Agung Wardana: Persoalan Lingkungan, Persoalan Bersama

Agung 1

Pada tahun 2005, bencana tsunami melanda daerah Aceh dan sekitarnya, turut mengundang simpati seluruh masyarakat Indonesia. Dari sana rupanya perjalanan Agung Ardana, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Bali berawal sebagai aktifis lingkungan. “Dengan menjadi relawan kemahasiswaan saat itu, menyadarkan bahwa alam dapat begitu besar merusak jika kita tidak turut menjaganya,” ungkapnya.

Bumi kita saat ini sudah semakin rentan, sehingga permasalahan lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting. Di seluruh wilayah di Indonesia, banyak permasalahan lingkungan yang terjadi. Apa yang telah terjadi di Aceh, menurutnya tak semata-mata hanya karena bencana alam. Aktivitas manusia dalam pengeboran lepas pantai misalnya, memperparah keadaan sehingga bencana besar tak terelakkan lagi.

Kita patut berbangga bahwa salah satu solusi untuk isu global warming (pemanasan global-red), dicetuskan oleh masyarakat dan dibawahi WALHI serta LSM lingkungan lainnya. Yaitu dengan mengagendakan World Silent Day (Hari Hening Sedunia, yang diadaptasi dari Nyepi masyarakat Bali, untuk mengurangi kadar karbon di udara. “Tentunya yang diambil disini adalah esensi lingkungannya, bukan agama. Ini bukan misionaris untuk menghindukan masyarakat. Dengan tidak melakukan aktivitas selama empat jam setahun, berarti kita memberikan bumi waktu untuk bernafas dan memperbaiki sistemnya yang rusak,” papar aktifis lingkungan ini.

Lebih lanjut, Agung mengajak kaum muda untuk mempersatukan diri, menjaga dan menyadari arti lingkungan untuk kehidupan manusia itu sendiri. “Permasalahan lingkungan itu bukan hanya persoalan aktivis lingkungan saja. Itu persoalan kita bersama. Jika lingkungan rusak, tak hanya aktivis lingkungan yang kena akibatnya. Pun jika lingkungan stabil dan sehat, seluruh masyarakat yang menerima hasilnya,” kata pria yang pernah tergabung dalam PBLH ini serius.

Tulisan dan Foto: Dian Purnama

You May Also Like