Minimnya sistem keamanan yang memadai dalam lingkungan Universitas Udayana (Unud), berimbas pada permasalahan keamanan, khususnya kehilangan helm yang berulang. Perlindungan dan kesejahteraan yang diberikan terhadap civitas akademika Unud kembali dipertanyakan.
Barisan kendaraan civitas akademika Universitas Udayana (Unud) berjejer rapi memadati kawasan parkir di Kampus Sudirman Unud, tak terkecuali di bangunan beton bertingkat yang akrab disebut parting (parkiran tingkat) itu. Mahasiswa-mahasiswa dari sejumlah fakultas tampak sibuk berlalu lalang menuju tempat pemberhentiannya masing-masing. Dibalik dinamika tersebut, tak dapat dipungkiri kawasan itu justru menjadi salah satu kawasan krisis keamanan di Udayana. Bagaimana tidak, di setiap tingkat bangunan kokoh tersebut, tidak satupun dilengkapi fasilitas CCTV.
Situasi keamanan di Unud sudah menjadi bahan perbincangan dan kekhawatiran mahasiswa sejak lama. Kasus-kasus kehilangan, khususnya kehilangan helm terlalu sering mengusik keseharian mahasiswa dalam beraktivitas di lingkungan Udayana. Tak mengenal siang dan malam, kasus kehilangan helm senantiasa bertambah setiap harinya.
Ketika ditemui di pos kerjanya pada Kamis (5/4), I Wayan Widiartawan selaku Kepala Satpam di Kampus Sudirman, menerangkan bahwa Kampus Sudirman terbuka untuk umum baik untuk kepentingan akademik maupun non akademik selama 24 jam, dan sistematika pengamanan oleh satpam dibagi ke dalam 3 shift yakni pagi, siang dan malam. “Perlu diketahui, kami sekarang ada 6 personil dalam 1 shift dan kami bagi dengan titik-titik tertentu, dengan 6 titik. Yang sangat penting itu kan titik-titik krusialnya di sini pos 1, pos 2, pos 3, pos 4, pos 5. Setiap (sudut) ini ada, khususnya yang kegiatan efektif itu kan di pagi hari. Terutama yang di depan RTH (Ruang Terbuka Hijau -red), di depan parkir tingkat ada 1, di depan (Fakultas) Teknik, depan (Fakultas) MIPA itu lagi satu. Di pos ini juga ada satu, khusus menyeberangkan mahasiswa.” Jelasnya sembari menunjuk posisi pos-pos penjagaan di Kampus Sudirman.
Selain berjaga dalam pos di sejumlah titik Kampus Sudirman, penjagaan dengan patroli keliling juga dilakukan. Ketika berpatroli keliling, Widiartawan mengaku kerap menemukan kunci yang tertinggal pada kendaraan-kendaraan civitas akademika Unud. “Bahkan mahasiswa itu buru-buru, kuncinya keadaan masih on masih menyala, seperti kemarin ada bule yang sampai soak akinya kami kontrol temukan, kalau tidak kontrol, hilang.”
Pria berkulit sawo matang itu juga menambahkan, bahwa kasus kehilangan helm di Unud disebabkan oleh multifaktor. “Yang sering kehilangan helm itu, satu selain dari kelalaian mahasiswa tersebut, juga karena ruang lingkup juga cukup padat dan maksimalnya itu, dan orang-orangnya itu kita sulit mengenali, kayak dik ini besok ndak kenal kita. Sering ada laporan kehilangan helm tapi sering juga ada kami pas kontrol ini banyak helm-helm tanpa tuan. Apa sengaja itu ditukar dia dari rumah bawa helm jelek, sampai sini ambil yang bagus.”
Tidak hanya itu, minimnya fasilitas CCTV juga turut menjadi penyumbang krisis keamanan di Unud. Widiartawan mengatakan bahwa dahulu, fasilitas CCTV di Kampus Sudirman sempat ada sebanyak 26 buah, saat ini program CCTV tersebut telah hilang dan menyisakan CCTV-CCTV yang tidak berfungsi secara maksimal. Sementara ini CCTV terdapat pada beberapa titik tertentu saja, seperti gedung-gedung baru yang semua telah dilengkapi CCTV.
