Angin segar menerpa organisasi mahasiswa (Ormawa) Universitas Udayana kala Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menggaungkan wacana kegiatan pengenalan Ormawa berupa pameran stand “UKM Udayana Expo”. Kegiatan itu disambut hangat oleh para penggiat Ormawa dengan harap dapat menyalakan eksistensi organisasinya.
Sejak Senin (7/8) hingga Kamis (10/8) di penataran parkir Gedung Auditorium Widya Sabha Universitas Udayana telah terlaksana UKM Udayana Expo untuk pertama kalinya. Bertajuk, “Make Your Choices, Develop Your Potential” yang artinya, “Tentukan Pilihanmu, Kembangkan Potensimu” kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh UKM tetapi juga komunitas dan paguyuban yang ada di Universitas Udayana.
Total partisipan yang terlibat dalam acara ini meliputi 34 unit pengembangan mahasiswa, 10 paguyuban daerah, dan 6 forum agama. Ini merupakan peluang bagi mereka untuk merekrut kader penerus di tengah keringnya antusias mahasiswa dalam berorganisasi di tahun-tahun sebelumnya.
UKM Expo Udayana: Wadah Pengenalan Ormawa
“Kenapa hari ini saya mengadakan Expo? Karena mereka yang tertarik dapat ngobrol-ngobrol banyak dengan UKM tersebut dapat sharing-sharing dan benar-benar tahu apa yang mereka minati,” ujar Ketua BEM Unud, Putu Bagus Padmanegara. Hal serupa disampaikan oleh Ketua Panitia, I Gusti Ngurah Arya Wira Pangestu. Dengan adanya kegiatan tersebut Wira ingin mengubah persepsi mahasiswa bahwa mengikuti organisasi tidak hanya untuk meraih SKP tetapi juga menjadi wadah pengembangan diri berdasarkan passion yang dimiliki.

Dalam pelaksanaannya, seluruh UKM, komunitas, serta paguyuban yang hadir sangat mengapresiasi dan merasa terbantu oleh kegiatan Expo tersebut. Menurut Ni Kadek Lili Handayani, Ketua Umum UKM Koperasi Mahasiswa, jika berkaca dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya bergantung pada presentasi dan demo, tidak dapat memberikan dampak yang signifikan dalam merangsang minat para mahasiswa baru (maba) karena durasi yang diberikan terlalu singkat sehingga tidak efisien. Kegiatan Expo ini mampu memberikan ruang untuk berinteraksi lebih intens dengan mahasiswa baru.
“Melalui Expo ini maba bisa lebih leluasa bertanya bagaimana teknis, proker, dan sistem yang dilakukan di UKM itu sendiri,” ungkapnya.
Respon positif juga datang dari beberapa mahasiswa baru yang datang berkunjung ke pameran tersebut. Bagi mereka diadakannya kegiatan UKM Expo tersebut begitu bermanfaat dan informatif dalam menentukan pilihan organisasi yang sesuai minat mereka.
“Kegiatan ini bermanfaat banget buat mahasiswa baru kayak kita yang masih bingung mau masuk UKM apa nih kira-kira. Karena kita bisa liat langsung ke pengurus-pengurus UKM di sini.” Tutur salah satu mahasiswa baru yang berkunjung ke stand UKM Expo.
Di sisi lain, Ketua Umum Udayana Research Club (URC), Karsa, mengatakan sedikit kecewa karena pelaksanaan Expo ternyata tidak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasinya. Ia membayangkan bahwa saat kegiatan Expo, semua mahasiswa baru akan diarahkan untuk mengunjungi stand satu per satu sehingga tiap UKM memiliki kesempatan yang sama guna memperkenalkan identitas organisasi. Selain itu, sistem ‘tidak wajib’ yang diterapkan oleh BEM dengan maksud tidak ingin memaksakan kehendak pada mahasiswa baru tentu juga membawa nilai minus untuk rangkaian Expo.

“Dalam satu hari yang katanya ada seribu mahasiswa, tapi kemarin itu kurang lah aku lihat dari seperempatnya atau mungkin setengahnya nggak ada karena sistem nggak wajib itu dan juga alurnya pun tidak beraturan gitu. Jadi ada beberapa UKM yang bahkan terlewat gitu. Jadinya tidak bisa semengangkat itu terhadap eksistensi dari UKM itu sendiri.” Kekehan kecil keluar dari bibirnya selepas bercerita.
‘Prestasi’ sebagai Penyokong Hidup Organisasi
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unud, Prof. Ngakan Putu Gede Suardana mengungkapkan dalam pembukaan Expo kemarin, jika pihaknya sangat mendukung kegiatan Expo untuk memperkenalkan UKM yang ada di Unud kepada mahasiswa baru dan juga tidak menutup kemungkinan untuk mahasiswa lama yang belum mengetahui eksistensi UKM.
Dalam pidato pembukaannya, ia juga melontarkan ‘penyemangat’ bahwa setiap UKM harus menyumbangkan prestasi untuk menyokong keberlanjutannya, karena jika tidak maka kemungkinan tahun selanjutnya organisasi tersebut akan dibekukan. Beberapa UKM serta merta mengungkapkan berbagai reaksi terkait pernyataan tersebut.

