Seruan Mimbar Bebas: Massa Aksi Keluhkan Kenaikan Harga BBM

Seiring dengan melambungnya harga Bahan Bakar Minyak, berbagai elemen masyarakat berpadu di kawasan Jl. PB Sudirman, Denpasar. Dengan mengajukan 8 poin tuntutan, massa aksi yang dipantik oleh Aliansi Bali Jengah ini dengan lugas mengelukan keresahannya dibarengi dengan aksi simbolis dorong motor sebagai upaya untuk menunjukan sulitnya masyarakat terhadap kenaikan harga BBM tersebut.

 

Persoalan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) telah menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat. Berlaku per tanggal 3 September 2022, BBM yang mengalami kenaikan yakni Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, Solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, serta Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liternya. 

Berbagai aksi penolakan kenaikan harga BBM tersebut telah terdengar di beberapa daerah. Tepat pada Sabtu, 10 September 2022, berlokasi di Jalan PB Sudirman, Denpasar, puluhan massa aksi dari berbagai elemen masyarakat Bali berkumpul menyampaikan rasa kekecewaan atas kebijakan tersebut.  

Aksi – Massa yang tergabung kedalam Aliansi Bali Jengah melakukan demonstrasi bertajuk “Seruan Mimbar Bebas” di sepanjang Jalan PB. Sudirman pada Sabtu (10/9)

 

Masyarakat yang terdiri atas  mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan berbagai komunitas yang tergabung dalam Aliansi Bali Jengah, berbondong – bondong mendorong motor di sepanjang jalan Sudirman sebagai representasi melambungnya harga BBM yang kini dirasa mencekik masyarakat. Aksi dorong motor ini kemudian berakhir di depan Halte Universitas Udayana sebagai titik lokasi mimbar bebas dilakukan. 

Dorong motor – Massa aksi mendorong motor sebagai bentuk representasi kenaikan harga BBM

Aksi yang dimulai pada pukul 14.30 WITA dan berakhir pukul 17.30 WITA ini turut membawa 7 poin tuntutan lainnya antara lain menolak kenaikan harga BBM sebagai poin utama. Kemudian,  mendesak presiden untuk mengevaluasi BPH migas dan memberantas mafia migas, menolak pemangkasan upah buruh dan UU Cipta Kerja, mendesak presiden untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM di indonesia, menarik aparat di tanah papua, mencabut anatomi khusus jilid 2 dan Daerah Otonomi Baru (DOB) di tanah Papua, menghapus dan atau mengganti pasal-pasal bermasalah yang mengancam penerapan nilai demokrasi dan hak asasi manusia di RKUHP, serta tuntutan lainnya yaitu menolak pembahasan pada perhelatan G20 mengenai kebijakan pemulihan ekonomi dan kebijakan iklim yang dirasa berpihak pada investor dan tidak mempertimbangkan hak rakyat. 

Spanduk – Massa aksi memulai demonstrasi dengan membentangkan spanduk berisi tuntutan

Lebih lanjut, beberapa peserta aksi bergilir menyampaikan aspirasinya dihadapan masyarakat dan pihak aparat keamanan dengan menggunakan microphone dan menaiki mobil pick up sebagai mimbar . Lagu “Buruh Tani” dan seruan jargon juga kerap dikumandangkan di tengah massa aksi yang kian memanas menjelang sore. 

Riuh – suasana riuh pada penyampaian poin tuntutan oleh demonstran diatas pick up

Dalam orasinya, Darryl Dwi Putra selaku salah satu perwakilan mahasiswa mengungkapkan bahwa dengan adanya kenaikan BBM tentunya sangat berdampak signifikan bagi masyarakat.  “Kehidupan masyarakat di Indonesia sejujurnya tidak lepas dengan penggunaan bahan bakar minyak, baik di sektor transportasi dan juga ekonomi. Naiknya harga BBM menimbulkan beberapa dampak yakni naiknya biaya transportasi, naiknya biaya barang-barang, naiknya harga bahan-bahan pokok,” ungkapnya di hadapan massa aksi.  

Bersuara – Perwakilan massa aksi  menyampaikan poin tuntutan pada seruan mimbar bebas oleh aliansi bali jengah (10/9)

“Sebenarnya kalau kenaikan listrik dan kenaikan pendidikan masih nyambung dengan kenaikan BBM, sehingga harga pendidikan seperti misalnya siswa berangkat ke sekolah, murid ke sekolah jadi itu mempengaruhi juga,” ujar Anak Agung Gede Surya Sentana selaku salah satu peserta aksi yang berasal dari elemen masyarakat. Dirinya juga berharap agar poin tuntutan yang diajukan dapat didengar oleh pihak DPRD maupun pemerintah. 

Memasuki penghujung aksi, Darryl turut menyampaikan orasinya terkait tuntutan yang dilayangkan agar terdengar kepada pihak – pihak terkait, “Hari ini apabila pemerintah memilih untuk tidak mendengar suara kami, kami siap untuk turun dengan jumlah yang lebih banyak,” ucapnya dengan tegas mengakhiri seruan mimbar bebas tersebut. 

 

Penulis : Ayu Rita dan Kamala 

You May Also Like