Deretan Kasus Hilangnya Helm di Unud
I Putu Ananta Wibisana yang merupakan mahasiswa baru FISIP, menceritakan pengalamannya ketika kehilangan helm di Unud. Sebelumnya, ia kerap kali mendengar kasus kehilangan helm di lingkungan kampus, tapi sama sekali tidak menyangka bahwa kejadian itu akan menimpa dirinya.
“Kejadiannya saat Musma di awal Desember. Selesai Musma kita makan, jalan-jalan dulu sebentar dan itu kondisi siang sampai sore. Sore itu balik lagi ke Kampus Sudirman, kita ada rapat dulu sampai malam. Lucunya siangnya ada, malamnya hilang (helmnya). Kondisinya aku bareng temanku ke Kampus Sudirman. Helm temanku ada, cuma helmku yang nggak ada,” ungkap Ananta menceritakan kronologi kehilangan yang dialaminya kepada Tim Redaksi Pers Akademika pada Rabu (27/3).
“Kalau sekarang karena sudah kejadian nggak mau keulang lagi, jadi kalau naruh helm paling nggak di jok lah. Helm yang hilang itu merknya JPN, kisaran harga Rp230. 000.00,- atau Rp240.000.00,- mungkin.” Lanjutnya.
Selain dirinya, ia mengaku bahwa pada Sabtu kemarin (23/3), terjadi 4 kasus kehilangan helm sekaligus di Kampus Sudirman.
Tatkala menyambangi Kawasan Parkir di Kampus Sudirman pada Kamis (5/4), Tim Redaksi Pers Akademika tidak sengaja bertemu dengan sejumlah mahasiswa dari berbagai angkatan yang mengalami kasus kehilangan helm. Meski tengah bersiap pulang kuliah, mahasiswa yang akrab disapa Ari itu menyempatkan waktunya untuk menceritakan kasus kehilangan helm yang pernah ia alami. “Aku pernah sih dulu kehilangan helm di parting (parkiran tingkat -red). Itu pun aku baru beli helmnya itu langsung hilang sih. Aku gak ingat tanggal pastinya kapan, tapi kalau semesternya aku ingat ya. Itu kayaknya semester dua deh.” Terang mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2022 itu.
“Aku ngelapor ya di satpam yang mau keluar itu, tapi satpamnya pas aku bilang gitu, dia cuma kayak yaudah gitu, gak ada solusi apa yang dikasih. Cuma ya kita satpam dari universitas gitu, jadi gak ada apa kewenangan gitu untuk ngelakuin itu, karena disuruh juga helmnya taruh di jok gitu, tapi waktu itu aku taruh di jok dan tetap hilang, sudah bilang gitu ke satpamnya, tapi ya satpamnya cuma bisa dengar cerita aku. Aku juga lapor ke satpam fakultas kan tapi gak ada ngasih solusi apa gitu.” Sambungnya.
Serupa dengan yang dialami Ari, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2022 bernama Cyanda juga sempat mengalami kasus kehilangan helm, bahkan kejadian itu menimpanya 2 kali. Kejadian pertama dialaminya saat ia masih semester 2, kala itu adalah akhir pekan, Cyanda memarkirkan motornya di basement gedung parkiran tingkat. Ia meninggalkan helmnya diatas spion dan saat ia kembali ke motornya, helmnya sudah hilang dari motornya.
Sedangkan kejadian yang kedua, terjadi setelah Cyanda membeli helm baru. Tidak ada satu minggu, helm itu hilang ketika Cyanda memarkirkan motornya di samping Sekretariat Bersama (Sekber) Fakultas Kedokteran. Niatnya, ia hendak parkir sebentar saja untuk menaruh surat di Sekber, sehingga ia meninggalkan helmnya juga di spion, namun ketika kembali dari Sekber, Cyanda menemukan bahwa helmnya telah hilang, padahal ia hanya meninggalkannya sebentar.
