UNUD Menuju Pendidikan Karakter Berbasis Budaya

Seiring dengan visi Universitas Udayana untuk menjadi salah satu dari sepuluh Universitas di Indonesia sebagai pusat pengembangan pendidikan karakter di Indonesia, Jumat (1/6) lalu Universitas Udayana mengadakaan workshop pendidikan karakater di Ruang Teater Widya Shaba, Fakultas kedokteran Universitas Udayana.

Workshop yang bertajuk “Mahasiswa Universitas Udayana Cerdas dan Berkarakater” ini diselenggarakan sekaligus untuk memperingati hari lahirnya Pancasila. “Kami berharap melalui workshop ini implementasi nilai-nila pancasila dapat terwujud di lingkungan Universitas Udayana, ungkap Ketua Panitia, Dr. Drs. I Wayan Surpa.

“Jika ingin mahasiswa baik, maka yang berada di atasnya yang harus baik terlebih dahulu”, ungkap Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan, M.Sc selaku Pembantu Rektor III dalam sambutannya mewakili Rektor. Wirawan mengingatkan untuk mewujudkan mahasiswa Universitas Udayana yang cerdas,  berkarakter dan mampu mengimplementasikan nilai-nila pancasila maka terlebih dahulu harus dicontohkan oleh pihak-pihak yang berada di atasnya seperti pegawai dan dosen-dosennya. Selain itu juga adanya fasilitas yang mendukung dan pelayanan yang juga baik.

Acara ini terselenggara atas bantuan Dikti yang kemudian digarap oleh biro kemahasiswaan dan UPT PPKB (Unit Pelayanan Teknis Pendidikan Pembangunan Karakter Bangsa) UNUD dan menghadirkan pembicaranya Pembantu Rektor I UNUD, Prof. Dr. Komang Gede Bendesa, M.A.D.E, , Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan, M.Sc, Prof. Dr. Ir. Nyoman Sucipta,MS dan Drs. Made Winarta, M.Pd.H.

Dalam workshop ini  dijelaskan pendidikan karakter yang akan dikembangkan di UNUD adalah pendidikan karakter berbasis budaya. “Setiap mahasiswa membawa karakter sendiri dari rumah mereka, bukan bermaksud merubah melainkan mengembangkan nilai positif yang sebenarnya sudah ada pada mahasiswa itu sendiri”, papar Prof. Dr. Komang Gede Bendesa, M.A.D.E dalam materinya “Model Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Unud”.

“Bulan September nanti akan kembali diadakan acara yang serupa”,  lanjut Surpa. Menurutnya masih banyak hal yang perlu dibenahi, seperti bagaimana mengajak mahasiswa untuk demo tanpa merusak institusi, banyak sarjana atau akademisi yang tidak bisa membedakan di mana dan dengan siapa ia berbicara, sehingga pemaparanya susah diterima.

Vera

You May Also Like