Terapkan Rumus LTK untuk Bangun “Empire”

 

526482

Judul Buku      : Ajik Cok: Lihat, Tiru, Kembangkan

Penulis             : A. Bobby Pr.

Penerbit           : Kompas

TahunTerbit     : 2015

Jenis Buku       : Biografi

Tebal               : xii + 252 hlm.; 14 cm x 21 cm

ISBN               : 978-979-709-983-1

 

“Pada setiap awal perkembangan semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri” – Pramoedya Ananta Toer

Petikan kalimat di atas keluar dari seorang sastrawan ternama, Pramoedya Ananta Toer yang dikutip oleh penulis untuk menggambarkan ilmu Lihat, Tiru, Kembangkan (LTK) yang diterapkan oleh salah satu pengusaha Bali, Gusti Ngurah Anom atau yang lebih akrab disapa Ajik Cok. Sebuah buku biografi yang mengulang kembali kehidupan Cok kecil sampai berhasil membangun ‘empire’.

Awalnya kehidupan Cok kecil tidaklah enak seperti saat ini. Cok lahir di keluarga yang kurang mampu. Ayahnya hanya seorang petani penggarap, sedangkan ibunya hanya pembuat kue-kue Bali yang penghasilannya juga tak seberapa. Cok merasakan kehidupannnya sangat berat, terlebih ayahnya juga masih mempunyai enam anak lain, hasil dari perkawinan istri pertamanya. Sedangkan Cok lahir dari istri kedua. Sangatlah sulit menghidupi dua istri dan tujuh anak bagi seorang petani penggarap.

Suatu malam ayah Cok mengatakan, bahwa dia tidak bisa lagi menyekolahkan Cok. Sebenarnya Cok sudah masuk SMIP (setara SMA), namun tiada daya akibat umur ayahnya yang mulai beranjak tua, Cok harus rela untuk putus sekolah. Cok diminta bekerja membantu ayahnya di sawah. Alih-alih bekerja di sawah, Cok malah kabur dari rumah untuk ke Denpasar. Niatnya untuk kabur ke ibu kota provinsi untuk mencari pekerjaan. Di sana Cok mulai bekerja sebagai tukang cuci mobil. Ia  bekerja selama satu tahun. Hasil jerih payahnya digunakan untuk membeli sepeda motor.

Usai itu Cok mencari pekerjaan lain. Setelah kesana kemari akhirnya Cok dibantu oleh Made Sidharta yang mempunyai usaha konfeksi. Di sana Cok bekerja cukup lama, namun Cok akhirnya keluar karena ingin membangun konfeksi sendiri. Dari sinilah “empire” itu terbentuk. Cok bekerja keras untuk membangun usaha konfeksinya dengan berbekal pengalaman dari konfeksi Sidharta.

Belum lama bergelut dengan usaha konfeksinya, Cok malah punya ide untuk membuat usaha oleh-oleh khas Bali. Pemikiran ini timbul saat Cok berkeliling dengan motor seven ceblok-nya yang tanpa sengaja melewati gedung Art Center. Di sana setiap tahun ramai karena ada pagelarana pesta kesenian Bali. Akhirnya Cok mendirikan usaha oleh-olehnya cukup dekat dengan daerah tersebut. Usaha ini pun maju, dan Cok semakin mengembangkan usahanya. Bahkan saat ini sudah memiliki lima cabang dan berbagai usaha lain. Kini nama ajik Cok sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat  Bali.

Buku biografi pengusaha oleh-oleh Bali ini ditulis oleh A. Bobby Pr. Ia berhasil mengemas cerita Cok yang sangat unik. Buku ini sangat baik untuk dibaca oleh semua kalangan, terutama bagi mereka yang ingin menjadi seorang pengusaha. Mereka dapat meniru usaha Cok  yang tidak pernah menyerah dalam membangun usahanya. Di dalam buku ini penulis juga menyampaikan beberapa pandangan orang mengenai Ajik Cok. (Sui)

You May Also Like