“Menurutku itu sama aja membunuh minat dan bakat dari mahasiswa ya, karena para petinggi selama ini hanya bisa menuntut untuk menyumbangkan prestasi alih-alih mengapresiasi bagaimana kami selama ini sudah berproses, berkontribusi dan bersaing untuk hasil yang terbaik,” jelas Vanessa Madu dari divisi Hubungan Masyarakat UKM Teater Orok Noceng. Belum lagi, ungkapan tersebut menurutnya laksana pembasmi kreativitas bagi mahasiswa yang berprestasi di luar akademik.
Di samping itu, tidak semua UKM memiliki peluang yang sama dalam meraih prestasi karena bentuk lomba yang beragam, terutamanya bagi organisasi non akademik. Misalnya UKM Jegeg Bagus Udayana, Ida Bagus Putu Angga Krismayana selaku Ketua Umum menuturkan mereka kesulitan memenuhi harapan kampus dalam menyumbangkan prestasi berupa pemenangan ajang perlombaan karena sedikitnya kompetisi yang sesuai.
“Dari UKM kita minim sekali lomba di skala nasional, terakhir hanya ajang Puteri Indonesia saja,” ungkapnya.
Begitu pula URC, menurut Karsa, sangat sulit mencari perlombaan untuk UKM-nya karena pada dasarnya riset telah melebur dalam bentuk karya ilmiah dan penelitian lainnya kemudian akan dipublikasikan secara umum. Pun dari segi fasilitas dan bantuan dana yang diberikan oleh pihak rektorat masih jauh dari kata cukup.
“Lebih dirasionalkan aja sih ya, kami mau berprestasi, tapi sejauh aku menjadi ketua umum untuk fasilitas kita juga masih kurang gitu loh. At least kita bisa pengajuan pendanaan itu H-seminggu lah ya dan juga untuk persiapan perlombaan pun kita enggak didampingi dengan yang gimana gimana gitu ‘kan? Jadi kita harus mencari semuanya itu sendiri. Jangan dituntut terus hilang gitu loh, itu sama aja bohong menurutku.”
Sementara, ada juga yang menilai pernyataan tersebut merupakan sebuah ‘motivasi’ bagi Ormawa. Seperti halnya UKM akademik Mahasiswa Berprestasi, mereka menilai bahwa ungkapan tersebut lebih seperti bentuk pemantik untuk mendorong para UKM terus mengembangkan dirinya dan mengobarkan ambisi mereka agar tidak jalan di tempat.
Tanggapan yang sama pun datang dari anggota UKM Kesenian, Nira Virayani menganggap bahwa sah-sah saja jika pihak kampus menginginkan organisasi untuk berprestasi karena itu bisa menjadi motivasi bagi mereka agar terus berkarya, tetapi dengan catatan bahwa organisasi tidak bisa dilepas begitu saja memikul tuntutan itu sendiri. Pihak kampus seyogyanya harus tetap memberikan dukungan berupa bantuan dana, fasilitas, dan pendampingan.
“Karena kalau mau motor itu jalan, maka harus diberi bensin, ‘kan?” ujarnya.
Menyikapi ujaran tersebut, Ketua BEM, Padmanegara, turut angkat bicara dengan menegaskan bahwa itu wujud suportif pihak kampus untuk menumbuhkan semangat nan keaktifan organisasi mahasiswa. Ia juga meyakinkankan bahwa BEM akan memastikan tahun depan tidak akan ada satu pun UKM yang dibekukan.
“Kami dari BEM Udayana pastikan akan mengawal sehingga tidak ada UKM yang dibekukan karena tidak berprestasi, kami mengupayakan bahwasanya yang penting aktif berkegiatan tidak harus berprestasi seperti itu.” Ketegasan terdengar jelas dalam suaranya.

Para penggiat Ormawa berharap mereka mendapat dukungan penuh untuk mengembangkan potensi diri melalui organisasi tanpa terlalu banyak tuntutan serta mendapatkan apresiasi atas hasil dari proses yang telah dilalui.
“Harapannya semoga rektorat tidak hanya menuntut hasil alih-alih mengapresiasi kami, setidaknya memberikan wadah untuk menyalurkan potensi serta minat dan bakat kami melalui UKM ini.”
Penulis : Kanya, Fanny
Penyunting : Meutia