Saat ditanyakan terkait peran satpam ketika ia kehilangan helm, Cyanda menjawab bahwa tidak ada bantuan signifikan yang diberikan. “Kalau dari satpamnya sih seingatku waktu aku ke gedung barat nyamperin satpamnya, kayak aku nanya, Pak ada helm gak? siapa tau kan satpamnya yang ngambil atau ngamananin. Habis itu pak satpamnya cuma bilang kayak sekedar nyari ke ruangannya yang di gedung barat pokoknya yang di belakang itu, habis itu kayak, gak ada dik, habis itu kayak waduh kayak gimana ya, penyelesaian aku tidak dapat, helm aku pun tidak dapat. Jadi kayak cuma wah, gak ada dik. Nanti kalau misalnya kemana-kemana helmya dibawa saja ya, biar ga hilang.” Tegasnya.
Kejadian tersebut membuatnya merasa tidak aman meninggalkan kendaraan di area parkir kampus, bahkan dalam waktu yang singkat.
Senada dengan itu, sebut saja Daun dan Kacamata (nama samaran), mahasiswa baru Unud yang juga merasakan kasus kehilangan helm di Kampus Sudirman, membagikan cerita mereka. “Pas malam hari itu ada kegiatan di kampus, tepatnya di parting (parkiran tingkat) ya. Itu posisi motornya di parting lantai 3, dan posisi helmnya biasa, aku cantolin di spion. Nah selesai kegiatan, gini dia hilang, padahal besok aku harus ke Jimbaran. Jadi malam-malam itu harus beli helm lagi, dan itu ada juga temanku cerita, helmnya hilang juga tapi 2 kali. Kejadiannya itu tahun kemarin, 2023 dekat kegiatan Metamorfosa.” Jelas Daun.
Tidak sampai disitu, “Kalau aku, helmku sempat dipinjam sama temanku kan, dipinjam itu juga ngga jauh-jauh juga masih sekitaran disini (Kampus Sudirman). Mereka itu singgah disini terus hilang, di basement.” Ungkap Kacamata.
Lebih lanjut, keduanya bercerita bahwa mereka sudah melapor ke satpam yang bertugas, namun satpam tersebut justru berkata, saat kuliah usahakan untuk tidak membawa helm yang terlalu nyentrik. Bawa helm yang biasa-biasa saja. Namun diluar itu, ia mengaku bahwa sampai saat ini juga belum ada solusi dari pihak satpam sendiri.
Ternyata, keadaan krisis keamanan tidak hanya terjadi di Kampus Sudirman, kasus kehilangan juga terjadi di Kampus Jimbaran yang merupakan kampus pusat Unud yang mewadahi sebagian program studi dari 13 fakultas yang ada di Unud. Oleh karena itu, kasus kehilangan helm ini masih menjadi sorotan di kedua kampus Udayana itu. Yudistira, mahasiswa baru Fakultas Teknik yang berkuliah di Kampus Teknik Jimbaran, membagikan kisahnya. “Ada teman saya, dia dua kali kehilangan helm. Itu pun letaknya gak jauh dari parkiran gitu. Jadi kayak ada gedung nih, sebelahnya gedung pas banget tapi di sana sering kehilangan helm padahal penjagaan di sana itu cukup, ada penjagaannya gitu. Tapi (dia) tuh dua kali sudah beruntun (kehilangan helm), dua kali di minggu yang sama.” Kata Mahasiswa angkatan 2023 itu.
Yudistira menjelaskan bahwa menurutnya keamanan di Kampus Jimbaran, terutama Fakultas Teknik masih terbilang cukup kurang. Walaupun telah ditugaskan satpam di beberapa titik, penempatan CCTV yang menjadi alat pengawasan yang paling efektif masih belum maksimal. Apalagi Kampus Jimbaran yang bangunannya terpisah-pisah, seharusnya penggunaan CCTV akan sangat membantu dalam melakukan kontrol yang terintegrasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kasus kehilangan helm juga menimpa Tresna, Presiden Mahasiswa BEM PM Unud. “Sebenarnya fun fact kemarin, pas saat kita IWD (Kegiatan Perayaan International Woman’s Day yang diselenggarakan BEM PM -red) juga helm Presma (Presiden Mahasiswa -red) hilang juga, helm Kokomaha hilang juga. Nah, ada juga itu helm yang bagus juga hilang dan saat itu kan bertepatan juga pada saat, rame kan pas saat (kegiatan) BKFK (Badan Kekeluargaan Fakultas Kedokteran), ya BKFK kalau gak salah.” Ujar Ricardo selaku Wakil Presiden Mahasiswa BEM PM Unud saat diwawancarai oleh Tim Redaksi Pers Akademika di Sekretariat Akademika pada Rabu (27/03).
