Dibalik Kuliah Umum Sri Mulyani

            Hujan deras baru saja berhenti. Sang mentari mulai menyinari dan penampakan pelangi menambah indahnya hari. Sekitar pukul 09.00 WITA tanggal 20 Januari, Menteri Keuangan RI memasuki ruangan dengan senyum sumringah. Sontak para hadirin langsung berdiri dan menyambutnya dengan meriah.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini jauh-jauh datang ke Bali untuk berbagi. Bukan berbagi harta atau warisan, tapi berbagi ilmu serta pengalaman melalui kuliah umum di Auditorium Widya Sabha Universitas Udayana. Pada poster, baliho, spanduk dan informasi yang beredar di media sosial, kuliah umum dari Ibu Sri Mulyani bertemakan “Efektivitas APBN Untuk Membangun Negeri.” Tapi saat kuliah dimulai, Ibu Menteri merubah temanya menjadi “Membangun Fondasi Untuk Pertumbuhan yang Berkelanjutan.” Hal ini dilakukan karena dalam membangun pertumbuhan yang berkelanjutan, dibutuhkan lebih dari sekedar mengefektifkan APBN. “Tenang saja. Meski judulnya dirubah, efektivitas APBN tetap menjadi target utama,” ujar wanita kelahiran Tanjung Karang ini.

Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa tujuan pembangunan ekonomi Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Caranya yaitu dengan mengentaskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, meningkatkan produktivitas, daya saing dan investasi. Untuk memastikan hal ini agar terwujud, kita harus menghancurkan rantai kemiskinan yang sudah dimulai dari kandungan. “Jika keluarga miskin tidak bisa memberi nutrisi pada anaknya sejak dalam kandungan, otak anak mereka nantinya tidak akan mampu bersaing dengan anak yang nutrisinya tercukupi. Tanya saja Pak Rektor. Bapaknya kan Profesor di bidang kesehatan. pasti mengerti,” ujarnya berapi-api. Pesan seperti inilah yang banyak disisipkan didalam acara.

Dalam kuliahnya, Sri Mulyani juga berusaha membakar sifat nasionalisme para peserta. Ia mengatakan bahwa negara kesatuan artinya yaitu semua orang dari seluruh Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk maju. “Jadi konsep keadilan adalah seluruh masyarakat Indonesia harusnya memiliki kesempatan yang sama untuk maju meski tidak semuanya dijamin untuk bisa maju,” ujarnya menggebu-gebu. Walau demikian, Sri Mulyani mengingatkan agar mahasiswa tetap berfikir logis dan tidak sembarangan membakar jiwa nasionalismenya. Apalagi dalam mengajukan tuntutan atau kritik kepada pemerintah. Utamanya lagi jika membahas hutang negara.

“Saya senang tidak utang. Tapi, jika tidak mau utang, penerimaan harus naik atau belanja harus diturunkan. Tidak bisa bilang, ‘Bu, saya mau uang sekolah gratis, naik angkot bensinnya disubsidi, tapi Ibu tidak utang.’ Kalau begitu, tidak akan ada Menteri Keuangan, tapi Kanjeng Dimas,” canda Sri Mulyani diikuti tawa para peserta. Menurut wanita berkacamata ini, agar penerimaan naik dan utang turun, pemerintah harus berupaya sekuat tenaga supaya masyarakat membayar pajak. Sri Mulyani menuturkan rasio pajak dan tingkat kepatuhan pajak di Indonesia saat ini masih terbilang rendah dibanding negara tetangga. Padahal jika tiap warga taat membayar pajak, uangnya bisa disalurkan untuk membangun negara menjadi jauh lebih baik.

 Banyak pesan juga yang disampaikan Ibu Menteri dalam acara ini. Sri Mulyani berpesan bahwa Bali harus menjadi “guru” pariwisata untuk pariwisata di Indonesia. “Jangan takut berkompetisi dengan daerah lain karena jumlah wisatawan dunia tiap tahun selalu meningkat,” ucapnya. Masyarakat juga diharapkan agar semakin cerdas dan tidak melakukan tindakan anarki yang merusak karena itu sebenarnya akan merusak diri dan negara kita sendiri. Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk taat membayar pajak karena pajak kitalah yang akan digunakan untuk membangun negara kita ini. “Jika tidak kita yang menolong diri kita sendiri. siapa lagi?” tanya Sri Mulyani kepada peserta kuliah. Ia mengingatkan bahwa negara yang hebat itu bukan negara yang uang / kekayaannya banyak. “Bukan jumlahnya, tapi manajemennya,” tuturnya sambil tersenyum.

Pesan untuk mahasiswa juga cukup banyak. Menteri berpesan agar generasi saat ini menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya dengan cara menjadi profesional dalam ucapan, perbuatan, dan tindakan. “Kita harus keras terhadap diri kita sendiri supaya bisa keras kepada orang lain,” curhat Menteri Keuangan terbaik Asia tahun 2006 ini. Tak lupa ia membagi sedikit pengalamannya selama masa kuliah. Sri Mulyani mengatakan masalah utama pada generasinya dulu adalah kurangnya akses mencari informasi. “Dulu saya kalau mau cari informasi harus ke library dan saya selalu sempatkan 2 jam dari 24 jam per hari untuk ke perpustakaan. Masalah generasi sekarang itu lebih berat. Yaitu bagaimana memanajemen / menggunakan waktu itu untuk hal yang bermanfaat karena akses informasi sudah banyak. Tapi mau nggak kalian menggunakan waktu kalian untuk menambah informasi dan bukan hanya bermain medsos? Masalah lainnya yaitu bisa nggak kalian menyeleksi informasi tersebut?” tanyanya lagi kepada seluruh mahasiswa peserta kuliah umum.

Diakhir acara Sri Mulyani tidak lupa memberikan resep suksesnya selama ini. Resep tersebut tak lain dan tak bukan adalah dengan menjadi konsisten. “Kalau ingin sukses, just be consistent with yourself,” tutup wanita paling berpengaruh nomor 23 di dunia pada 2007 versi Forbes yang meninggalkan jabatannya di World Bank karena mencintai mahasiswa, rakyat, dan Negara Indonesia (Bagus Kresna).

You May Also Like