Pemuda – pemudi siap dengan baju adat madia, beleganjur mulai terdengar di seluruh penjuru sudut desa. Ada api dari obor, ada juga lampu dari senter dan laser. Kini ogoh – ogoh siap diarak keliling desa melewati pertigaan dan perempatan agung.
Berbagai macam simbol bhuta kala berupa ogoh – ogoh kini diarak. Tentunya oleh kaum laki–laki yang disebut pemuda (dalam organisasi Sekeha Teruna Teruni di Bali). Ada yang seram ada pula yang dibuat lucu. Di tengah–tengah perjalan, si pengarak ogoh–ogoh merasa kelelahan dan kehausan begitu pula dengan yang bertugas megambel. Sementara teman–teman pemudi sibuk membagikan satu persatu air mineral kemasan gelas plastik kepada pemuda yang kehausan.
Ketika ogoh–ogoh kembali diarak, kemasan air mineral dari gelas plastik tersebut ditinggalkan begitu saja. Bayangkan jika satu tim ogoh–ogoh membawa lima dus air mineral. Berapa banyak sampah yang akan berserakan di jalan?
Belum lagi berbicara tentang penonton. Rata–rata membeli dan membawa makanan serta minuman ringan yang ikut menyumbang sampah plastik yang sebelumnya sudah berserakan di jalan raya. Sungguh pengerupukan menjadikan jalan bak lautan sampah.
Ditambah aksesoris ogoh–ogoh yang berjatuhan ketika diarak dengan sangat semangat, ikut juga memberi andil yang besar ketika sampah berserakan di jalan raya malam itu. Sementara ogoh–ogoh telah kembali pulang ke banjarnya masing–masing. Tengah malam, turunlah pasukan yang siap membersihkan lautan sampah tadi. Mereka si pasukan hijau.
Pasukan DKP siap membersihkan ruas–ruas jalan yang kini menjadi lautan sampah. Mereka turun dengan jumlah personil yang wah yang diturunkan dari pukul 23.00 dan direncanakan membersihkan lautan sampah hingga pukul 03.00. Siapa sangka, ketika si pembuang sampah tidur lelap dan menikmati waktu istirahatnya ada si pembersih sampah yang mulai beraksi membersihkan ruas–ruas jalan.
Pasalnya jika ini dibiarkan hingga Ngembak Geni tiba, sampah ini ditakutkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan akhirnya mengganggu lingkungan. Sebenarnya ada tidak solusi yang patut kita ajukan ketika berbicara masalah sampah tahunan yang selalu berlimpah ruah khususnya pada malam pengerupukan saja? Ataukah kita biarkan saja pasukan DKP yang membersihkan toh itu tugasnya? (Dharma)