Aksi Kolektif Membenahi Keamanan Udayana
Gerakan kolektif selalu mendorong perubahan yang komprehensif. Dalam berbagai peristiwa, nyatanya gerakan kolektif mampu membawa perubahan terhadap berbagai aspek. Menelisik permasalahan keamanan di Udayana, sudah seyogyanya menjadi tanggung jawab dari seluruh civitas akademika Unud untuk saling peduli dan mengambil peran.
Sebelumnya, BEM PM Unud sendiri pernah melakukan beberapa kali audiensi dengan rektorat terkait permasalahan keamanan, namun tidak memperoleh atensi yang serius. “Kita sudah sempat audiensikan juga di tahun lalu terkait keamanan-keamanannya dan juga penggarapan untuk perkara-perkara seperti CCTV dan sebagainya itu. Nah, memang itu juga jadi PR-nya kita juga PR dari BEM sendiri. BEM sendiri pun juga udah sering terus-terusan ke rektorat untuk membahas hal perkara ini lah entah lewat dari kita Pres, Wapresma nya atau lewat dari Kementerian ADKESMAnya disana.” Papar Wakil Presiden Mahasiswa itu.
Menyambung ceritanya, Richardo menjelaskan, kendati dalam audiensi tersebut sudah terdapat beberapa fakultas yang menjadi lebih baik dari segi keamanannya, seperti halnya Fakultas Peternakan, namun dalam ranah Kampus Sudirman, hal ini masih menjadi persoalan. Richardo menegaskan bahwa pada saat pembahasan pengamanan di Kampus Sudirman, dikarenakan Kampus Sudirman terdiri dari beberapa kompleks fakultas. Setiap dana yang diturunkan akhirnya disebar di tiap fakultas. Sehingga akhirnya menghasilkan kebingungan, apakah ini adalah ranah dari pihak rektorat untuk meningkatkan fasilitas? Atau ini sudah menjadi otonomi fakultas. Itulah jawaban yang diterimanya dari pihak rektorat.
“Sementara rektorat pasti melemparnya ke dekanat, dekanat pasti bilangnya gak ada dana, nunggu dana dari fakultas. Nah sudah ya oper-operan itu saja, kita sudah 2-3 tahun, sudah begitu jawabannya. Jadi sebenarnya memang pasti (ujung-ujungnya) dibalikin juga nanti tanggung jawab pribadi lah. Mungkin jaga keselamatan helmnya dengan masukin ke dashboard. Itu parahnya gitu. Kembali lagi memang walaupun jawabannya sama, tapi tetap istilahnya kami BEM bakalan koar-koar lah. Ya ini loh kesejahteraan mahasiswa gitu, kenyamanan mahasiswa gitu.
Oleh karena itu, BEM PM Unud melalui Kementerian ADKESMA menginisiasi penerbitan survei keamanan melalui kanal instagramnya @bem_udayana pada Sabtu (2/3). Sehubungan dengan itu, Tresna menjelaskan bahwa hasil survei tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk melaporkan permasalahan keamanan kepada rektorat “Survei ini pastinya pertama-tama menjadi dasar, lebih dahulu menjadi dasar acuan kita melaporkan ke rektorat.”
Ia melanjutkan, apabila hasil survei tersebut tidak digubris oleh pihak rektorat, maka hasil survei tersebut akan diposting di kanal instagram @bem_udayana sebagai bahan propaganda agar mendapat atensi dari rektorat. “Mungkin Itu salah satu cara kita lah untuk menarik perhatian rektorat gitu.”
