Kemurnian jati diri bangsa mulai terguncang. Hantaman globalisasi kian membawa perubahan besar pada kebudayaan Indonesia. Teknologi yang bak pisau bermata dua, terbagi antara perkembangan ilmu pengetahuan dengan disrupsi akar budaya bangsa menjadi topik utama dalam diskusi kebangsaan yang diadakan oleh Komisariat GMNI Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.
Perkembangan digitalisasi seolah membawa arus asimilasi yang secara perlahan menghapus kemurnian kultur Nusantara. Merosotnya cara berpikir, sikap, serta nilai moral yang berkembang dalam masyarakat Indonesia menjadi tantangan besar bagi keteguhan identitas bangsa. Semakin banyak pula budaya lokal yang tergantikan oleh budaya asing karena minat anak muda yang mulai condong pada budaya korean wave atau westernisasi.
Kesadaran akan situasi tersebut membuat getir sanubari Komisariat GMNI Ilmu Budaya Universitas Udayana, sehingga terciptalah gagasan untuk membentuk suatu diskusi kebangsaan bertajuk “Merawat NKRI dalam Kebudayaan” pada Selasa (6/6/2023) bertempat di Ruang Soekarno Lantai 4 Fakultas Ilmu Budaya yang membahas mengenai membangun kembali nilai kebudayaan bangsa melalui penanaman nilai nasionalisme kepada para generasi muda yang pudar oleh era globalisasi, dimana salah satu penyebabnya adalah media sosial.
“Seperti yang kita ketahui, di era globalisasi ini kan sangat dinamis ya. Saking berkembangnya zaman, kita tetap mengetahui bahwa pengaruh tiktok, media sosial ya, itu kan semakin hari semakin mengurangi budaya kita, terutamanya nilai nasionalisme,” ujar I Nyoman Trikasudha Gamayana selaku Ketua Dewan Pengurus Komisariat GMNI FIB Unud.
Pukul 15.26 WITA diskusi kebangsaan dibuka langsung oleh Dekan FIB Unud, yaitu Dr Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum, dan dihadiri oleh Nyoman Gede Antaguna, S.H., M.H selaku ketua DPD KNPI Bali, Dewa Gede Wiryangga Selangga, S.P., M.Si, ketua Unit Pengembangan Ormawa, serta Made Arya Duta Gunaksara, ketua BPM FIB Unud sebagai pemateri dalam diskusi tersebut. Dipilihnya mereka tak lain adalah untuk mewakili setiap perspektif dari golongan masyarakat.
Di era disrupsi ini, membangun nasionalisme melalui kebudayaan sangat patut untuk digemborkan. Arya Duta menyebutkan bahwa pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila yang menjadi ideologi negara telah mengalami degradasi parah. Begitu banyak generasi muda yang menganggap Pancasila hanya sekadar istilah tanpa tahu makna sebenarnya. Kemudahan akses informasi juga menyebabkan adanya perubahan dalam tatanan budaya Indonesia, terutama dalam pola hidup serta sikap masyarakat.
Sejatinya, sikap nasionalisme telah mendarah daging dalam semua aspek kebudayaan Indonesia melalui penerapan nilai-nilai Pancasila. Melestarikan kebudayaan sama artinya dengan menjaga identitas bangsa yang secara konsep juga merupakan makna dari nasionalisme itu sendiri.
Penulis : Kanya
Reporter : Kanya, Devy, Santiari
Penyunting : Raka, Wid