Pengabdian Masyarakat: Aksi Bersih Pantai dan Pelepasan Tukik

Denpasar, 10 Agustus 2019- Biro Kemahasiswaan Universitas Udayana mengadakan pengabdian masyarakat berupa aksi bersih pantai serta pelepasan tukik yang bertempat di pantai Padang Galak, Kesiman, Denpasar Selatan.

Kegiatan ini merupakan salah satu program dari pengabdian masyarakat yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh Biro Kemahasiswaan Universitas Udayana. Bersih pantai dan pelepasan tukik menjadi agenda utama dari kegiatan pengabdian masyarakat tahun ini. “Esensi dari kegiatan bersih pantai ini adalah implementasi dari pengurangan penggunaan sampah plastik, tentunya sebagai bentuk kepedulian terhadap Bali guna bebas sampah plastik” tungkas I Dewa Gede Oka, S.E sekaligus membuka acara.

Pengabdian masyarakat juga turut diramaikan oleh mahasiswa/i Universitas Udayana. Kegiatan Sabtu pagi itu terdiri dari beberapa agenda, tahap pertama diisi oleh pemateri dari TCEC (Turtle Conservation and Education Centre), kemudian dilanjutkan aksi pelepasan tukik dan diakhiri dengan aktivitas bersih-bersih di lingkungan pantai Padang Galak.

Made Sukanta selaku pengelola dari TCEC membuka sesi pertama dengan mengenalkan TCEC. TCEC (Turtle Conservation and Education Center)  merupakan tempat konservasi serta pusat pendidikan tentang penyu yang berlokasi di Serangan, Denpasar, beberapa kegiatan yang dilakukan seperti pemberian pakan dan pembersihan kolam penyu, perawatan penyu yang sakit yang diselamatkan masyarakat, pembersihan pantai, pelepasan tukit, serta pengamatan penyu bertelur. Rasa antusiasme mahasiswa sangat terasa kala itu, terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang diungkapkan kepada pemateri, hal ini juga menandakan bahwa mahasiswa memiliki rasa keingintahuan dan kepedulian terhadap kelestarian penyu di Bali. “Tujuan utama TCEC ini yakni sebagai pusat konservasi penyu, serta penyelamatan terhadap penyu yang terdampar dan melakukan monitoring jenis penyu yang ada di Bali” ungkapnya.

Sukanta sudah bergelut di dunia konservasi penyu sejak tahun 2004. Namun dirinya baru melakukan konservasi di Serangan pada tahun 2006 akibat dari maraknya perdagangan penyu karena alasan sarana keagamaan dan untuk dikonsumsi pribadi, yang mengakibatkan beberapa populasi jenis penyu mengalami penurunan. “Dulu banyak nelayan-nelayan sekitaran pantai Serangan yang mencari penyu untuk diperjual-belikan karna alasan upacara kegamaan, jadi dampaknya itu populasi penyu diperairan Bali menurun drastis” tambah Sukanta.

Tak hanya dampak dari kegiatan jual-beli penyu, namun dampak dari reklamasi juga berpengaruh terhadap populasi penyu sebab tempatnya untuk bertelur telah beralih fungsi. Sukanta juga menambahkan dampak reklamasi di Serangan turut menyumbang turunnya populasi penyu hijau dan penyu sisik yang biasanya ada di sekitar pantai Serangan. “Dampak dari reklamasi ini menyebabkan penyu yang perlahan menghilang tidak nampak seperti biasanya, terakhir penyu itu terlihat pada tahun 2016 dan sampai sekarang tidak ada lagi, kemungkinan dia mati dari aktivitas perikanan atau mati ditangkap orang yang kurang bertanggung jawab baik secara sengaja maupun tidak sengaja” terang pria 36 tahun itu.

Dengan adanya pusat konservasi penyu seperti TCEC diharapkan nelayan serta masyarakat sekitar dapat diedukasi mengenai bagaimana pentingnya populasi penyu di laut, dan mengembalikan pulau Serangan sebagai ikon pulau penyu sesuai dengan visi misi TCEC.

I Dewa Gede Oka, S.E selaku kepala Biro Kemahasiswaan berharap agar kegiatan seperti ini bisa diagendakan setiap tahunnya, karena kebermanfaatannya akan benar-benar berdampak positif bagi alam dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan pelepasan tukik bersama TCEC serta Biro Kemahasiswaan dan mahasiswa Universitas Udayana, lalu diakhiri dengan aksi bersih-bersih disekitaran pesisir pantai Padang Galak. (Teja S/Febri/Ayu)

tulisan ini dipublikasikan pertama kali tanggal 7 Mei 2019 di persakademika.com

You May Also Like