Pro Kontra Kurikulum 2013

Rancangan Kurikulum 2013 yang tengah diujipublikkan menuai protes dari berbagai kalangan di Bali.

Rancangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa bahasa Daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya, Prakarya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Pengintegrasian tersebut mendorong guru bahasa daerah melakukan aksi demonstrasi di kantor DPRD Bali beberapa waktu lalu. Komisi IV DPRD Bali bahkan telah menyuarakan aspirasi ke Jakarta, bahwa Bali menolak pengintegrasian mata pelajaran Bahasa Bali dalam kurikulum 2013 tersebut.

Selasa (15/1) lalu, anggota Komisi IV DPRD Bali bersama perwakilan Disdikpora, kembali menyuarakan aspirasi ke Jakarta dengan membawa rekomendasi sesuai hasil Seminar Evaluasi Rencana Perubahan Kurikulum 2013. Rekomendasi tersebut berisi mengenai Penggabungan Bahasa Daerah ke dalam Seni Budaya pada Kurikulum 2013 yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra Universitas Udayana, pada Rabu (9/1) lalu.

Ketua Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra Universitas Udayana, I Gede Nala Antara mengungkapkan, pihaknya menolak bahasa daerah yang diintegrasikan ke mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Terlebih lagi, alasan penolakan itu dilandasi oleh adanya kontradiksi antara tujuan dan realita kurikulum 2013. ”Dasar dari kurikulum 2013 adalah menjunjung dan meningkatkan nilai-nilai luhur bangsa. Sementara bahasa daerah adalah sumber dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagaimana bisa menjunjung nilai luhur bangsa apabila bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya?” ungkap Nala Antara saat ditemui Selasa (8/1) lalu di ruangan jurusan Sastra Bali.

Bertolak belakang dengan pernyataan Nala Antara, Wirawan, seniman Gases Bali sekaligus Dosen Seni di IKIP PGRI Denpasar menyatakan bahwa secara pribadi dirinya setuju dengan wacana pengintegrasian Bahasa Daerah dalam kurikulum 2013. ”Menurut saya, itu sami mawon (sama saja). Bahasa Bali merupakan pelestarian budaya yang berbasis tradisi/lokal genius. Kalau bahasa Bali dialihkan ke dalam Seni Budaya dan Prakarya, seni budaya juga berbasis lokal genius. Ada bahasa Bali dan kesenian di dalamnya. Toh juga diajarkan tatanan dan susunan tradisi budaya kita yang ada di Bali. Jadinya sama saja, hanya bahasa pengungkapannya yang berbeda,” jelas Wirawan ketika ditemui di Sanggar Gases Bali, Sesetan, Selasa (8/1) lalu.

I Wayan Sudarsana mahasiswa semester 5 Jurusan Sastra Bali Universitas Udayana ikut angkat bicara. “Tentunya akan mempengaruhi banyak hal seperti guru, fakultas pendidikan di perguruan tinggi, dan tentunya dampak yang paling parah adalah Bahasa Bali itu sendiri. Kalaupun Bahasa Bali diintegrasikan ke seni budaya dan prakarya, diharapkan agar mendapat porsi yang lebih besar karena selain belajar bahasa, tradisi juga dipelajari,” jelas Sudarsana. Dea & Sasmita

You May Also Like