Sehari setelahnya, pada Minggu (3/3), DPM PM Unud melalui akun instagramnya @dpm_udayana, juga turut menerbitkan survei fasilitas keamanan Unud. Dalam postingan keduanya, setidaknya disebutkan bahwa survei ini dilatarbelakangi oleh kasus keamanan dan berbagai laporan kehilangan dari tahun ke tahun yang menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Hal ini juga didorong oleh kekecewaan atas rektorat yang kurang responsif sehingga dianggap lamban dan tidak serius dalam menangani permasalahan keamanan di Unud. Sehubungan dengan itu, pihak BEM PM Unud tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan pihak DPM PM Unud dalam mengawal permasalahan ini.
Melakukan perubahan atas kondisi yang terjadi sekarang bukanlah perkara gampang, namun bukan berarti merupakan suatu hal yang mustahil dilakukan. Sebagai mahasiswa yang memiliki peran sebagai agen perubahan dan kontrol sosial, memulai pengaplikasian peran tersebut dari lingkungan terdekatnya yang bernama Udayana adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu, mahasiswa-mahasiswa, pihak BEM, DPM baik fakultas maupun universitas, para satpam, pihak rektorat, dekanat dan pihak terkait lainnya harus saling bergandengan tangan untuk menyelesaikan mata rantai kasus keamanan terutama kehilangan helm di lingkungan Unud. Semua itu tidak lain karena persoalan keamanan merupakan tanggung jawab bersama, tidak eksklusif hanya untuk salah satu pihak saja.
Kolaborasi seluruh pihak dalam memastikan keamanan di lingkungan kampus sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan yang terus berulang. Widiartawan selaku Kepala Satpam di lingkungan Kampus Sudirman berharap mahasiswa juga bisa mematuhi aturan yang berlaku “Kami berharap mahasiswa semua bisa mematuhi aturan yang berlaku dengan menjaga barang-barang milik pribadi artinya sama-samalah mengindahkan aturan biar kenyamanan dan keamanan tercipta secara maksimal. Kami sudah berusaha dengan tupoksi tugas kami, dan adik membantu dengan kinerja adik sebagai mahasiswa gimana. Terutama jangan bawa helm-helm bagus kan tidak ada helm-helm bagus baru hilang, helm yang sedang taruh di tempat yang mana menurut saya nyaman, kalau merasa bagus dibawa ke ruangan,” tegasnya.
Sedangkan, mahasiswa-mahasiswa berharap agar di kawasan parkir Kampus Sudirman dipasangkan fasilitas CCTV. Seperti halnya Cyanda, ia berharap penjagaan keamanan diperketat dengan pemasangan CCTV. “Harapannya ya, mungkin bisa gini sih, kayak kalau misalkan keamanan tu diperketat lagi sih, misalkan kayak satpam-satpam yang bertugas di FK Unud itu, khususnya di lingkungan Kampus Sudirman ini kayak lebih aware lagi sih sama helm-helm yang ada di parkiran. Terus satu lagi poin pentingnya adalah sebenarnya yang paling gampang itu adalah pasang CCTV saja sih menurutku, jadi kayak misalkan di gedung apa sih namanya tu, parkiran basement, itu pasang saja CCTV, jadi kalau misalkan ada helm hilang, bisa tinggal cek CCTVnya saja kan, gitu. Tapi ya agak susah sih karena sampai sekarang gak ada CCTV dan dari dulu juga sebenarnya apa namanya, usulan itu sudah diajuin ke pihak dekanat, tapi dari pihak dekanat tu cenderung selalu kayak ngoper bahwa CCTV dan seluruh keperluan di parting (parkiran tingkat) itu punyanya univ jadi terus kayak di oper-oper gitu jadinya kayak gak ada penyelesaiannya, gitu.”
Harapan tersebut juga diamini oleh Ari. “Harapan aku mungkin disediain CCTV juga gitu. Misalkan kalau ada orang yang kehilangan bisa di cek CCTV-nya, siapa yang ngambil helm atau barang-barang lain yang hilang. Terus juga mungkin satpamnya bisa lebih sering ngecek keamanan gitu, supaya kalau misalkan ada orang yang kehilangan itu ditanya.” Pungkasnya.
Penulis: Gung Vita, Tegar, Jekes
Penyunting: Gung Vita