Mahasiswa kawal suara rakyat, Lapangan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar menjadi saksi lantangnya suara mahasiswa pada Jumat (22/4). Secara bergilir massa aksi menyampaikan keresahannya dihadapan publik. Berbekal dengan lima poin dikumandangkan, seruan aksi tersebut berhasil berjalan dengan damai.
Mahasiswa yang turun merupakan gabungan dari beberapa kampus yang ada di Bali. Lapangan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar menjadi kawasan aksi massa, pukul 15.37 WITA menjadi tonggak awal. Berawal dari keresahan mahasiswa akan polemik yang terjadi menyebabkan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Bali berinisiatif untuk melangsungkan seruan aksi simpati.
Terdapat lima poin pernyataan sikap yang disampaikan pada aksi damai tersebut. Pertama, penolakan wacana kenaikan BBM, LPG 3 kg, dan tarif listrik. Kedua, massa turut menuntut pemerintah lebih serius dalam mengusut mafia minyak goreng. Ketiga, mendesak pemerintah dalam merealisasikan program bantuan dana kepada pelaku UMKM. Keempat, terdapat penolakan keras segala wacana penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden. Kelima, mengajak seluruh elemen masyarakat Bali untuk bersama menyuarakan keresahannya terkait segala permasalahan yang ada di Bali pada masa pemulihan pasca pandemi.

“Kita merasa kita sudah mencoba bentuk kajian dan sebagainya, tetapi permasalahannya adalah bahwa masyarakat secara sependek pemikiran dan penglihatan kita melalui survei, belum sepenuhnya mereka sadar atau bahkan cenderung tidak khawatir,” pungkas Darryl Dwiputra selaku Ketua BEM Universitas Udayana.
Lebih lanjut, Darryl mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan kajian dalam hal akademis jika kelima poin tersebut belum didengar. “Tentunya kita akan bertemu dengan pemangku kebijakan terkait untuk bisa mengubah kebijakan ini dan segera mengambil sikap,” ungkapnya kembali.

Kendati terik panas matahari yang menyengat rupanya tidak mengungguli partisipasi mahasiswa untuk ikut bersimpati.
Tani Muharamah dari Kementerian Koordinator Analisis Kajian Strategis BEM PM Unud mengungkapkan tujuannya ikut berpartisipasi dalam massa aksi. “Ikut memberi tahu pada masyarakat Bali bahwa Bali sedang tidak baik-baik saja untuk bagian ekonomi. Masih banyak masalah ekonomi, terutama di bidang pariwisata itu sendiri,” pungkasnya.
Setelah penyampaian orasi, aksi damai tersebut diselingi dengan menyanyikan lagu dari Nosstress yang berjudul “Semoga Ya” dipimpin oleh salah satu peserta aksi serta diakhiri dengan pembacaan lima poin pernyataan sikap yang telah diajukan.
Tani berharap agar pemerintah dapat mendengar suara-suara dari mahasiswa sebagai perwakilan masyarakat, khususnya masyarakat Bali.

“Saat ini Bali baru saja pulih dari pandemi, kita sebagai masyarakat seharusnya sadar. Juga bahwa kita masih dalam proses pemulihan, kita harus meraih proses yang lebih baik lagi. Karena ketika ini berlaku pada ekonomi, itu akan berdampak pada segala lini kehidupan. Khusus kepada masyarakat Bali, tolong gunakan kebijakan yang sudah anda miliki dengan baik,” pesan Darryl.
Penulis : Kamala
Penyunting : May Danawati
Reporter : Sandra, Kanya, Manogar, Pandea