Like